9

959 263 6
                                    

Rosé sudah meninggalkan apartemennya sejak sore tadi. Dibantu oleh Jister, Rosé memindahkan barang-barangnya ke rumah Jister. Rumah itu tidak terlalu besar, namun juga tidak terlalu kecil. Itu cocok untuk ditinggali berdua.

Saat ini Rosé tengah bersantai menonton TV dengan piyama beruang dan rambut dikuncir asal-asalan. Namun, tiba-tiba Jister keluar dari kamar dengan pakaian casual. Hendak pergi kemana saudaranya itu malam-malam begini?

"Kau akan pergi?" Tanya Rosé.

"Aku akan ke markas." Jawab Jister seadanya.

Mendengar kata markas, manik mata Rosé langsung berbinar dan ekspresinya terlihat antusias. "Hei, aku ikut!" Seru Rosé.

"Tidak! Lebih baik kau tidur saja." Titah Jister sambil meninggalkan ruang tengah.

"Jister, aku ikut." Rengek Rosé yang menyusul Jister menuju garasi.

"Tidak, Rosé." Tolak Jister.

Rosé mencebikkan bibirnya kesal, ia buru-buru mendekat ke motor Jister dan duduk di kursi belakang dengan kedua tangannya ia lipat di dada.

"Aku ikut!"

Jister menghela napas kasar, kemudian menarik Rosé agar turun dari motornya. "Baiklah, tapi ganti dulu pakaianmu."

"Tidak akan, kau pasti akan pergi saat aku sedang bersiap." Tukas Rosé yang masih duduk manis di atas motor Jister.

"Ayolah, kau tidak mungkin ikut denganku dengan penampilanmu saat ini." Ucap Jister frustasi.

"Kenapa tidak? Aku tetap cantik." Kata Rosé dengan wajah acuh tak acuhnya.

Jister berdecak kesal dan menggendong Rosé masuk ke dalam rumah agar adik sepupunya itu mau berganti pakaian. Meski Rosé mengomel dan memberontak, Jister tak peduli dan tetap membawa Rosé masuk ke kamarnya yang kini dominan dengan warna biru.

"Cepat ganti bajumu, aku menunggumu di luar!" Seru Jister sebelum menutup pintu kamar Rosé.

"KAU TIDAK AKAN MENINGGALKAN AKU, 'KAN?" Teriak Rosé dari dalam.

"Tidak, jadi cepatlah!" Jawab Jister.

Sambil menunggu, Jister memilih menunggu di sofa dan memainkan ponselnya. Sebenarnya tidak ada kegiatan khusus yang akan dilakukan di markas, hanya saja ini sudah seperti kebiasaan bagi Hybe untuk berkumpul di markas 2-3 kali dalam seminggu.

Ceklek!

Jister mengalihkan pandangannya dari ponsel saat pintu kamar Rosé terbuka, sedikit heran saat Rosé siap dalam waktu singkat, biasanya adik sepupunya itu akan membutuhkan banyak waktu untuk ini dan itu.

"Cepat sekali?" Tanya Jister heran.

"Aku takut kau benar-benar meninggalkanku." Jawab Rosé sambil mengendikkan bahunya.

"Baiklah baik, terserah kau saja. Ayo, kita harus pergi sekarang."

Rosé mengikuti langkah Jister ke garasi, Rosé memang memiliki motor sendiri yang masih terbilang baru, hanya saja Rosé termasuk orang yang hemat atau lebih tepatnya memanfaatkan keadaan. Jika ada Jister dengan jok belakangnya yang kosong, mengapa Rosé harus membawa motornya sendiri dan menghabiskan bensinnya?

Jister sendiri sudah hafal dengan kebiasaan Rosé, itu sebabnya ia tak bertanya mengapa Rosé tak mengendarai motornya sendiri. Saat Rosé sudah duduk manis di belakangnya, Jister mulai menjalankan motornya dengan kecepatan rata-rata.

Sepanjang perjalanan mereka tak banyak mengobrol, Jister memilih fokus dengan jalanan, sedangkan Rosé diam merekam rute perjalanan.

Saat Jister memarkirkan motornya di depan sebuah rumah bercat abu-abu muda, Rosé langsung turun dengan raut bingung.

[✓] THE DOCTORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang