57

604 134 19
                                    

Rosé melepas kacamata hitam yang semula bertengger pada hidungnya. Menghirup udara sebanyak-banyaknya, Rosé menghembuskannya perlahan. Kaki jenjang yang dibalut jeans itu melangkah santai, tak lupa tangan kanan menyeret koper yang cukup besar.

Tidak ada alasan khusus bagi Rosé datang ke Las Vegas sebenarnya, ia hanya merindukan Vee juga teman-temannya. Sudah satu bulan keduanya tak bertatap muka, hanya sebatas panggilan video. Vee yang sibuk dengan pekerjaannya, membuat Rosé berusaha memaklumi.

"Rosé!"

Rosé menoleh mendengar panggilan itu, senyumnya mengembang kala Jane berlari kecil ke arahnya dengan senyuman.

"Bagaimana kabarmu?" Tanya Jane setelah berpelukan singkat dengan Rosé.

Rosé mengangguk kecil, "Aku baik, bagaimana denganmu?"

"Seperti yang kau lihat. Ayo, aku akan mengantarmu." Jane mengambil alih koper Rosé dengan semangat.

Rosé geleng-geleng melihatnya, "Kau ini sudah seperti sopirku saja, menjemput ke bandara, mengantarku, bahkan koperku juga kau bawa."

Jane berdecak pelan, "Kau ini bukannya berterima kasih malah mengataiku."

Rosé terkekeh pelan, "Baiklah, Jane, terima kasih, ya."

Jane hanya mengangguk membalasnya, kemudian masuk ke dalam mobil sebagai pengemudi, sedangkan Rosé duduk disebelahnya dengan nyaman.

"Rosé, kau tahu tidakㅡ"

"Menggunjing orang itu sarang dosa."

Plak!

"Yak!" Jane melotot galak pada Rosé setelah beri tamparan dilengan Rosé.

Rosé tertawa pelan, "Maaf, Jane. Jadi, ada gosip apa?"

"Ivy sekarang gila." Bisik Jane sebelum menjalankan mobilnya.

Rosé menahan tawa mendengarnya, "Kau tahu darimana?"

"Kemarin aku lihat poster orang hilang, saat aku lihat ternyata Ivy yang dicari."

"Lalu, kenapa kau menyimpulkannya bahwa Ivy gila?"

"Tentu saja karena..."

"Karena?"

"Yang pertama, ada logo rumah sakit jiwa di poster itu. Kedua, Ivy menggunakan baju pasien di foto itu. Ketiga, kontak yang bisa dihubungi itu kontak rumah sakit jiwa yang ada di jalan Meade Ave." Papar Jane.

"Ah, aku kasihan dengan perawatnya, pasti dia kena cakar sebelum Ivy kabur. Menyusahkan sekali, sudah gila, malah kabur, ujung-ujungnya duduk di pinggir jalan sambil menangis." Sambung Jane.

Rosé menoleh singkat ke arah Jane, "Seperti kau pernah melihatnya saja."

"Memang pernah." Balas Jane yang membuat Rosé penasaran.

"Sungguh? Di mana?"

"Beberapa hari setelah aku melihat poster itu, aku pergi ke Green Valey, tapi di tengah perjalanan aku seperti melihat Ivy, jadi aku berhenti untuk memastikan. Dan ya, itu benar-benar dia. Demi Tuhan, dia jelek sekali. Penampilannya acak-acakan, dia duduk di trotoar sambil menangis meraung-raung. Entah bagaimana orang gila sepertinya bisa lari sejauh itu."

"Kenapa kau tidak menangkapnya untuk dikembalikan ke rumah sakit jiwa?"

"Kau gila, huh?! Kau mau aku cakar-cakaran dengan orang gila?!" Sentak Jane kesal.

Rosé melipat bibirnya ke dalam menahan tawa, "Tapi, aku sedikit kasihan, waktu itu dia mengatai aku gila, tapi sekarang dia yang gila."

Jane mengangguk setuju, "Sekarang ini zamannya jilat ludah sendiri, Rosé."

[✓] THE DOCTORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang