Bagian 21

238 12 0
                                        

Hari-hari setelah itu berjalan dengan kesibukan yang luar biasa. Setiap hari aku harus pergi ke kampus untuk mengurus administrasi pendaftaran sidang dan berkonsultasi dengan para pembimbing serta penguji untuk menentukan tanggal sidang. Berkutat dengan kertas-kertas draft skripsi, slide presentasi, dan beberapa printilan perlengkapan sidang lainnya.

Sidang kelulusan akhirnya kulalui dan berlangsung dengan sangat lancar. Aku belajar keras beberapa hari untuk mempersiapkan sidang itu dan membuahkan hasil yang baik. Aku lulus sidang skripsi dengan predikat sangat baik. Teman-teman jurusanku, terutama yang satu pembimbing dan berbagi laboratorium denganku datang bergantian untuk memberiku selamat. Kami berfoto-foto bersama di depan gedung utama jurusan dan selebrasi selesai. Aku harus kembali pada kenyataan bahwa aku harus kembali berkutat dengan revisi agar bisa mengejar wisuda Bulan Oktober mendatang.

[Selamat Abhiya atas sidangnya. Bagaimana sidangmu?]

Pesan dari Baskara datang malam harinya.

[Lancar]

[Seperti yang aku duga]

Balas Baskara dan dia mengajak untuk bertemu usai dia menyelesaikan magangnya pada Bulan September depan. Aku pun menyanggupinya dan pertemuan itu terrealisasi dengan berlibur ke Pantai Bandengan di Jepara dengan Jodi dan Vina.

"Mengapa tidak mengajak Fajar dan Sarah sekalian?" tanyaku, ketika kami berkumpul di depan kampus sebelum berangkat.

"Fajar ikut KKN, Sarah sedang sibuk magang kerja," ucap Vina. "Kalau aku free."

Aku mengerti mereka sangat sibuk menuju semester akhir ini. Tidak masalah bagiku, yang terpenting ada Vina yang aku kenal dan kami sama-sama perempuan. Kami pergi ke Jepara dengan mengendarai motor, Baskara memboncengku dan Jodi membonceng Vina. Tiga jam lebih kami tempuh dari Semarang untuk menuju Pantai Bandengan.

"Kamu tahu tidak Bhiy, kenapa kita datang kemari?" tanya Jodi saat kami sedang makan siang sembari menikmati keindahan Pantai Bandengan. Aku menggeleng dan sibuk dengan kudapanku.

"Yah, Mas Jodi, ternyata Mbak Abhiy tidak tahu," ucap Vina yang malah tertawa sambil mengunyah.

"Hati-hati Vina," ucapku, khawatir Vina akan tersedak. Aku pun menyerahkan gelas berisi air putih kepada Vina. "Memangnya kenapa?" tanyaku lagi menjadi penasaran.

"Mbak Abhiy tanya sendiri saja ke Mas Bas," sahut Vina.

"Memangnya kenapa?" tanyaku lagi pada mereka dan mereka hanya senyum-senyum penuh rahasia.

"Tuh Bas, jelaskan Bas," perintah Jodi.

"Lah kenapa jadi aku," ucap Baskara mengelak. Aneh mereka bertiga, memberiku tebakan tapi tidak ingin memberiku jawabannya.

"Jadi seperti ini Bhiy," sahut Jodi mulai menjelaskan. "Baskara mengajak kita kemari untuk merayakan sidangmu."

"Oh jadi seperti itu," ucapku sembari tertawa. Aku tidak menyangka alasan mereka berkunjung ke pantai ini karena aku. Aku menjadi terharu. "Terima kasih, kalian perhatian sekali padaku."

"Karena kamu yang pertama lulus dari kami Bhiy," celetuk Jodi.

"Eits, aku satu tingkat di bawah kalian lho," ujar Vina. Aku tau Jodi hanya bercanda bicara seperti itu.

"Tapi mengapa harus pergi ke Bandengan? Apa tidak ada pantai yang lain?" tanyaku mulai penasaran dengan keputusan mereka ke pantai ini.

"Tidak lengkap suatu pantai tanpa pasir putih," jawab Baskara. "Memangnya kamu mau aku ajak pergi ke pantai di Semarang yang hanya berisi batu-batu saja?"

Prisoner Of Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang