24

795 187 27
                                    

Pukul tujuh pagi di rumah yang dihuni oleh Jister dan Rosé tampak ribut akibat Rosé bermalas-malasan padahal ia harus bekerja, Jister sudah berulang kali mengancam Rosé ini dan itu agar adik sepupunya itu segera berangkat, namun ia malah mendapat kesal karena Rosé tak menggubris dirinya.

"Rosé! Astaga ini sudah pukul tujuh, cepat sedikit!" Geram Jister saat Rosé sarapan dengan lambat.

Rosé menatap Jister dengan kesal, meski begitu ia tetap makan dengan rasa malas. Sungguh Rosé itu masih mengantuk, rasanya ia ingin absen saja, tapi Jister sangat berisik memintanya bekerja.

"Siapa yang menyuruhmu pulang terlambat, huh? Baik, kau bersenang-senang dengan Vee hingga malam, tapi lihat akibatnya, kau masih mengantuk padahal kau harus bekerja."

"Sekarang lihat pukul berapa, kau bagian rekam medis dan tugasmu itu penting, kau tidak boleh salah dalam merekam data pasien, jika kau kurang tidur seperti ini bagaimana kau bisa menjamin kau bisa fokus?"

"Bayangkan jika kau mengantuk dan kau tidak sadar memasukkan data yang salah, kau tahu konsekuensi apa yang kau terima, Jade? Akuㅡ"

"Ssttt! Kau mau aku tidur lagi saat mendengarmu mengoceh?"

Jister menghela napas kesal saat Rosé menatapnya dengan sinis, "Baiklah baik, jika beㅡ"

Ting! Tong!

"Aku akan mengecek siapa yang datang, jangan tidur dan segera cuci tanganmu!"

Rosé berdecak kesal dan buru-buru bangkit dari kursinya untuk mencuci tangan dan membasuh muka. Rosé memang tidur sangat larut semalam, ia larut dalam kesenangannya bersama Vee di atas aspal. Bahkan saking mengantuknya saat mandi tadi ia sempat tertidur di bathtub, jika saja Jister tidak menggedor pintu kamar mandinya, mungkin Rosé masih tertidur di sana.

"Rosé!"

Rosé berbalik dan mendapati Vee menghampirinya sambil tersenyum lebar. Rosé balik tersenyum menatap Vee, "Hai, Vee."

"Maafkan aku ya, gara-gara aku membawamu berputar-putar semalam, kau jadi kekurangan waktu tidur."

"Tidak, justru aku berterima kasih padamu, kau membuatku senang semalam."

"Kau senang?"

"Ya, sangattttt!"

Vee tertawa, kemudian menepuk pelan pucuk kepala Rosé yang menatapnya dengan binar mata yang lucu.

"Sudahlah, jangan berpacaran dan antar Rosé ke rumah sakit, Vee!" Seru Jister.

"Ya ya baik, ayo akan ku antar kau ke rumah sakit."

Rosé mengangguk dan buru-buru mengikuti Vee, ia melambaikan tangannya pada Jister yang juga hendak pergi bekerja. Jister pun yang melihat kepergian Rosé dan Vee hanya geleng-geleng, mereka seperti remaja dimabuk cinta.

Sejujurnya Jister cukup paham akan situasi antara Rosé, Jayden, dan Vee. Yang mana menurut pandangannya, ketiganya terjebak cinta segitiga yang tak mereka sadari. Vee merasa kukuh di posisinya dan menganggap Jayden fokus mengejar Ivy, Rosé sedikitnya mulai goyah akan perasaannya sendiri, sedangkan Jayden mungkin saja setelah ini akan menyadari sesuatu.

Kembali lagi ke Rosé, kini gadis berambut pirang itu dengan riangnya berceloteh pada Vee. Vee sendiri menanggapinya dengan baik, meskipun ia fokus mengemudi.

"Semalam itu benar-benar hebat!"

"Kau tahu kau orang pertama yang membawaku berkeliling kota saat malam hari."

"Sungguh aku tak ingin melupakan momen itu."

"Apa kau tahu saat tiba di rumah aku masih merasa senanggggg sekali, aku seperti tokoh novel yang sempat ku baca, yang mana mereka menghabiskan waktu berdua di atas jalan. Kau tahu itu romantis! Aku lebih suka seperti itu daripada kencan di satu tempat."

[✓] THE DOCTORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang