Ćhapťer 32: 4 days before the surgery

27 3 0
                                    

Anna P.O.V

Aku terbangun dari tidur siangku. Kulihat ke sekitar kamarku dan hanya ada Niall yang sedang menonton televisi. Ia tersenyum padaku saat menyadari bahwa aku sudah terbangun.

"Empat harii lagii! Kau siap?" Tanya Niall penuh semangat sambil berjalan mendekati ranjang ku. Aku tersenyum ke arahnya lalu mengangguk.

"Baiklah, aku akan menemanimu selama empat hari sebelum kau melaksanakan operasi" ujar Niall sambil mengacak-acak rambutku.

"Bagaimana dengan acara red carpetmu itu? Apa kau tidak akan datang? Bagaimana dengan penggemarmu?" Tanyaku serius sambil menatap matanya dalam.

"Tenang sajaa..yang akan pergi kesana hanya Harry dan Liam saja. Mereka akan mewakilkan kita" ujar Niall sambil tersenyum lembut.

Mendengar itu aku pun tersenyum lega. "Apa tidak ada yang datang menjengukmu? Dimana orang tuamu?" Tanya Niall serius sambil memasang wajah khawatirnya.

"Kau tahu aku seorang kutu buku yang tidak punya teman? Tapi Janie termasuk teman dekatku, kenapa ia tidak datang? Ahh...kalau orangtuaku sedang mengurus kepindahan rumah kami" jelasku santai sambil tersenyum lebar.

"Ahh, bagaimana dengan Katy? Ia tidak datang saat kau operasi?" Tanya Niall semakin khawatir karena akhir-akhir ini belum melihat kakakku, Katy.

"Tenang, tepat dua hari sebelum operasi ia akan datang bergabung bersamamu untuk menemaniku" jelasku sambil mencubit pipi Niall lembut.

------------------------------
Janie P.O.V

Aku duduk di ranjangku sambil memegang gitar kesayanganku. Aku bingung harus memainkan apa atau menyanyikan apa. Hanya Louis dan Angie yang ada di benakku.

"Apa yang mereka berdua lakukan disini? Kenapa Louis memakai baju pasien?" Tanyaku pada keheningan. Hanya ada suara hembusan angin dari pendingin ruangan yang menjawab pertanyaanku.

Tiba-tiba ponselku berbunyi. Aku segera bangkit dari ranjangku dan mengambil ponselku yang berada di atas sofa. Kulihat siapa yang menelpon dan tidak ada nama disana.

Aku pun mengalahkan rasa takutku untuk mengangkat telpon dari orang yang tak kutahu ini. "Halo.." ujarku pelan sambil menunggu jawaban dari orang di seberang sana.

"Bagaimana? Kau sudah siap? Apa kau baik-baik saja?" Tanya pria di seberang sana yang suaranya kudengar sangat berat.

"Siapa kau? Bukan urusanmu...memangnya kau tahu apa" ujarku berani sambil menahan rasa penasaranku. Kudengar keheningan diseberang sana.

"Aku...aku hanya khawatir denganmu" ujar orang diseberang sana sambil menghembuskan napas beratnya. Aku benar-benar bingung siapa ini. Suaranya agak mirip dengan Niall, tapi ini tak mungkin Niall.

Aku tak tahu harus bagaimana, jadi akhirnya kumatikan sambungan telpon dengan orang yang tak kukenal itu dan segera merebahkan diriku ke sofa empuk.

"Apa aku harus membersihkan pikiranku dan berkeliling di rumah sakit?" Tanyaku pada keheningan lagi. Kurasa, diam itu tandanya ya. Jadi kuputuskan untuk keluar kamarku ini dan berkeliling rumah sakit.

Belum beberapa lama aku berkeliling di taman rumah sakit. Tiba-tiba datang seorang gadis, memakai baju pasien yang sama denganku. Tetapi ia memakai masker dan topi untuk menutupi wajahnya.

"apa yang kau lakukan?" tanya gadis itu yang baru saja menghampiriku. Aku hanya tersenyum padanya, lalu terdiam.

"aku tahu bagaimana perasaanmu, sebentar lagi aku juga akan di operasi dan tidak ada yang tahu soal ini.." ujarnya riang sambil menepuk-nepuk pundakku lembut.

Aku menoleh ke arahnya dan memandangi wajahnya baik-baik. Wajah gadis ini sangat familiar, tapi aku tidak bisa mengenali dia siapa.

"baiklah...aku harus menemui pacarku yang dirawat disini juga, semoga harimu menyenangkan, byee" ujar gadis itu lalu berlari pergi meninggalkanku. Aku hanya tertawa kecil lalu melanjutkan tujuanku ini.

"Bagaimana ia bisa tau kalau aku akan dioperasi dan tidak ada siapa pun yang tahu?" ujarku dalam hati sambil menghirup napas dalam-dalam.

"Aku benar-benar kesepian sekarang.. apa aku harus menemui Louis? Dia kan dirawat disini juga" pikirku. Dengan semangat aku segera ke meja informasi dan menanyakan nomer kamar Louis.

Setelah tahu, aku segera menaiki lift ke lantai atas. Di dalam lift aku sempat takut dan ingin mengurungkan niatku. Tapi kapan lagi aku bisa seperti ini?.

Sesampainya di lantai itu, aku segera berjalan cepat mencari kamar dimana Louis dirawat. Setelah menemukannya, aku segera mengintip ke arah dalam kamar melalui pintu.

Kulihat Louis sedang menonton film bersama seorang gadis yang hanya kulihat punggungnya. Gadis itu mengenakan topi dan masker yang sama dengan gadis di taman yang aku temukan.

"siapa dia? kenapa berani sekali bertemu Louis saat Angie sedang tidak menjaganya, tapii..tadi gadis itu bilang dia ingin menemui pacarnya yang dirawat disini juga...jadi, sebenarnya siapa dia? " pikirku dalam hati.

Karena aku sudah malas masuk ke dalam. Aku segera berjalan mundur lalu pergi menjauh dari kamar itu. Aku tidak mau membuat masalah lagi terhadap Louis. Aku mau dia tenang.

Saat sedang berjalan menuju lift, tiba-tiba seseorang menahanku lalu menarikku ke pelukannya. "apa kau yakin? kau yakin mau melakukan ini?" ujar pria itu lirih sambil memelukku erat.

------------------------------------

kira-kira siapa yaa cewek yang berani2 ketemu Louis saat gaada Angie?

terus dimana yaa Angie?

dann kira-kira siapa hayo yang meluk Janie?

ikutin terus yaa ceritanya<3

thanks for reading^^

Have To WaitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang