40

608 149 17
                                    

Duduk beralaskan tikar yang dibeli secara mendadak dengan beberapa jenis makanan cepat saji, Vee dan Rosé menikmati makan malam mereka dengan tenang. Awalnya Vee ingin menepati ucapannya akan membawa Rosé pergi ke restoran yang memiliki olahan daging sapi terbaik di sekitaran Las Vegas, namun sayang restoran itu tutup lebih awal. Dan di sinilah keduanya, menikmati makan malam di bagian luar taman kota.

Obsidian milik Vee memindai Rosé, gadis itu tampak begitu cantik dengan dress putih selutut, "Rosé, apa kau benar-benar tak masalah jika kita hanya makan malam di sini? Kau sudah bersiap sebaik mungkinㅡ"

"Memang apa salahnya dengan ini, Vee? Aku menyukainya, ini sangat manis." Potong Rosé cepat.

Vee tertawa pelan, "Tuan Putri yang satu ini sangat sederhana, ya?"

"Karena aku kasihan padamu jika harus makan dengan sendok emas." Cibir Rosé setelah menelan makanannya.

"Apa kau sudah lebih baik?" Tanya Vee ragu.

Rosé tersenyum tipis, ia meletakkan cup kopinya ke atas tikar, "Kau seharusnya tahu apa jawabanku, Vee. Kau selalu datang seperti obat, aku curiga kalau sebenarnya kau itu dokter?"

"Hei? Hahaha kenapa dokter?"

"Para dokter akan memberikan obat agar sakit pada pasiennya berkurang bahkan hilang, kau melakukannya, Vee."

"Lalu, apa obat itu pahit?"

"Tidak sama sekali, kau obat paling manis yang pernah aku miliki."

"Kau menyukainya?"

"Sangat, aku sangat menyukainya."

Vee mengunci tatapannya pada Rosé yang tengah tertawa di depannya, "Apa mungkin bagimu mencintaiku suatu saat nanti, Rosé?"

Sontak Rosé hentikan tawanya, mata birunya bertubrukan dengan mata hitam milik Vee yang menatapnya dalam, "Itu mungkin saja, Vee. Aku merasakan ketulusanmu, bisakah kau bersabar? Aku sedang meyakinkan hatiku."

"Apa kau yakin? Kau tidak akan menyesali ucapanmu?" Tanya Vee.

Rosé mengendikkan bahunya, "Entahlah, kau tahu Jayden sangat sulit untuk terus digenggam, tanganku berdarah karena durinya, Vee. Aku ingin melepasnya meski sakit, karena setiap kali aku tertawa dan menatap matamu, aku melihat masa depanku di mata itu."

Vee menggigit bibir dalamnya kuat-kuat, wajahnya ia palingkan ke segala arah menghindari Rosé, "Mulutmu sangat manis, Nona Jade."

Tawa Rosé mengudara cukup keras saat itu juga, pipi hingga telinga Vee total memerah dan itu sangat menggemaskan. Rosé sadar akan apa yang ia katakan, Rosé tahu resiko apa yang akan ia dapatkan, namun hatinya terasa cukup lega, karena pada dasarnya beralih pada Vee adalah keputusan yang sudah lama ada.

"Vee, tunggu aku, ya?"

Vee tersenyum, tangannya ia buka lebar-lebar, "Ingin ku peluk tidak?"

Rosé terkekeh pelan, namun sedetik kemudian ia masuk dalam pelukan Vee yang menghangatkannya. "Kau tahu aku selalu menyesali hatiku yang lebih dulu mencintai Jayden, seharusnya itu kau, Vee."

"Tidak masalah, bukankah cinta memang seperti itu?" Balas Vee sembari mengeratkan pelukannya.

Boleh dikata saat ini Vee sedang rasakan kebahagian yang meletup-letup, bahagia yang rasanya membawa Vee terbang mengelilingi bumi dan bulan. Kalimat yang Rosé ucapkan, bukankah itu artinya Rosé akan memantapkan hatinya untuk menatapnya sebagai seorang pria?

Bersandar pada dada bidang itu sedikit demi sedikit leburkan kekecewaannya pada Jayden. Detik demi detik Rosé mulai rasakan bahwa ia tak menyesali ucapannya, ia menutup matanya merasakan debaran pada hatinya. Itu menenangkan, ditambah pelukan hangat dari Vee.

[✓] THE DOCTORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang