13

891 220 16
                                    

Rosé menikmati pemandangan taman rumah sakit dari lantai empat, tepatnya dari dalam ruangannya. Taman itu tampak luas, indah, dan terawat. Jam makan siang sudah dimulai sejak 5 menit yang lalu, hanya saja ia merasa nafsu makannya hilang mengingat pembicaraannya dengan Jister pagi tadi.

"Rosé, sebaiknya makanlah sedikit." Nasehat Wendy sambil menyantap bekal makan siangnya.

Rosé menghela napas panjang, kemudian berbalik menatap Wendy yang duduk di mejanya. "Aku tidak lapar."

"Kau baik-baik saja?"

"Ya, aku hanya tidak selera untuk makan."

Wendy mengangguk pelan merasa tak yakin dengan jawaban yang Rosé berikan. Meski begitu ia tetap memilih melanjutkan makan siangnya dan enggan bertanya lebih jauh, melihat Rosé sendiri enggan membukanya.

Tok tok tok!

Rosé dan Wendy bersitatap saat seseorang mengetuk pintu, namun setelah seorang cleaning service masuk mereka pikir ruangan akan dibersihkan.

"Nona Rosé?" Tanya orang itu dengan ragu, menatap antara Wendy dengan Rosé.

"Aku Rosé, Ada apa?"

"Makan siangmu, Nona."

Rosé kembali dibuat heran sambil menerima paper bag diberikan, sedikit mengintip isinya Rosé langsung tahu ulah siapa kali ini.

"Baiklah, sampaikan terima kasihku untuknya."

Sepeninggalan orang yang berperan sebagai pengantar makanan itu, Rosé duduk di kursinya berniat membongkar isi paper bag tersebut. Hal itu tentu mengundang pertanyaan dari Wendy.

"Makan siang? Dari siapa?" Tanya Wendy.

"Jayden." Jawab Rosé tanpa embel-embel 'dokter'.

Wendy yang hendak menelan nasinya lantas tersedak saat Rosé melontarkan jawabannya, segera mengambil minum agar tenggorokannya terasa lega, Wendy mengusap lembut bibirnya dengan tisu sebelum bersuara.

"Dokter Jayden katamu?! Yang benar saja?? Kalian berpacaran?" Pekik Wendy.

Rosé mendengus kesal, kemudian menatap Wendy dengan malas. "Ayolah, Wendy. Bertukar makanan belum tentu menyatakan hubungan. Aku dan dia hanya teman, dia teman kakakku, jadi dia juga temanku."

"Kau yakin?" Tanya Wendy penuh selidik.

"Aish, terserah kau saja."

Rosé mengabaikan Wendy yang tengah tertawa, padahal baginya itu tidak ada yang lucu. Perhatian Rosé jatuh pada satu lembar kertas yang ditempel di kotak makan. Dengan hati-hati Rosé melepas perekatnya agar ia tak merusaknya.

Sarapanmu kemarin enak, aku agak menyukainya. AGAK! Itu berarti hanya SEDIKIT. Jangan besar kepala!
Maaf sudah membentakmu kemarin, soal menu baru itu benar. Ini makan siang untukmu.
Selamat menikmati, ku harap kau menghargai usaha dan uangku.

Tertanda,
Jayden

Rosé tersenyum geli membacanya. Kertas kecil itu ia lipat, kemudian ia masukkan ke dalam dompetnya. Rosé membuka kotak makannya dan melihat satu menu asing di dalamnya, mengabaikan nafsu makannya yang sempat ia katakan hilang, Rosé langsung menyantap makan siangnya dengan lahap.

"Ah, jadi hanya Dokter Jayden yang bisa membangkitkan selera makanmu." Ledek Wendy saat melihat Rosé tengah makan dengan lahap.

"Diam, Wendy!" Seru Rosé yang sedikit malu.

Ia senang tentu saja, usahanya berhasil. Jayden mengatakan sarapan buatannya enak. Awalnya Rosé hanya berpikir Jayden mungkin mengembalikan kotak makannya dalam keadaan kosong, tapi ternyata pria itu membawa makan siang untuknya.

[✓] THE DOCTORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang