14

885 206 2
                                    

Hari ini adalah hari libur dan akan dimanfaatkan oleh Rosé untuk bersantai seharian. Jika Jister tak memaksanya bangun pukul 8 mungkin Rosé akan tetap tidur hingga pukul 12 siang. Kini Rosé tengah berkeliling di supermarket bersama Jinan untuk membeli beberapa kebutuhan yang sudah habis.

"Apa masih lama?" Tanya Rosé kesekian kalinya.

"Kau ini kenapa, Rosé?" Tanya balik Jister yang merasa risih saat Rosé tampak tak nyaman.

"Aku lapar, Jisterrr." Rengek Rosé sambil menarik ujung pakaian Jister.

Jister mendengus geli, kemudian merangkul Rosé untuk kembali mencari bahan-bahan yang lain. "Tadi aku sudah memintamu sarapan, tapi kau menolaknya. Ya sudah, jangan protes padaku."

"Kau memang menyebalkan."

Rosé tetap diam dalam rangkulan Jister meski wajahnya ditekuk kesal, menurutnya Jister sudah merusak rencananya untuk bersantai. Bangun siang, kemudian bermalas-malasan. Tapi apa ini? Setelah membangunkan Rosé pukul 8 pagi, Jister memaksanya untuk ikut ke supermarket.

"Kau ingin makan sesuatu?" Tanya Jister sambil melirik Rosé yang tampak kesal dirangkulannya.

"Aku ingin es krim, burger, pizza, burrito, taco, dan pie apel."

"Baㅡ"

"Oh, aku juga ingin mashed potato."

"Dan juga muffin."

Jister mendengus geli saat Rosé memotong ucapannya hanya untuk menambahkan menu, "Baiklah, kau akan dapatkan itu nanti."

Tak butuh waktu lama, Rosé langsung tersenyum senang dan wajahnya tampak berseri-seri seakan rasa kesalnya langsung hilang entah kemana.

"Kau memang yang terbaik!" Pekiknya senang.

Jister hanya geleng-geleng melihatnya, pada dasarnya membujuk Rosé itu mudah. Rosé memang mudah merajuk, namun tidak sulit membuat Rosé kembali seperti semula. Cukup tanyakan saja makanan apa yang sedang Rosé inginkan dan gadis itu akan langsung tersenyum setelahnya.

Hendak melakukan pembayaran dari setengah troli belanjaannya, Jister menyerahkan satu kartu debit pada Rosé untuk membayar. Rosé sendiri yang paham maksud Jister langsung menerima kartu tersebut dan membiarkan Jister menunggu di luar antrean kasir.

Jister mengamati Rosé dari jarak setidaknya 5 meter, adiknya itu tampak menggerutu pelan saat antrean tak kunjung jalan. Sedikitnya Jister dibuat terkekeh melihat Rosé yang kadang-kadang tak sabaran.

Ngomong-ngomong soal Rosé, Jister meringis pelan mengingat betapa ringannya tangan Rosé melempar remote TV ke lutut Vee yang lukanya masih menganga itu. Entah akan mengomel berapa jam Jister jika saja yang dilempari remote oleh Rosé itu adalah dirinya.

Jister mengambil ponselnya dari dalam saku celananya, sedikit mengirim pesan pada Rosé, kemudian pergi setelah Rosé membalas pesannya.

Rosé sendiri mendapat pesan dari Jister yang katanya ingin mencari sesuatu hanya meng-iyakan. Rosé tidak tahu sesuatu apa yang Jister maksud dan tidak mau tahu.

Rasanya cukup pegal mengantri sepanjang ini, bagaimana tidak, sudah antreannya panjang, orang-orang di depannya setidaknya membawa satu troli penuh belanjaan pula.

Rosé celingukan mencari kasir yang kiranya akan membawanya lebih cepat untuk pulang. Dan,

Gotcha!

Rosé mendapatkannya. Sedikit kesulitan untuk keluar dari antrean dengan troli sebesar itu, Rosé buru-buru pergi ke kasir yang berada di sisi paling kanan. Bahkan saking tidak mau lagi menunggu, Rosé menerobos seorang pria yang hendak maju ke kasir dengan satu keranjang belanjaan di tangan kanannya.

[✓] THE DOCTORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang