45

597 138 13
                                    

Selayaknya jarum berdenting tinggalkan masa, begitu pun matahari terbit tenggelam gantikan hari. Terhitung sudah sepuluh hari Rosé kembali menjalani kehidupannya di Wales dan itu cukup membahagiakan, sebab Paman dan Bibinya mulai melunak pada Rosé.

Saat ini ia tengah bermain bersama seekor anjing di taman luas rumah megah itu, berlari kesana-kemari dengan tawa di wajahnya. Tawanya yang sudah lama tak terdengar membuat beberapa pelayan yang mengawasinya tersenyum lega, terekam jelas bagaimana dulu perlakuan Tuan dan Nyonya kepada sang Nona.

"Hank, kemari!"

Anjing ras campuran yang bernama Hank itu menurut, berlari ke arah Rosé dengan lucunya.

"Wah anak pintar, kau semakin besar ya sekarang." Rosé mengusap Hank dengan gemas, bahkan beberapa kali anjing kesayangannya berguling-guling di atas rumput.

"Rosé!"

Rosé menoleh dan menghentikan usapannya pada Hank, "Ya?"

Jister tetap diam di tempatnya, membuat Rosé mau tak mau yang menghampiri, "Hank, ayo! Jam bermain sudah habis." Langkah Rosé diikuti oleh Hank, meski setelahnya anjing itu lari ke dalam rumah setelah Rosé berhadapan dengan Jister.

"Ada apa?" Tanya Rosé.

Jister melirik sekitarnya, terlalu banyak orang, "Ikuti aku!"

Rosé mengangguk setuju dan mengikuti kemana Jister melangkah. Paviliun.

"Kau masih ingat dengan paviliun ini, 'kan?" Tanya Jister sembari membuka pintu paviliun yang masih satu halaman dengan rumahnya.

Rosé mengangguk, "Bagaimana bisa aku lupa jika dulu tempat ini sering ku jadikan rumah kedua?"

Jister terkekeh pelan saat ia masuk ke dalam paviliun, "Paviliun ini sudah seperti milikmu, bahkan dekorasinya sangat menggambarkan dirimu."

Rosé melihat-lihat setiap detail paviliun itu, "Tidak ada yang berubah, semuanya masih sama dan terawat."

"Karena mereka menjaganya, kau harus berterima kasih pada mereka." Sahut Jister.

Pandangan Jister terkunci pada replika palu Thor yang ia beli bersama Rosé beberapa tahun yang lalu. Mjölnir, dalam filmnya dikatakan itu terbuat dari inti bintang yang sekarat dan hanya bisa digunakan oleh orang-orang yang pantas menggunakannya.

"Rosé, kapan kau akan menggunakannya?"

Rosé yang sedang melihat figura dirinya dan Jister saat masih kecil, lantas hampiri Jister dengan bingung, "Menggunakan apa?"

Jister tak menjawab, hanya diam dengan pandangan tak lepas dari replika mjölnir itu. Rosé mengikuti arah pandang Jister, sesaat setelahnya ia paham apa yang Jister maksud, "Apa menurutmu sudah waktunya?"

Jister mengangguk, "Aku sudah tidak tahan, Rosé. Mari selesaikan semuanya."

Rosé mengernyit heran, matanya mengikuti arah perginya Jister dari paviliun, "Ada apa dengannya? Dia tampak marah."

Berusaha mengacuhkannya, Rosé kembali pusatkan pandang pada replika di depannya, "Senjata penghancur, ya?"

Apa kau ingin sesuatu yang manis?

"Petir dan tornado, bagaimana dengan sedikit badai?"

Persetan denganmu!

"Persetan dengan hidupmu, bersiaplah untuk kehancuran!"

Di sisi lain, Jister tengah menyaksikan rekaman CCTV yang sudah ia putar untuk kali ketiga. Napasnya memburu seiring dengan kuatnya kepalan tangannya.

"Jangan banyak omong, Rosé hanya bentuk sumbangan dariku untukmu."

[✓] THE DOCTORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang