Bagian 14

218 12 0
                                    


Meskipun kepalaku terus memikirkannya, tapi aku tidak ingin pikiran itu menjadi berlarut-larut dan membebaniku. Hidup harus terus berjalan. "Tidak ada salahnya memiliki kehidupan yang mengalir seperti air," kata Baskara suatu malam.

"Bagaimana bisa?" tanyaku balik.

"Hidup tidak melulu berjalan seperti yang diinginkan, setidaknya menjalani dengan baik lebih baik dibandingkan menyerah dan menyalahkan kondisi."

Dia tahu aku amat kecewa padanya dan nasib hidupku yang berubah semenjak kemunculannya. Namun, aku masih saja hanyut dalam kata-katanya yang menenangkan. Saat jauh darinya, aku teringat akan semua kesalahan ini dan marah kepadanya. Ingin meluapkan kemarahanku dan berjanji untuk menjauhinya. Berbeda ketika tiba-tiba dia muncul di depanku kembali, tubuhnya seperti magnet yang seolah menarikku dan meminta untuk bersamanya terus. Sampai saat ini, aku masih mencari jawaban atas semua kejadian yang ada di luar pradugaku. Pikiranku masih saja berkecamuk soal Baskara, tetapi aku harus terus bekerja dan menjalani aktivitasku seperti biasanya. Seperti ketika moodku masih baik, saat aku belum bertemu dengannya lagi.

"Sebelum pulang jangan lupa menyerahkan dokumen kerangka acuan pada Miss Kinan," ucap Mbak Puji yang berada disatu ruangan denganku.

"Baik Mbak."

"Oh ya, minggu depan Pak Satya dan aku pergi ke Bali lagi untuk ikut cek lokasi tapak, tolong kamu back up pekerjaan saya yang di kantor Abhiy?" pinta Mbak Puji, menjadi asisten Mbak Puji adalah tugas utamaku di kantor.

"Iya Mbak, kalau boleh tahu berapa hari mbak?"

"Kayaknya 3 hari deh, dari senin sampai rabu," ujar Mbak Puji, lalu kami terus bekerja seperti biasa.

Tepat sebelum pulang kerja, aku pergi ke ruangan Miss Kinan untuk menyerahkan dokumen tebal yang telah disusun olehku dan Mbak Puji.

"Taruh saja di meja," kata Miss Kinan usai aku menyampaikan tujuanku ke ruangannya. "Pulang kerja, kamu mau pergi kan?"

"Pergi? Tidak miss," jawabku bingung. Kenapa Miss Kinan bisa bertanya seperti itu, ditambah tatapan matanya yang menyelidik padaku. Belum lagi senyum Ihsan yang seolah menyembunyikan sebuah rahasia dariku.

"Eh, ada apa sih? Bikin penasaran saja?" tanyaku. Aku tidak kuat menahan rasa penasaranku terhadap senyum penuh makna mereka.

"Yeay... Abhiy otw sold out," kata Miss Kinan. Aku tau mereka berdua sedang meledekku.

"Ini apaan? Jujur aku tidak mengerti apa-apa."

"Lihat saja di lobi ada yang sedang menunggu kamu," goda Miss Kinan lagi, aku semakin penasaran.

"Siapa?" tanyaku pada Ihsan dengan berbisik.

"Cowok pokoknya, nyariin Mbak Abhiy," ucap Ihsan.

Oh my God, batinku. Jangan-jangan Baskara kesini, gawat kalau sampai dia benar-benar datang kemari.

Seketika aku menjadi panik dan wajahku menjadi pias. Dengan buru-buru aku meninggalkan ruangan Miss Kinan untuk mengintip lobi. Ah... mereka bercanda. Aku tidak melihat siapa pun yang bukan pegawai kantor ini berada di lobi. Namun, pertanyaan itu terjawab ketika aku kembali dengan gontai ke ruanganku.

"Lho Bang Ical?" tanyaku terkejut.

"Halo Abhiy..." sapa Bang Ical.

"Tuh, Abhiynya sudah datang," kata Mbak Puji dengan senyum menggodaku. "Aku pulang dahulu ya," pamit Mbak Puji dan berlalu meninggalkan kami.

Prisoner Of Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang