32

673 127 1
                                    

Terhitung sudah lima hari berlalu sejak Rosé merawat Jayden dan Vee. Sebenarnya Vee sudah diberi izin untuk kembali ke rumah kemarin, tapi Vee justru keras kepala ingin berada di rumah sakit lebih lama. Rosé jelas tahu, tujuan Vee hanyalah untuk membuatnya kerepotan.

Sedangkan Jayden akan pulang malam ini, berulang kali pria itu mengeluh bosan berada di rumah sakit. Oleh sebab itu Rosé berinisiatif membantu Jayden membereskan barang-barangnya, sebelum Hybe menjemput Jayden dan Vee. Benar, Vee ikut pulang malam ini juga.

"Sering-seringlah datang ke rumahku." Pinta Jayden tiba-tiba.

Rosé yang awalnya hendak memasukkan ponsel dan charger milik Jayden ke dalam tas, lantas menoleh ke arah Jayden, "Aku tidak tahu di mana rumahmu."

"Tidak perlu tahu, cukup datang saja ke rumahku." Sahut Vee yang membuat Jayden mendelik kesal.

Rosé menghela napas panjang, "Sudahlah, jangan mulai lagi. Aku akan berkunjung ke rumah kalian secara bergantian."

"Tapi kau akan lebih sering berkunjung ke rumahku, 'kan?" Tanya Vee penuh harap.

"Tidak juga, aku akan membagi waktuku agar seimbang. Lagipula kau mulai membaik, kau bisa berjalan sekarang." Kata Rosé sambil menunjuk kaki Vee dengan dagunya.

Jayden tertawa kecil melihat raut masam Vee, "Sudahlah, alasan apa yang akan kau buat agar Rosé merawatmu, huh?"

Vee mendesis kesal, ia mengalihkan pandangannya dari Jayden dan Rosé, namun saat satu ide lintasi pikirannya, Vee kembali menoleh ke arah Jayden, "Jika begitu aku akan membawanya pergi, menghabiskan waktu berdua. Aku sudah sehat dan bisa lakukan apapun dengan baik, tidak sepertimu yang..."

"Berhenti mengejekku! Tanganku ini tidak apa-apa, aku juga bisa jika hanya membawanya pergi." Sungut Jayden.

Rosé berdecak kesal, ia mengambil langkah mundur dan mendaratkan diri di sofa, "Perdebatan di mulai." Gumamnya pelan.

"Ayolah, Jay. Jangan macam-macam, aku khawatir tanganmu itu akan semakin parah. Lebih baik kau diam di rumah dan menonton TV, biarkan aku yang membawa Rosé pergi keluar."

"Lalu, kau pikir aku akan izinkan?"

"Aku tidak membutuhkan izinmu, kau bukan siapa-siapa bagi Rosé hingga aku harus meminta izin darimu."

"Sial, jadi kau mencuri start?"

"Sebenarnya sudah sejak awal aku mencuri start, kau saja yang bodoh tidak tahu tentang itu."

"Vee?! Jangan merebut milikku!"

"Milikmu? Yang benar saja? Kau berhalusinasi, ya?"

"Kau seharusnya ingat apa kata adikku, kita harus bersaing dengan sehat!"

"Memangnya ini tidak sehat? Lagipula di mana letak salahnya? Aku hanya memintamu beristirahat agar cepat pulih, kemudian aku akan mengajak Rosé pergi agar dia tidak suntuk."

"Tidak, jangan merepotkan dirimu. Aku mampu mengajak Rosé jalan-jalan, fokus saja pada pekerjaanmu yang sudah kau tinggal selama seminggu itu."

"Hei, kau dokter, seharusnya kau lebih memikirkan pekerjaanmu bukannya mengambil cuti."

"Aku cuti untuk memulihkan keadaanku!"

"Ya, aku tahu. Kau cuti dengan dalih masa pemulihan, padahal sebenarnya kau akan mencuri waktu bersama Rosé."

"Oh, kau tampaknya iri, Vee? Kenapa tidak ambil cuti saja? Perusahaan itu juga milik orang tuamu, seharusnya itu bukan masalah besar."

"Hahaha jangan mengarang, aku bekerja demi masa depanku dan Rosé."

[✓] THE DOCTORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang