17

805 202 16
                                    

Jayden bergerak gelisah di ruangannya, pikirannya dipenuhi oleh ribuan pertanyaan tentang Rosé. Seingatnya terakhir mereka bertemu, keduanya baik-baik saja. Rosé konyol dan ceria seperti biasanya. Tapi ada apa dengan hari ini? Tatapannya tampak dingin, bahkan nadanya begitu datar saat berbicara dengannya.

Jayden menghela napas panjang dan melepas snellinya untuk pergi sebentar. Sepertinya ia akan senggang hari ini, itu sebabnya ia ingin mencari angin segar lebih dulu. Setidaknya sampai pikirannya kembali tenang.

Jayden membawa langkahnya ke lantai dasar, berniat mengunjungi taman rumah sakit. Sesampainya di sana, Jayden sedikit lega saat mendapati taman lebih sepi dari biasanya. Hari-hari sebelumnya, setidaknya ada 10 sampai 15 pasien berada di taman dengan dalih bosan di dalam kamar. Belum lagi pengunjung lain atau mungkin pendamping pasien hingga terkadang taman tampak penuh meski luas sekalipun.

Jayden duduk di salah satu bangku, matanya menatap lurus air mancur buatan di depannya. Sedikitnya ia merasa lebih baik dari sebelumnya.

"Dia kenapa, ya?" Gumam Jayden yang kembali mengingat Rosé.

Ia mulai mengingat-ingat kemungkinan apa saja yang sudah terjadi. Apa itu soal Neo? Rosé bersikap dingin padanya agar Neo tak mengganggunya setelah persepsi bodoh mereka? Benar, itu bisa menjadi alasan yang masuk akal. Siapapun tidak suka diusik hidupnya dan pasti Rosé pun seperti itu, menjauhinya agar mendapatkan kembali ketenangannya.

Jayden menghela napas panjang, kemudian melipat tangannya di dada. Semenjak kehadiran Rosé, ia sulit mengenali perasaannya. Kadang kala ia merasa muak, ia marah dan kesal, namun kadang-kadang ia merasa terhibur, merasa tenang, bahkan merasa cemas dan peduli. Perasaannya selalu berubah-ubah dan entah karena apa.

"Jay!"

Jayden menoleh saat suara Ivy menyapa rungu, ia tersenyum simpul dan memberi kode pada Ivy agar bergabung dengannya.

"Kenapa kau di sini?" Tanya Ivy setelah duduk di sebelah Jayden.

"Aku sedang suntuk."

"Sesuatu mengganggu pikiranmu?"

"Begitulah."

Ivy tiba-tiba mencari sesuatu di kantongnya, sedangkan Jayden hanya diam membiarkan Ivy mencari apa yang ia cari. Jayden mengalihkan pandangannya dari Ivy, kembali menatap air mancur dengan perasaan aneh. Seharusnya ia senang Ivy ada di sini, tapi ia tak sesenang dulu lagi. Sebenarnya apa yang terjadi?

Jayden tersentak saat Ivy memasang earphone ke telinganya. Ia tak langsung bertanya, melainkan menikmati alunan indah yang tampak menenangkan dirinya.

"Strawberries and cigarettes. Daripada kau merasa tidak nyaman karena pikiranmu, coba alihkan pikiranmu untuk mengingat tentang seseorang. Tentang bagaimana awal kalian bertemu. Bagaimana kalian sekarang, apakah masih sama seperti dulu atau sudah berubah?"

Jayden menatap Ivy dengan lekat, menyelami mata indah itu yang juga menatapnya. Impresinya ditarik pada saat-saat ia bertemu dengan Ivy, saat di mana jantungnya berdetak dua kali lebih kencang, saat Ivy menjadi alasannya tersenyum dan bersemangat, sayangnyaㅡ

Tidak, itu tidak lagi sama. Sesuatu merubah diriku.

Jayden tersenyum simpul, "Ku pikir semuanya sudah berakhir." Katanya sambil mengalihkan pandangannya.

"Bagaimana bisa?" Tanya Ivy.

"Aku hanya lelah."

"Lelah?"

"Dia tidak tahu perasaanku."

"Jika begitu katakan padanya!"

"Dia sudah menjadi milik orang lain."

[✓] THE DOCTORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang