"Nak, cepat pulang, ada tamu yang tiba-tiba datang," ucap Ayah melalui sambungan telepon. Saat ini aku sedang menikmati liburan semesterku di Semarang. Di tengah-tengah ibu yang menyuruhku ke supermarket untuk membeli beberapa bahan kue, ayah menelponku.
"Sebentar yah, Abhiy masih belum menemukan semua pesanan ibu," kataku. "Lagipula ayah tahu kalau supermarket ini ramai sekali, antrinya pasti lama."
"Berapa lama, kamu sudah satu jam disana. Tidak enak tamunya menunggu kamu lama."
"Hah, menungguku?" tanyaku tiba-tiba penasaran. "Emangnya itu tamu Abhiy yah? Siapa yah?"
"Bukan Cuma tamumu, tapi tamu ayah dan ibu juga," terang ayah. Aku mencoba menebak-nebak sembari mencari pesanan ibu di deretan rak-rak supermarket. Ah, pasti itu keluarga Tante Eni dari Ambarawa, keluarga adik ayahku itu memang sangat dekat dengan keluarga kami.
"Pokoknya kamu harus cepat pulang," perintah ayah.
"Iya yah, aku usahakan cepat selesai belanjanya," ujarku dan ayah menutup panggilannya. Akupun bergegas mencari semua pesanan ibu dengan bantuan seorang pramuniaga di supermarket itu. Saat aku kembali ke rumah dengan sepeda motor, aku tidak menemukan mobil Keluarga Tante Eni di halaman rumah.
"Abhiy, sudah pulang bu," teriak Abhishek dari teras rumah melaporkan pada ibu.
"Siapa sih dek, tamunya?" tanyaku dan Abhishek hanya menjawab dengan meninggikan pundaknya. Percuma memang mengajak adikku bicara.
Akupun melangkahkan kaki ke dalam rumah dan mengucapkan salam.
"Ini Abhiya sudah balik," ucap Ibu sembari tersenyum ramah sekali. Saat aku menolehkan wajahku pada deretan kursi tamu, aku langsung merasa lemas. Rasanya dua kresek besar belanjaan ibu yang kutenteng itu hampir jatuh, terlepas dari genggaman tanganku. Di hadapanku, duduk berjejer Baskara, kakak perempuannya dan suaminya, serta Mama Baskara. Diantara mereka ada juga anak perempuan lucu yang masih berumur 4 tahun, aku belum pernah melihatnya, tapi pasti itu adalah anak Kak Btari.
Ada apa mereka kemari? Batinku, sembari menatap bingung pada ibu.
"Bhishek, bawakan belanjaan mbakmu ke belakang," perintah ibu. Abhishek yang berada di teras segera mengambil alih belanjaan yang kupegang dan membawanya ke belakang.
"Abhiy, ayo duduk sini, di sebelah ayah," ucap ayah dan aku mengikuti perintah Beliau.
"Jadi, kedatangan kami kemari, selain ingin lebih mengenal bapak dan ibu, saya juga ingin menyampaikan maksud untuk melamar Abhiya untuk menjadi istri dari adik ipar saya Baskara," ujar Kak Kumbara. "Seperti yang saya sampaikan tadi, Baskara sudah menjelaskan kalau dia sudah lama mengenal dan menjalin hubungan dengan Abhiya."
Aku menatap Baskara dengan penuh tanda tanya. Permainan apalagi yang sedang dia mainkan untukku. Tapi Baskara hanya membalas tatapanku dengan senyum nyengirnya yang menyebalkan itu.
"Sejujurnya saya dan ibu belum pernah mengenal Baskara ini, karena Baskara belum pernah berkunjung kemari," ucap Ayah. "Tapi kalau antara anak saya dan Baskara saling mencintai, kami sebagai orang tua setuju-setuju saja mereka menikah."
Haduh, ayahku... kenapa ayah menjawab begitu, batinku mengaduh.
"Tapi saya kembali lagi pada anaknya, apa kamu benar-benar mengenal Baskara ini nak?" tanya ayah padaku.
"Iya yah," ucapku lirih. "Baskara teman kuliahku."
"Ih ayah ini gimana sih?" celetuk Ibu sembari mencubit paha ayah yang duduk di sampingnya. Kemudian ibu berbisik pada ayah yang aku bisa mendengarnya. Ibu berkata bahwa ini yang pernah ibu ceritakan pada ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prisoner Of Your Heart
RomanceDi suatu pagi, Abhiya terbangun dengan menemukan sesosok lelaki yang tertidur pulas di sampingnya. Sebuah pengalaman malam pertama yang benar-benar tidak diinginkannya. Membuat seseorang yang biasa saja dari masa lalunya hadir untuk menawan hati Abh...