20

880 197 26
                                    

Kepakan burung-burung didengar oleh rungunya, terbang membumbung di langit biru. Beberapa memilih tinggal, bersiul riang dipepohonan. Sinar elok sang baskara sampai di tempatnya duduk dengan sebuah buku pada hasta. Membaca bait demi bait dengan senyum tipis menghiasi wajahnya yang rupawan.

Srek!

Rosé membalik halaman demi halaman pada novel yang ia baca. Sebuah romansa telak menghanyutkannya. Tenggelam dalam untaian kata yang menyihirnya, waktu seakan hanyalah mitos belaka baginya.

Membabat habis 2 novel sejak rembulan bertahta, Rosé tak peduli meski kegiatannya merenggut waktu tidurnya. Ia hanya membutuhkan pelampiasan.

"Dasar bebal!"

Tawa kecil mengudara darinya, menutup bukunya dan menatap saudaranya yang kini menatapnya kesal.

"Apa?" Tanyanya dengan tawa.

Tuk!

Meringis pelan saat sendok teh mendarat di dahinya, niatnya untuk protes tertahan saat Jister bersuara.

"Berapa jam kebutuhan tidur manusia dewasa, Rosé?"

"Emm, ya setidaknya 7-9 jam."

"Lalu?"

"Aku tidak mengantuk, lagipula novel ini bagus."

"Apa tidurmu tidak lebih penting dari novel itu?"

"Sudah ku bilang aku tidak mengantuk, Jister." Tegas Rosé sambil menatap Jister kesal.

Jister menghela napas panjang, kemudian duduk di sebelah Rosé. Duduk bersila dengan nampan sarapan berada di pangkuannya, Jister menatap Rosé nanar. Lebam itu masih terlihat jelas di wajah cantiknya.

"Buka mulutmu." Titah Jister sambil mengarahkan satu sendok mashed potato pada Rosé.

Rosé membuka mulutnya dan menerima suapan Jister, "Kenapa kau memilih mashed potato untuk sarapan? Aku tidak menyukainya." Protes Rosé.

Jister merotasikan bola matanya malas sebelum memberikan suapan kedua pada Rosé, "Uangku habis, jangan banyak bertanya!"

"Habis? Memangnya kau gunakan untuk apa?" Tanya Rosé curiga.

"Ayolah, ini akhir bulan, wajar saja jika aku tak memiliki uang sebanyak hari sebelumnya." Sanggah Jister tanpa menatap Rosé.

"Hah, pembohong!" Tukas Rosé sambil terkekeh.

Jister berdecak malas dan menyumpal mulut Rosé dengan satu sendok penuh mashed potato, "Nikmati saja sarapanmu."

"Kau memiliki pacar, ya?" Ledek Rosé pada Jister.

Obsidian Jister membola mendengar ledekan Rosé, kembali menyuapkan banyak mashed potato ke dalam mulut Rosé, Jister mulai buka suara, "Jangan mengada-ada, Jade!"

"Begitu saja marah." Cibir Rosé saat Jister memberinya nampan sarapan agar Rosé makan sendiri.

Jister tak mempedulikan cibiran Rosé dan memilih diam sambil menilik novel yang Rosé baca tadi. Romantisme, sedikit tak cocok dengannya yang lebih menyukai laga.

"Rosé." Panggil Jister tiba-tiba.

"Ya?" Sahut Rosé setelah mengakhiri sarapannya.

"Ada apa denganmu juga Jayden? Kalian tampak tidak beres."

Rosé memainkan epitel pipi saat Jister menatapnya curiga, Rosé ingin jujur, tapi ia malu. "Memangnya aku dan dia kenapa? Kita baik-baik saja." Sanggah Rosé.

Jister diam dengan menatap curiga pada Rosé, kedua matanya memicing penuh curiga hingga Rosé tampak gugup dan bernyanyi pelan dengan pandangannya mengedar ke segala arah.

[✓] THE DOCTORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang