10

1K 245 6
                                    

Jayden keluar dari ruang operasi bersama beberapa dokter lain dan membiarkan perawat memindahkan pasien. Berniat kembali ke ruangannya untuk beristirahat setelah 3 jam penuh melakukan operasi, kehadiran Rosé di tengah perjalanannya justru membuatnya merasa heran.

"Kenapa kau di sini? Kau tidak bekerja?" Tanya Jayden.

"Aku bekerja, kau datang ke rumah sakit sejak pagi-pagi sekali, aku tidak tahu apakah kau sudah sarapan atau belum, tapi aku membawa ini untukmu." Rosé menyodorkan satu kotak makan dengan satu botol minum pada Jayden.

"Ambil saja, ku harap kau tidak membuangnya. Kau sudah bekerja keras, Dokter." Kata Rosé sambil memberikan bekalnya paksa pada Jayden.

Jayden mengernyit heran saat Rosé mulai membalikkan badannya hendak pergi, "Ada apa denganmu? Kau tiba-tiba menjadi perhatian."

Rosé menoleh dan menatap Jayden acuh tak acuh, "Hanya sedikit kasihan saja dan berharap hatimu segera sembuh."

Jayden menghela napas kasar dan membiarkan Rosé pergi dengan langkah riang. Apa yang dikatakan Rosé memang ada benarnya, ia berangkat lebih awal karena ada operasi penting, bahkan ia melupakan sarapannya meski Malysa sudah memintanya untuk sarapan lebih dulu.

"Dasar tidak jelas."

Jayden kembali melanjutkan langkahnya menuju ruangannya dengan membawa bekal sarapan dari Rosé. Saat akan memasuki kamar, kehadiran Ivy yang tampak baru saja datang membuatnya merasa heran.

"Kau terlambat?" Tanya Jayden saat Ivy hendak melewatinya.

Ivy mengangguk pelan sambil terkekeh, "Aku tidur larut malam, jadi aku terlambat bangun."

"Sibuk menonton film lagi?" Tanya Jayden penuh selidik.

"Begitulah, kau tahu film favoritku baru saja merilis season kedua, kau tahu itu hebat! Bahkan aku berharap akan ada season ketiga nantinya." Ucap Ivy antusias.

Jayden menghela napas panjang, kemudian menatap Ivy dengan malas. "Ayolah, kau ini seniorku, kau juga seorang dokter, kenapa kau justru tidur larut malam setelah kesibukanmu?"

"Kau juga seorang dokter, tapi kau merokok." Balas Ivy.

"Kau ini keras kepala sekali."

Ivy terkikik pelan, namun saat pandangannya beralih pada kotak makan bewarna merah muda dengan sebotol minuman bewarna biru, mimik wajahnya berubah dengan senyuman jahil menghiasi wajah cantiknya.

"Oho sepertinya pacarmu manis, Jay." Ledek Ivy sambil menahan tawa.

"A-apa? Pacar?"

Jayden mengikuti pandangan Ivy yang menatap tangannya, ah Jayden lupa ia sedang membawa kotak bekal dari Rosé.

"Tidak, dia hanya temanku!"

"Benarkah? Kau tampak panik."

Tentu saja aku panik, aku takut kau cemburu meski itu tidak akan pernah terjadi.

Ingin sekali Jayden menjawabnya demikian, hanya saja ia mengetahui posisinya. "Panik katamu? Aku biasa saja."

"Baiklah anak muda, sepertinya kau sedang kasmaran. Aku pergi dulu, selamat bekerja."

Jayden menatap kepergian Ivy dengan sebal, entah sampai kapan dokter seniornya itu akan peka dengan perasaan Jayden. Jika Ivy peka pun sebenarnya percuma, Ivy hanya mencintai Sam dan akan tetap seperti itu.

Jayden menghembuskan napasnya kasar dan segera masuk ke dalam ruangannya dengan bekal sarapan pemberian Rosé ia letakkan di atas meja.

"Ku harap kau tidak membuangnya."

[✓] THE DOCTORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang