Ćhapťer 15 : different.

51 1 0
                                    

Angie P.O.V

Siang ini, Louis mengajakku bertemu disalah satu toko bunga di kota kami. Aku sangat senang dengan ajakan itu. Hari ini, aku memakai sweater hitam bergambar kucing dan memakai celana pendek dan docmart kulit berwarna hitam.

Setelah selesai bersiap aku segera meninggalkan rumah menaiki bus ketempat dimana aku akan bertemu Louis.

Sampai disana, aku melihat Louis sedang membeli setangkai bunga mawar. Sangat cantik. Aku berjalan mendekatinya lalu menepuk bahunya.

"Hei, akhirnya kau datang...aku sudah mendengar soal pernikahan rahasia antara ibumu dan ayah Janie!" Ucapnya dengan senyum lebar. Aku tercengang dan berfikir siapa yang tega memberi tau Louis soal itu.

"Yaa begitulah, oya..apa yang kau ingin lakukan sampai mengajakku bertemu disini?" Tanyaku dengan senyum tipis. Ia tertawa kecil sambil memandangi bunga itu.

"Ikut aku dan jangan banyak bertanya" Louis meraih tanganku dan menarikku ke mobilnya. Sepanjang perjalanan entah kemana, kami membicarakan banyak sekali hal yang menyenangkan.

"Kau tau, saat dulu aku masih sekolah..setiap aku merasa lelah, aku selalu lari ke loteng rumah lalu berbicara pada foto ayah dan kakak laki-laki ku..." ujarku sambil tersenyum dan perlahan teringat soal mereka.

"Benarkah? Aku juga melakukan hal yang sama denganmu, tapi di loteng aku akan berteriak lalu berbicara dengan burung yang datang ke jendela lotengku" ceritanya dengan penuh semangat dan antusias.

"Kakak laki-lakiku seumur denganmu, dan ia meninggal saat masih kecil karena dibunuh ibuku...karena ayahku tak terima, ia menceraikan ibuku" ucapku tanpa sadar pada Louis yang tiba-tiba tercengang dan memasang wajah seriusnya.

"Lalu apa kau merindukan ayahmu? Kemana ia sekarang?" Tanya Louis dengan nada penuh kesedihan karena suasana yang telah kubuat.

"Aku sangat merindukannya, setiap sebulan sekali aku akan datang kerumahnya dan memasak lalu makan siang bersamanya lalu pulang..." jelasku sambil menitikkan air mata.

"Oh tidak, jangan menangis..kumohon, maafkan aku...aku tidak ingin membuatmu menangis" Louis menghapus airmataku lalu tersenyum lebar.

Aku tertawa kecil karena kelakuannya. Akhirnya kami melanjutkan obrolan kami walaupun aku masih agak sedih.

"Baiklah, kita sampai!" Louis turun dari mobil, aku pun ikut turun dan berjalan mengikutinya. Ternyata ini suatu rumah sakit. Dan setelah melihat namanya,

"Janie pergi kesini siang ini.." ujarku pelan sambil mengingat tadi Janie pamit pada Ibuku ingin kesini. Louis menoleh ke arahku dan tersenyum.

"Kau cerdas! Kau sudah tau untuk apa kita kesini" ujar Louis. Aku perlahan menahan rasa sakit yang terus menusuk di hatiku. Ini benar-benar menyakitkan, sangat menyakitkan.

Louis P.O.V

Aku dan Angie memasuki lift rumah sakit. Aku terus melompat-lompat kecil untuk mengurangi rasa grogiku. Angie hanya diam sedari tadi dan menatap kosong kedepan.

Sampai di lantai 12 aku dan Angie keluar dari lift lalu mencari ruang bernomor 125.
"Bagaimana kau bisa tau ruangan tempat teman Janie dirawat?" Tanya Angie dengan suara datar.

"Dari Niall, dia kekasih dari teman Janie yang sakit...nahh ini dia, ayo kita tunggu diluar saja" ucapku pada Angie. Akhirnya kami menunggu beberapa menit di depan ruangan itu.

Tiba-tiba Janie keluar dengan mata sembab. Aku segera menyodorkan setangkai bunga itu lalu tersenyum lebar padanya "mengapa matamu sembab?" Tanyaku padanya.

Ia tersenyum lalu mengambil bunga itu dan mencium harumnya. "Tak apa, hanya sedih karena temanku...kau salah orang Lou!" Ujar Janie lalu memberikan bunga itu pada Angie yang sedari tadi hanya melamun.

Karena bunga itu Angie langsung berhenti melamun lalu menatap bingung padaku dan Janie. "Dia orang yang tepat menerima bunga itu.." ujar Janie lalu berlalu meninggalkan kami berdua.

"SIAL!! apa dia benar-benar sudah melupakanku? Bagaimana bisaa??!!" Bentakku pada diriku sendiri karena perlakuan Janie. Angie perlahan menepuk-nepuk bahuku lalu ia berlalu.

"Tungguuu, kita harus makan siang duluu!!" Ujarku pada Angie sambil mengejarnya.

---------------------------
Liam P.O.V

Sore ini aku ada pertemuan dengan Cheeqa di sebuah taman. Disana kami akan bermain skateboard. Aku lumayan semangat untuk hal ini, jadi aku bersiap-siap dengan cepat.

Saat sudah rapih, aku segera membawa skateboardku dan naik ke mobil untuk segera pergi ke taman. Aku benar-benar tak sabar untuk tips hari ini.

Sampai di taman, kulihat ada beberapa orang yang sedang lari sore dan ada beberapa orang yang sedang sibuk menggunakan laptop mereka.

"Lama sekalii..aku sudah disini sejak sejam yang lalu!!" Bentak seseorang tidak serius padaku. Aku menoleh kearah suara itu berasal dan ternyata itu suara Cheeqa.

"Tidak mungkin, kau mengajakku untuk bertemumu jam empat dan ini sudah jam empat.." jawabku dengan nada bersalah sambil tersenyum simpul.

"Tidakk akuu juga baru sampaii..ayoo kita kesana dan bermain skateboard!" Jawabnya dengan tawa. Ia lalu menarikku ketengah taman dimana disitu ada arena bermain skateboard.

Sampai disana aku dan Cheeqa bermain skateboard seperti orang amatir. Setidaknya kami bisa memainkannya sedikit. "Ini melelahkann, traktir aku es krim!" Ujarku pada Cheeqa sambil menghapus keringat yang mengalir di pelipisku.

"Beli saja sendiri!" tiba-tiba Cheeqa beraksi dengan skateboardnya di arena-arena yang ada. Walaupun atraksinya masih sangat biasa, tapi itu keren sekali jika dilakukan seorang gadis.

Cheeqa P.O.V

Aku terus melakukan atraksi ini dengan serius. Aku melakukannya bukan untuk mencari perhatian Liam, tapi aku memang berlatih karena sudah lama tidak bermain skate board.

"Woahhh kau hebat sekalii, ajarkan aku!!" Ucap Liam antusias sambil bertepuk tangan. Aku hanya tertawa kecil lalu menghampirinya.

"Dulu sahabat laki-lakiku seorang pria yang masuk ke komunitas skateboard, dan ia mengajarkanku banyak hal" jelasku pada Liam. Ia tercengang lalu bertepuk tangan lagi.

"Woahh, kau benar-benar harus mengajarkanku!!" Ujarnya lagi sambil tertawa dan menepuk-nepuk bahuku. Aku tertawa lalu mencubit lengannya.

"Sudah minta traktir ice cream, sekarang kau meminta ku untuk mengajarkanmu? Tak mau!!" Ujarku sinis lalu kembali bermain skateboard.

"KATAMU KAU AKAN MEMBERIKU TIPS UNTUK MELUPAKAN ANGIEE!!" teriak Liam kesal karena aku meninggalkannya. Aku tertawa lalu menoleh ke arahnya.

"Nikmati saja perjalanan kita selama dua minggu dan kau akan mendapatkan tipsnya!" Jawabku dengan santai. Ia hanya tertawa lalu bermain dengan skateboardnya lagi.

---------------------------------

Suka gak sama chapter yang ini? tunggu next chapternyaa yaa ^^

Semoga bisa secepatnya di update :)

Thanks for reading ^^

Have To WaitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang