Perkataan sopir taksi itu mengingatkan pada perbincanganku dengan Baskara, usai mobilnya melaju meninggalkan kafe tempat Kirana dan Bang Ical bertemu.
"Kenapa ada Bang Ical di sana Bas?" tanyaku heran.
"Aku yang mengundangnya datang," jawab Baskara sembari menyetir. Baskara menoleh untuk melihat wajahku yang terheran-heran dengan jawabannya.
"Maksud kamu?"
"Dulu aku yang melarang Ical untuk menemui Kirana dan anak mereka setelah kecelakaan itu, makanya Ical hanya menemui anak mereka sekali saja sebelum dia pergi ke Amerika," tutur Baskara memberikan penjelasan. "Aku merasa bersalah dengan kejadian itu, jadi aku mempertemukan kembali mereka agar mereka bisa mengucapkan kata perpisahan yang layak."
"Kenapa kamu melarang mereka bertemu Bas?"
"Kondisi saat itu sedang sulit Bhiy, orang tua Ical marah besar karena dia menghamili Kirana dan mereka dapat melakukan apa saja yang bisa membahayakan kondisi Kirana. Aku juga merasakan sakit hati karena kejadian itu, Kirana sahabat yang sudah seperti kakak bagiku terancam nyawanya di meja operasi tanpa ada yang mendampingi seorangpun. Ical dimana Ical? Ketika kukabari Kirana mengalami kecelakaan, dia malah tidak datang dan mementingkan keluarganya. Selama ini, Kirana berjuang sendirian Bhiy. Sampai di hari kedua setelah dia melahirkan, dia memaksaku untuk mengijinkannya bertemu dengan Ical. Saat itu aku marah besar, aku melarangnya menemui Kirana. Akhirnya dia hanya menemui anaknya dan menyampaikan pesan padaku untuk Kirana bahwa sebentar lagi dia akan pergi ke Amerika. Setelah kupikir-pikir aku jahat sekali waktu itu, membiarkan Ical hanya sekejap melihat anak kandungnya sendiri yang tidak lama kemudian berpulang."
"Setelah itu, beberapa waktu kemudian aku bertemu dengan Ical dan kami saling adu pukul. Dia marah karena aku menghalanginya bertemu dengan Kirana dan anaknya untuk terakhir kalinya. Dia berpikir aku membiarkan anaknya mati dalam kondisi tanpa pertolongan yang maksimal. Aku jelaskan padanya saat itu, sebagai sahabat Kirana, aku marah padanya dan anaknya memang lahir dalam kondisi yang tidak baik-baik saja. Aku tidak sampai berpikir dia akan membenciku setengah mati hingga membuatmu menjadi barang taruhannya," ujar Baskara, lalu dia menghela nafas, mengakhiri penuturannya.
"Jadi dari mana kamu mengetahui semua tentang taruhan itu?" tanyaku penasaran.
"Devon," jawab Baskara. "Sudah kubilang kan, aku punya banyak mata dan telinga. Kemanapun kamu pergi aku tetap akan bisa menemukanmu Abhiya."
Jadi, jikalau aku pergi ke suatu tempat baru yang akupun tidak pernah mengenal tempat itu, apakah Baskara masih dapat menemukanku? Batinku, saat aku menaiki tangga menuju kamarku untuk melansjutkan beres-beresku.
***
Dua hari usai menemui Bang Ical adalah hari kepindahanku. Aku telah memutuskan untuk memulai hari baru dan kehidupan baru di tempat yang baru tanpa ada Bang Ical dan Baskara. Aku telah menjelaskan keputusanku ini kepada kedua orang tuaku dan mereka menyetujuinya. Aku juga telah menyampaikan pada atasanku bahwa aku akan berhenti bekerja. Mereka mempertanyakan keputusanku yang mendadak, tetapi aku bisa memikirkan alasan yang cukup baik. Rekan-rekan setimku, Mbak Puji, Mrs. Kinan, Ihsan, dan tidak lupa Pak Satya telah mengetahui bahwa aku dan Bang Ical batal menikah.
Kereta api melaju membawa perjalananku menuju Semarang. Aku ingin tinggal dulu beberapa saat di rumah untuk beristirahat sebelum benar-benar berpindah ke tempat yang baru itu. Selama di Semarang, aku ingin berkunjung ke berbagai tempat dan mengunjungi beberapa kawanku.
"Kamu yakin datang ke tempat seperti ini Bhiy?" tanya Nadya ketika aku mengajaknya mengunjungi Markas Diksi di hari liburnya bekerja.
"Yakin lah," jawabku singkat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Prisoner Of Your Heart
Любовные романыDi suatu pagi, Abhiya terbangun dengan menemukan sesosok lelaki yang tertidur pulas di sampingnya. Sebuah pengalaman malam pertama yang benar-benar tidak diinginkannya. Membuat seseorang yang biasa saja dari masa lalunya hadir untuk menawan hati Abh...