Bagian 30

132 7 0
                                    

Seperti yang telah disepakati, Bang Ical menjemputku tepat pukul 4 sore untuk makan malam di rumahnya. Sesampainya di sana Tante Arimbi dan suaminya langsung memelukku dengan erat dan mengatakan kalau mereka sangat kangen kepadaku karena berbulan-bulan tidak bertemu.

"Aku juga kangen dengan tante dan om, apalagi masakan Tante Arimbi, selalu bisa mengingatkan Abhiya dengan suasana rumah," ucapku dengan sedikit terharu. Aku memang selalu bisa merasakan kehangatan keluarga jika berada di sini.

"Kalau begitu Pa, kita harus sering-sering mengajak Nak Abhiy untuk makan bersama," celetuk Tante Arimbi.

"Oh tentu Ma, kalau perlu setiap pekan kita undang Nak Abhiy datang ke rumah ini," kata Om Prabu mengiyakan. "Rumah ini juga jadi semakin ramai berkat kedatangan Nak Abhiy."

"Terimakasih om dan tante," ucapku malu-malu.

Dari dalam rumah aku melihat sepasang kekasih keluar menuju ruang tamu tempatku berdiri. Si perempuan tinggi, berisi, dan berbadan tegap seperti Bang Ical, memakai gaun terusan berwarna sage dengan belahan dada yang rendah. Rambutnya lurus panjang sepinggang dengan riasan rambut yang diikat sedikit di belakang yang sangat sesuai dengan bentuk wajahnya yang oval seperti Tante Arimbi. Dari matanya bersinar ketegasan yang menunjukkan bahwa dia adalah perempuan mandiri dan berpendidikan seperti Om Prabu. Segera saja, aku langsung bisa mengetahui bahwa dia adalah Kak Aruna, kakak perempuan Bang Ical satu-satunya.

Sementara di samping Kak Aruna, seorang pria bule yang lebih tinggi dari Kak Aruna dan berbadan agak gempal menyapa dengan melambaikan tangan sembari tersenyum. "Hai..." sapanya.

Akupun bersalaman dan berpelukan dengan mereka berdua.

"Aku Aruna dan ini Mike, calon suamiku," Kak Aruna memperkenalkan dirinya padaku.

"Abhiya..."

"So beautiful, nice to meet you Abhiya," ucap Mike.

"Thank's Mike, nice to meet you too," balasku.

"Honey, mengapa mereka berdua tampak serasi? Warna baju mereka sama. Blue...?" tanya Mike pada Kak Aruna yang sepertinya tampak kebingungan, sembari menunjukku dan Bang Ical.

"Oh... mereka pasti membelinya bersamaan," jawab Tante Arimbi mewakili kebingungan Mike dan Kak Aruna.

"Pantas saja," kata Kak Aruna sambil mengangguk-angguk. "Kamu tahu Abhiya, Ical ini paling buta mode diantara kami semua."

"Benarkah?" tanyaku dengan pura-pura terkejut. Sebetulnya aku tidak terlalu memperhatikan apakah Bang Ical pandai memilih mode atau tidak. Karena sepenglihatanku dia cukup modis meskipun kali ini aku menyadari gayanya memang hanya begitu-begitu saja.

"Asal kamu tahu, dia tidak pernah membeli bajunya sendiri. Dia selalu bergantung padaku atau mama untuk membelikan baju untuknya," ucap Kak Aruna, lalu dia mengambil nafas panjang. "Benar-benar adik yang buta mode."

"Mama juga cerita ketika dia mendapatkan kalung untuk hadiah ulang tahunnya, bagus sekali," ucap Kak Aruna lagi.

"Itu Nak Abhiy yang memilihkan," kata Tante Arimbi.

"Aku memang sengaja mengajak Abhiya, karena aku tahu dia memiliki selera yang bagus," ucap Bang Ical, lalu dia menoleh ke arahku.

"Ical, kamu sangat beruntung bisa menemukan Abhiya yang bisa melengkapimu," kata Mike ikut menyahut. "Gadis ini juga terlihat cantik dan baik, kamu sangat beruntung."

"Sebentar lagi dia akan menjadi adik ipar kita Mike," ucap Kak Aruna, disambut dengan senyum semua orang di tempat itu. Kecuali aku dan Bang Ical yang malah diam canggung.

Prisoner Of Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang