25

825 179 5
                                    

Tap, tap, tap.

Jayden berjalan dengan santai menyusuri lorong rumah sakit, sesekali dokter muda itu bersiul, kemudian tersenyum tidak jelas. Tidak ada yang spesial sebenarnya, hanya saja Jayden tengah merasa berbunga-bunga untuk hal yang tidak ia ketahui secara pasti. Mungkinkah Rosé alasannya?

Langkahnya ia bawa menuju rooftop, sengaja bersantai di jam makan siang. Satu puntung rokok ia simpan dalam saku celana, juga pemantik api untuknya menyulut benda nikotin tersebut.

Begitu ia membuka pintu rooftop, angin tampak tenang dengan matahari yang tak terlalu menyengat. Hawa yang terasa baik menurut Jayden. Pria 25 tahun itu melangkah maju dan memilih duduk pada pembatas rooftop, terlihat mengerikan memang tapi itu bukan apa-apa baginya.

Jayden mengeluarkan rokok yang ia simpan, kemudian ia nyalakan dengan pemantik. Dihisapnya rokok tersebut hingga asap keluar dari mulut dan hidungnya. Jayden mengedar pandang bagaimana daerah Spring Valley tampak indah dari tempatnya berada, pohon hingga bangunan tampak apik tersorot sinar matahari di tengah hari.

Tuk!

Jayden meringis kecil sambil mengusap kepalanya saat seseorang memukulnya dengan sumpit bambu, ia menoleh dan mendapati sosok Rosé berdiri di sebelahnya sambil geleng-geleng.

"Apa?" Tanya Jayden bingung.

"Sepertinya rokokmu lebih penting daripada makan siangmu." Sindir Rosé sambil mengambil tempat disebelah Jayden.

Jayden mengendikkan bahunya acuh tak acuh, "Begitulah."

Rosé mendengus kesal, kemudian membongkar paper bag yang ia bawa. Jayden yang penasaran pun sedikit mengintip apa yang akan Rosé keluarkan.

"Makanlah, aku membelinya di kantin." Kata Rosé sambil memberikan satu kotak makan siang pada Jayden juga satu sumpit bambu yang masih dibalut oleh kertas.

"Lalu milikmu?" Tanya Jayden setelah menerima pemberian Rosé.

Rosé terkekeh kecil, kemudian mengangkat satu kotak makan yang sama dengan milik Jayden. "Ayo makan bersama, Jay."

Jayden tertawa kecil, kemudian menepuk pelan pucuk kepala Rosé. "Kau menggemaskan, terima kasih."

Pergerakan Rosé yang awalnya membuka kotak bekal mendadak menjadi kaku setelah sikap tiba-tiba dari Jayden. Bibirnya berdenyut menahan senyum, juga ribuan kupu-kupu terasa menggelitik perutnya.

Sial, tahan, Rosé!

Terlalu fokus menahan euphoria dalam dirinya, Rosé tak menyadari bagaimana gelinya Jayden mengamati Rosé yang tampak mati kutu dengan wajah memerah sempurna.

"Hei, kau sakit?" Ledek Jayden sambil menahan tawa.

Spontan Rosé menoleh ke arah Jayden,

Apa aku terlihat segugup itu? Aish, bodoh.

"Tidak, aku tidak sakit. Hanya saja di sini panas, haha ya panas, sangat." Jawab Rosé kaku.

"Baiklah baik, segera makan makananmu atau jam istirahat akan berakhir." Titah Jayden.

Setelahnya Rosé memilih diam dan makan, jantungnya masih terlalu kisruh untuk dikondisikan. Sedangkan Jayden sendiri makan dengan tenang, meski sekali dua kali mencuri pandang ke arah Rosé.

Katakan bahwa kau tercipta untukku, Rosé.

Tanpa sadar Jayden terkekeh dengan pipinya yang sedikit memerah, hal itu sukses mengundang rasa penasaran Rosé. Ada apa dengan dokter muda itu? Di tengah kegiatannya makan, secara tiba-tiba ia terkekeh dan tampak tersipu.

[✓] THE DOCTORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang