3

1.5K 380 26
                                    

Terhitung sudah empat hari Rosé berada di Las Vegas, sialnya sampai saat ini tak sekalipun ia menemukan tanda-tanda keberadaan saudaranya. Jika saja Rosé bisa menghubungi saudaranya itu pasti semuanya akan lebih mudah, tapi jangankan Rosé, keluarganya saja kesulitan bahkan tidak bisa menghubungi saudaranya itu.

"Kemana lagi aku harus mencari anak itu? Dia benar-benar menyusahkan." Gerutu Rosé Yang masih bermalas-malasan di atas ranjang.

"Ngomong-ngomong saat aku mabuk semalam apa yang terjadi ya? Apa semuanya baik-baik saja? Demi Tuhan aku tak mengingat apapun, aku jadi sedikit menyesal nekat meneguk minuman alkohol itu."

Benar, meski lahir di negara yang melegalkan alkohol, Rosé jarang meminumnya. Tingkat toleransinya terhadap minuman beralkohol cukup rendah, itu sebabnya ia memilih menghindari daripada ia mabuk dan membuat onar. Sayangnya kehadiran June membuatnya nekat meneguk satu botol penuh sampanye malam itu.

Kkrrkk!

Rosé menggeram kesal saat perutnya berbunyi, dengan segera ia bangkit dan mandi sebelum memutuskan keluar dan mencari sarapan pagi.

Dengan pakaian casual, Rosé berjalan santai sambil menikmati pagi hari di Las Vegas. Jujur saja, di hari-hari sebelumnya ia terlalu terburu-buru mencari saudaranya hingga ia tak sadar bahwa Las Vegas tak kalah indah dengan Wales.

Berada di Negeri Paman Sam untuk yang pertama kali, sempat membuat Rosé mengalami culture shock. Ada beberapa perbedaan mencolok tentang kultur Inggris dan Amerika, meski begitu ia mulai membiasakan diri untuk saat ini.

Rosé terus berjalan seakan-akan ia terlena dengan keindahan Las Vegas sampai-sampai ia melupakan tujuannya. Sejak keluar dari apartemennya, Rosé melewati penjual makanan beberapa kali, namun ia sama sekali tak menyadarinya karena perhatiannya ia taruh total pada lingkungan.

Rosé memilih berhenti di sebuah kedai saat rasa laparnya semakin tak karuan. Saat ini kondisi kedai cukup sepi, setidaknya itu membuatnya lebih nyaman daripada harus berdesakan dalam antrian.

Kini di depannya ada secangkir kopi dengan croissant hangat, Rosé menikmati sarapannya dengan tenang meski ia hanya seorang diri. Namun, saat ditengah-tengah ia menikmati sarapannya, kehadiran seorang pelanggan yang berjalan tertatih menarik perhatiannya.

Seorang pria berjaket hitam dengan beberapa lebam di wajahnya. Mata Rosé menyipit kala menyadari jaket hitam itu merupakan identitas pria asing itu, dengan lambang motor dan kata Hybe ditulis jelas.

"Ck, geng motor memang hanya mengerti bagaimana caranya bertindak kasar. Mereka selalu meresahkan." Decak Rosé.

Tanpa Rosé ketahui, pria itu mendengar jelas ucapan Rosé. Pria itu adalah Aaron, hendak melawan namun sudah biasa baginya mendapat cap buruk perihal geng motornya.

"Entah apa yang mereka dapatkan dari itu, mereka hanya sibuk dengan balapan dan taruhan. Sepertinya mereka memiliki 9 nyawa." Lanjut Rosé.

Dengan membawa pesanannya dalam kantong kertas, Aaron mendekat ke arah Rosé yang duduk membelakanginya. "Nona, aku memberimu apresiasi karena begitu memperhatikan sekitarmu."

Rosé tersentak kaget saat seseorang berkata demikian, namun hendak menjawab kalimat dari pria yang baru saja ia kata-katai, pria itu lebih dulu meninggalkan kedai dan menaiki motornya.

"Maaf, mulutku terlalu gatal untuk tidak berkomentar tentang itu." Gumam Rosé acuh tak acuh.

Dengan tenang Rosé kembali menikmati sarapannya sambil berpikir kemana ia harus pergi mencari saudaranya. Sebenarnya yang ia cari bukanlah saudara kandung, sebab Rosé terlahir sebagai anak tunggal.

[✓] THE DOCTORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang