34

482 128 30
                                    

Entah kesialan atau keberuntungan bagi Jayden, ia sedih mendengar berakhirnya hubungan Ivy dan Sam, apalagi selama ini Ivy hanyalah simpanan Sam yang akan segera menikah. Tapi, Jayden tak bisa menampik rasa senang menyelinap masuk dalam dirinya seakan diberikan kesempatan yang bagus.

Semenjak kedatangan Ivy hari itu, Jayden benar-benar menepati ucapannya, yang dulunya nyaris tak pernah lagi bertukar kabar dengan Ivy, kini kembali Jayden lakukan dengan rutin, tidak lupa Jayden selalu mengingatkan Ivy untuk makan tepat waktu, menghiburnya dengan baik, bahkan mengirim beberapa hadiah kecil untuk Ivy.

Hari ini Jayden akan kembali bekerja, rasanya ia tidak sabar setelah cukup lama beristirahat dari pekerjaannya. Tangannya sudah lebih baik, syukurlah.

Kemeja berwarna abu-abu, celana panjang berwarna hitam, rambut klimis, parfum bermerk keluaran terbaru. Daripada bekerja, Jayden lebih mirip akan berkencan. Ia sendiri tak punya alasan pasti mengapa sedikit berlebihan hari ini, namun alasan merindukan pekerjaan dan pasien mungkin bisa Jayden gunakan.

Jayden turun dari lantai dua untuk bergabung dengan keluarganya di meja makan, Malysa menyajikan sarapan dibantu oleh Athena, sedangkan Darsen hanya diam menunggu semuanya siap.

"Bagaimana tanganmu, Jay?" Tanya Darsen melirik singkat ke arah tangan kiri Jayden.

Jayden mengangguk, "Ini sudah baik-baik saja, aku suntuk jika terus berada di rumah."

"Baiklah, tapi berhati-hatilah, tanganmu belum sepenuhnya baik-baik saja." Pesan Darsen.

"Kau akan bekerja?" Tanya Athena yang muncul dari dapur membawa segelas susu.

"Kenapa? Aku bosan di rumah." Balas Jayden acuh tak acuh.

"Masalahnya kau ini seperti orang pergi berkencan, kau tidak pernah serapi ini biasanya. Lalu, ugh kau gunakan parfum sebanyak apa?! Gila, itu membuatku mual." Protes Athena enggan duduk di sebelah Jayden yang menurutnya terlalu menyengat bau parfumnya.

"Benar, biasanya parfum yang kau gunakan tidak begitu mencolok aromanya." Imbuh Malysa.

Jayden meringis pelan sambil mengusap tengkuknya, "Ini parfum baruku, aku sengaja memakai lebih dari biasanya."

Darsen terkekeh pelan, geleng-geleng mendengar jawaban sang putra, "Aku pernah muda, Jay. Niat mencoba parfum dan mencoba menarik perhatian seseorang itu memang mirip, tapi aku pikir ini opsi kedua."

"Kata siapa? A-aku benar-benar hanya mencoba parfum baruku."

"Mukamu panik, kak. Cara berbohongmu sangat payah."

Demi Tuhan Jayden ingin sekali menyumpal mulut Athena sekarang juga. Ia beralih menatap Malysa dengan tatapan memohon, agaknya Malysa menangkap kode Jayden, lantas meminta agar sarapan segera di mulai.

Masih dengan diselimuti rasa malu, Jayden menghabiskan sarapannya sedikit terburu-buru, ia memang sudah cukup secara usia jika saja ia membawa seorang gadis menghadap kedua orang tuanya, hanya saja Jayden bukan tipe yang akan membuka hubungannya pada keluarganya sampai dia merasa mantap.

"Aku selesai, aku harus bekerja, sampai jumpa."

Jayden meninggalkan ruang makan dengan terburu-buru, membuat Darsen dan Malysa tertawa geli, sedangkan Athena menatap punggung kakaknya dengan aneh,

Apa Rosé alasanmu, kak? Atau mungkin seniormu?

Ya, niat pulangnya Ivy kemarin bertepatan dengan pulangnya Athena dari kampus, tentu Athena bertanya-tanya ada perlu apa Ivy datang, ditambah matanya sedikit sembab, namun muka kakaknya justru sedikit berseri-seri.

Kak, jika kau mempermainkan perasaan seseorang, aku bersumpah aku adalah orang pertama yang akan menghajarmu.

. . .

[✓] THE DOCTORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang