31

727 134 6
                                    

Hari ini Rosé kembali bekerja setelah kesibukannya mengurus Jayden dan Vee kemarin. Rosé menatap kertas-kertas di depannya tanpa minat, sungguh Rosé malas bekerja, ia rindu kasurnya dan ingin tidur dengan pulas. Bisa dibilang sejak kemarin, Rosé itu kurang istirahat. Dari pagi menjaga Jayden dan Vee yang terus berdebat, hingga malam pun Rosé tidur tak tenang, bagaimana pun hanya Rosé yang bisa diandalkan oleh kedua pria itu, bahkan kemarin Athena dan Jane yang statusnya adik kandung dari Jayden dan Vee saja ditolak mentah-mentah kehadirannya.

"Sial, bisakah aku memiliki sihir untuk membuat semua pekerjaanku selesai agar aku bisa tidur?"

Tak!

Rosé mendongak saat seseorang meletakkan secangkir kopi panas di mejanya, "Edgar?"

Edgar tertawa kecil, kemudian berjalan kembali ke kursinya, "Bekerjalah dengan baik, kau harus merawat Dokter Jay, bukan?"

Rosé mendengus kesal saat kalimat Edgar seakan mengejeknya, "Kau tahu dokter muda kita yang selalu kalian puji itu hanya bisa membuatku kesal seharian, meminta ini dan itu, kemudian berdebat lagi dengan Vee." Keluh Rosé yang terselip rasa kesal di dalamnya.

Wendy yang mendengarnya pun lantas terkekeh, "Tapi menghabiskan waktu dengan orang yang kau sukai itu menyenangkan, bukan?"

"Menyeㅡ orang yang aku sukai? Memangnya siapa? Hei, aku tidak menyukai salah satu diantara mereka, jangan mengada-ada!" Sungut Rosé.

"Tidak menyukai, tapi sering bertemu, memujinya tampan, makan siang bersama, kemudian merawatnya, ya?" Ledek Joy sambil menahan tawa.

"Ayolah, Joy. Itu tidak berarti apa-apa." Rosé merotasikan bola matanya malas.

"Kau yakin dengan jawabanmu meskipun kau terlihat gugup, Rosé?" Imbuh Chann yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik Rosé.

"Apa kalian sengaja memojokkanku?" Sinis Rosé sambil mengalihkan perhatiannya agar tak lagi menggubris teman-temannya.

"Jadi, bagaimana? Kau mau berlabuh ke siapa?"

"Apa maksudmu? Pelabuhan apa yang kau maksud?"

"Kau seharusnya tahu tanpa perlu ku beri tahu."

Rosé menatap Wendy lamat, sedikitnya paham apa maksud Wendy, hanya saja ia tak yakin. Pelabuhan? Kemana Rosé akan berlabuh? Bukankah itu terlalu jauh untuk dipikirkan, sedangkan pelabuhan itu dalam masa perbaikan? Rosé menghela napas panjang, Rosé baru tahu sekarang bahwa Wendy dan Joy agaknya pandai amati situasi. Mereka pasti asumsikan bagaimana Rosé sukai Jayden, namun Vee sukai Rosé. Jujur, Rosé pusing memikirkannya.

Rosé baru menyadari bahwa sikap Vee padanya itu lebih dari sekedar teman, Jister mengajaknya mengobrol pagi tadi, satu obrolan yang buat Rosé merasa bimbang. Memang benar, jika diamati Vee tampak seperti mendekatinya. Hanya saja bagaimana dengan sosok Jayden yang terlanjur miliki hatinya?

Penolakan Ivy tak menjamin apa-apa, ditambah apakah Jayden berhasil melupakan Ivy, Rosé tidak tahu. Itu lah masalahnya, akan pada siapa Rosé mengarah, semuanya abu-abu. Jalan mana yang seharusnya Rosé tapaki, Rosé tidak tahu.

"Jangan terlalu dipikirkan, biarkan saja semuanya berjalan seperti biasanya." Kata Joy sambil menepuk pelan bahu Rosé.

Rosé tersenyum kecil, kemudian mengangguk singkat. "Lagipula hanya membuang waktu bagiku memikirkan itu, hidupku lebih berharga hanya untuk rasa cinta."

"Oh, kau berbohong lagi." Ledek Joy sambil tersenyum miring.

Rosé berdecak kesal, "Bisa tidak sehari saja kau berlagak bodoh?"

"Dan bisa tidak sehari saja kau berbohong dengan lebih pintar?"

"Sialan kau, Joy."

Rosé bersandar pada kursi dengan menutup matanya sejenak, namun saat Jayden dan Vee melintasi pikirannya, Rosé buru-buru menyelesaikan pekerjaannya yang lumayan padat hari ini. Ayolah, Rosé harus menjaga Jayden dan Vee yang sudah memaksanya datang ke rumah sakit setelah pulang bekerja. Merepotkan memang.

[✓] THE DOCTORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang