50

590 152 50
                                    

Jayden bangun dalam keadaan kacau, aroma alkohol merebak kuasai ruangan, mata sembab, dan kamar yang berantakan. Menarik dirinya dari ranjang untuk bersandar pada kepala ranjang, Jayden meringis pelan saat kepalanya terasa pusing.

"Shh, ini kepalaku atau batu? Berat sekali rasanya." Gumam Jayden sambil memukul kepalanya beberapa kali.

Setelah merasa lebih baik, Jayden bangkit untuk mencuci muka, setidaknya ia harus membereskan kekacauan yang ia sebabkan semalam. Menyeret langkah untuk mencuci muka, Jayden menatap pantulan wajahnya dan betapa kacau dirinya jika dilihat dari wajahnya.

"Aku seperti hantu sekarang." Jayden terkekeh di akhir kalimat.

Merasa cukup, Jayden kembali ke kamar berniat membereskan semuanya. Dimulai dari membuka tirai agar cahaya matahari tak lagi terhalangi, memisahkan botol alkohol yang masih tersegel dengan yang sudah habis, kemudian mengelap beberapa bagian yang terkena tumpahan minuman alkohol dengan lap basah.

Jayden mondar-mandir mencari kantong plastik untuknya membuang sampah, "Plastik yang kemarin ku letakkan di mana, ya?" Jayden bertolak pinggang, membiarkan matanya menyapu ruangan.

"Ah, itu dia. Terselip di sini ternyata." Jayden mengambil kantong plastik yang ternyata terselip diantara bantal sofa.

Memegang botol kosong itu untuk dimasukkan dalam kantong, Jayden menghitung, "Satu, dua.. enam botol?" Gumamnya tak percaya.

Tiga botol alkohol telah tandas, satu botol tersisa setengah, sedangkan dua lainnya masih utuh.

"Untung saja aku tidak mati." Jayden menghela napas panjang, kembali memasukkan botol alkohol itu ke dalam kantong.

Alkohol yang Jayden beli bukanlah jenis alkohol kadar tinggi, oleh sebab itu Jayden mampu menenggak habis beberapa botol meski berujung ambruk.

Menyingkirkan kantong plastik yang berisi botol alkohol ke sisi ruangan, Jayden memutuskan untuk memesan kopi dan sarapan. Sambil menunggu, Jayden melakukan sedikit peregangan, badannya masih cukup lemas setelah mabuk-mabukan semalam.

"Aku tidak melupakan masalahku, tapi alkohol itu malah menyakiti diriku, sialan."

Gerakan Jayden terhenti, menoleh ke sisi jendelaㅡ tepatnya menatap langit. Pikirannya mulai berkelana, "Kapan terakhir kali aku beribadah?"

"Akuㅡ aku terlalu lama melewatkannya."

"Inikah tegurannya? Inikah teguran bagiku karena aku melupakan ibadahku?" Jayden terkekeh pelan, kemudian diam dan menutup mata. Jayden merasakan bersalah melibihi apapun, merasa bersalah sebab dirinya seakan melupakan Tuhannya.

"Bukannya pergi ke gereja dan beribadah, aku malah mabuk-mabukan."

Jayden meraih ponselnya, membuka peta online di ponselnya, kemudian mencari gereja terdekat dari posisinya sekarang.

"Ini tidak terlalu jauh, aku cukup jalan kaki untuk tiba di sana."

Tok, tok, tok!

"Permisi, Tuan. Aku membawakan pesananmu, kopi dan sarapan."

Jayden melempar ponselnya ke ranjang, kemudian berjalan menuju pintu. Saat dirinya telah menerima pesanannya, Jayden baru sadar bahwa dirinya belum mandi. Bau alkohol masih tercium di tubuhnya. Jayden mencoba membuat keputusan, mana yang akan ia dahulukan, mandi dan membiarkan sarapannya dingin atau makan dengan keadaan tidak segar.

"Atau aku mandi dulu saja?"

"Tapi, kopi dingin itu ide buruk." Jayden menghela napas panjang, kemudian membulatkan keputusan untuk sarapan lebih dulu.

[✓] THE DOCTORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang