Ćhapťer 30: Stranger

18 3 0
                                    

Cheeqa P.O.V

Aku terbangun dari tidurku. Sudah lebih dari seminggu semenjak pertemuan terakhirku dengan Liam. Aku bangkit dari ranjangku lalu menyalakan musik di radioku.

Aku berjalan mendekati jendela kamarku lalu membukanya dan menikmati pemandangan indah di pagi hari. Tiba-tiba ada sebuah burung kertas di bawah jendela ku. Aku pun segera mengambilnya dan membaca isi burung kertas itu.

Dear Cheeqa,
Bagaimana tidurmu? Apa kau bermimpi indah? Malam ini..aku tidak bisa tidur karena aku khawatir denganmu...semangat untuk kuliahmu hari ini yaa :)

Aku tersenyum simpul lalu meletakkan kertas itu di laci meja belajarku. Aku bersenandung mengikuti irama musik dari radioku. Selama 5 hari terakhir, setiap pagi aku selalu mendapatkan burung kertas di bawah jendelaku dan berisikan tulisan.

"CHEEQAAA!! CEPAT SARAPAN!!" teriak seseorang dari lantai bawah rumahku. Aku segera mematikan musik di radioku lalu keluar kamar dan berjalan menuruni tangga ke lantai satu.

"Pagi..." ujarku dengan pelan kepada kedua orangtuaku. Mereka hanya mengangguk dan meneruskan makan mereka. Menu makanan pagi ini adalah french toast, makanan kesukaanku.

Akupun segera duduk di kursi lalu melahap makanan yang sudah di siapkan oleh ibuku. "Hari ini kau kuliah kan?" Tanya Ayahku dengan wajah serius. Aku hanya mengangguk sambil sibuk melahap sarapanku.

"Kalau begitu..hari ini tidak ada uang sangu untukmu, kau pergi kuliah dengan berjalan kaki saja, atau kau bisa minta jemput Niall kan?" Kata Ayahku dengan wajah serius seperti biasanya. Aku segera berhenti melahap makananku lalu mengangkat kepalaku dan menatap Ayah dengan bingung.

"Jangan bingung, ayah dan ibu akan pergi ke Stockholm untuk mendatangi anak teman ayah yang tinggal disana" jelas Ayahku lagi.

"Lalu apa hubungannya denganku? Jika kau memberiku uang jajan, tidak mungkin kau batal pergi kesana...pasti kau ingin membantu anak itu menyembuhkan kankernya" ujarku sinis pada Ayahku yang masih terlihat tenang.

"Tentu saja, karena selama ayah pergi kau tidak mendapat uang sebanyak yang biasa kami beri...itu untuk membuat mu mandiri" ujar Ayahku dengan santai lalu meminum kopi hangatnya yang dibuatkan oleh Ibuku.

"Itu tidak masalah!!! Aku bisa memasak makananku sendiri!! Aku tidak mau ke kampus dengan berjalan kaki atau bersama Niall!!" Ujarku sambil sedikit menaikan nadaku. Aku benar-benar kesal sekarang.

"Sudahlah Cheeqa, ikuti kata Ayahmu...ini memang yang terbaik untukmu, Ibu yakin kau tidak akan menyesal nantinya" ujar Ibuku lembut sambil mengelus-elus tanganku yang sudah menggenggam garpu dan pisauku dengan erat.

"IBU DAN AYAH SAMA SAJA!! KALIAN TIDAK PERNAH MENGERTI PERASAANKU, DARI AKU KECIL SAMPAI SEKARANG, KALIAN HANYA MEMIKIRKAN PASIEN KALIAN, APA KALIAN LUPA AKU ANAK KALIAN? ATAU JANGAN-JANGAN AKU ANAK PUNGUT KALIAN?" ujarku dengan suara yang keras. Aku lalu membanting garpu dan pisauku lalu berlari ke lantai atas. Terdengar suara Ayahku yang berulang-ulang kali memanggil namaku.

Aku berlari menuju lotengku. Loteng, tempat dimana aku selalu berdiam diri saat sedang sedih, kesepian, gembira, dan masih banyak lagi. Aku membuka jendela loteng lalu duduk di jendela itu.

"Apa aku harus dilahirkan seperti ini?" Ujarku sambil menatap langit pagi yang masih indah. "Apa aku perlu merasakan kasih sayang yang kurang dari kedua orang tuaku? Atau aku harus merasakan rasanya ditinggal sahabatku?" Ujarku lagi sambil perlahan meneteskan air mataku.

Aku mulai menangis dan terisak sambil duduk di jendela lotengku. Aku tak kuat lagi menahan rasa tangis ini. Sudah bertahun-tahun rasanya tidak bisa menangis karena aku terlalu malu untuk melakukannya.

Tak berapa lama, tiba-tiba sebuat pesawat kertas mendarat di genting rumahku tepat dibawah kakiku. Aku pun segera turun ke genting rumahku lalu melihat isi pesawat kertas itu.

Dear Cheeqa,
Jika kau kesepian, atau kau butuh teman untuk bercerita...kau bisa menulis semuanya di secarik kertas, membentuknya lalu menaruhnya di bawah jendela kamarmu atau jendela lotengmu, jangan menangis :)

Aku tersenyum simpul sambil perlahan berhenti menangis. Kenapa orang ini sangat peduli padaku? Apa dia memasang kamera cctv di seluruh rumahku agar bisa melihat apa yang akan kulakukan? Haha..berhayal saja.

"Apa kau disini? Kenapa kau tidak menunjukkan dirimu?" Ujarku keras sambil berputar 360 derajat untuk mencari sosok orang yang selalu mengirimku surat-surat penghibur.

"TERIMAKASIH!!" teriakku dari atas genting ke seluruh arah agar orang itu mendengar apa yang kukatakan.

Setelah perasaanku mulai membaik, aku segera melompat masuk ke lotengku lagi dan bersantai disana.

------------------------------------
Liam P.O.V

Aku turun dari mobilku lalu memasuki pekarangan rumah. Sampai di dalam, Harry menatapku tajam. Aku tersenyum bingung.

"Kemana saja kau? Kenapa baru ada di rumah sekarang?" Tanya Harry dengan wajah serius. Aku tertawa mendengar pertanyaannya itu.

"Aku ada urusan, hari ini kan tidak ada jadwal..jadi kita bisa bersantai" jawabku santai sambil mengacak-acak rambut Harry.

"Tapi sore ini kita harus mencoba kostum untuk pergi ke red carpet besok malam...kau tidak ingat?" Tanya Harry lagi dengan tatapan sinisnya. Aku terdiam sesaat lalu menepuk dahiku karena aku memang lupa.

"Baiklah, kau tidak ada waktu untuk bersantai...ayo berangkat" ujar Harry sambil menarik bajuku menuju luar rumah. Lalu kami masuk ke dalam mobil dan pergi menuju tempat fitting.

"Aku harus tidur cepat malam ini, besok pagi aku harus pergi lagi" ujar ku dalam hati sambil tersenyum tipis.

------------------------------

Kira2 syapa yang ngirim Cheeqa surat ya? Dan apa yang dilakukan Liam pagi2 yaa??

Ikutin terus yaa ceritanyaa<3

Thanks for reading^^

Have To WaitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang