Bagian 25

164 9 0
                                    


"Aku pulang duluan, Abhiy," ucap Bang Ical berpamitan. Dia ikut turun dari mobil dan mengantarku sampai ke pelataran kos.

"Hati-hati di jalan Bang Ical," balasku dan aku melambaikan tangan padanya mengiringi langkah Bang Ical yang beranjak pulang. Namun, sebelum dia kembali ke mobilnya yang terparkir di tepi jalan. Seseorang telah menghampiri kami dari belakang.

"Oh, jadi selama aku tidak ada di sini kamu sibuk pergi dengan Ical?" ucap Baskara dan dia berdiri tidak jauh di sampingku, membuatku tertegun dan Bang Ical berbalik. Mengurungkan niatnya untuk pulang. Mereka berdua saling bertatapan.

Melihat ketegangan diantara keduanya, aku berinisiatif untuk saling mengenalkan diri, demi mencairkan suasana.

"Jadi Baskara ini Bang Ical," ucapku pada Baskara. "Bang Ical kenalkan ini Baskara, mungkin kalian pernah bertemu waktu gala diner di Bali beberapa waktu yang lalu."

"Nggak usah dikenalin, aku sudah kenal," kata Baskara ketus dan terlihat raut marah dari wajahnya. Membuatku terdiam seketika.

"Kenapa dia ada di sini, Bhiy?" tanya Bang Ical, beribu tanya dan curiga muncul dari matanya.

"Gue cowoknya, kenapa?" Baskara balik bertanya dan mulai melangkah mendekati Bang Ical. Dia berbicara seolah Bang Ical adalah musuhnya.

"Kamu pacaran sama dia Bhiy?"

"Enggak kok Bang." Kata itu muncul dengan reflek dari mulutku. Usai menjawabnya, aku menjadi bingung apakah seharusnya aku menjawab iya atau tidak.

"Lo mau nyakitin cewek gue juga?" tanya Baskara lagi dengan nada menantang.

"Bukan begitu Bas, aku bisa jelaskan," ucapku mengikuti langkah Baskara. Aku takut dia berpikiran macam-macam dan terjadi hal yang buruk. Bang Ical hanya diam saja menghadapi kata-kata ketus Baskara.

Baskarapun semakin dekat dengan Bang Ical. Dia berdiri tepat di depan Bang Ical, dan tiba-tiba, "Buk..." Baskara meninju wajah Bang Ical dan membuatnya jatuh tersungkur ke samping.

Aku terkejut dengan apa yang kulihat. Dengan panik, aku berjongkok dan membantu Bang Ical untuk berdiri. Bang Ical bangkit dan mengusapkan punggung tangannya pada sudut bibirnya, darah segar telah mengucur.

"Kamu apa-apaan sih Bas?" teriakku pada Baskara yang masih memancarkan amarah dari matanya. Baskara tidak bergeming. Bang Ical yang semula hanya diam saja, turut merespon amarah Baskara dan perkelahianpun tidak dapat terhindarkan.

"Sudah... sudah... KALIAN HENTIKAN," teriakku. "TOLONG BERHENTI..."

Aku tidak henti-hentinya berteriak. Mereka tetap tidak bergeming dan masih saja beradu pukul.

"Please, jangan berantem di depan rumah orang," teriakku lagi. Sedari tadi beberapa penghuni kos yang tidak sengaja lewat memperhatikan kami. Tentu saja aku menjadi malu akibat ulah mereka dan aku mencoba meleraikan keduanya. Namun, salah satu pukulan menghantam lenganku dan membuatku limbung. Akupun jatuh tersungkur dengan bekas pukul yang terasa amat menyakitkan.

Dengan segera Bang Ical mendekatiku dan memegang lenganku yang kesakitan. Sementara Baskara, masih berdiri di depan kami dengan wajah yang belum puas melampiaskan kemarahannya.

"Kamu tidak apa-apa kan, Bhiy?"

"Iya Bang, aku tidak apa-apa," ucapku sembari mengerang kesakitan dan memegangi lenganku.

Tiba-tiba Baskara membungkuk dan menarik tanganku. Dengan terpaksa aku berdiri dan jemariku masih digenggam erat olehnya.

"Hari ini cukup sampai di sini, lihat aja kalo lo sampai ketemu gue lagi," ucap Baskara dan dia menarikku untuk mengikutinya. Rupanya, dia menuntunku ke mobilnya.

Prisoner Of Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang