Ćhapťer 11 : Better

46 3 0
                                    

Zayn P.O.V

Aku baru saja menyelesaikan rekaman album baru. Aku terduduk di sofa studio rekaman bersama Liam. Ia tampak sibuk dengan telfon genggamnya.

"Apa yang kau lakukan? Kenapa sibuk sekali?" tanyaku pada Liam. Ia menoleh ke arahku lalu kembali sibuk dengan telfon genggamnya.

"Aku sedang membicarakan sesuatu dengan Cheeqa, ia teman dekat Niall.." jawabnya serius. Aku tertawa kecil lalu membuka telfon genggamku dan mengecheck pesan yang masuk 20 menit yang lalu.

From Meera

Zayn..apa rekamanmu sudah selesai? Bagaimana? Apa semuanya berjalan lancar? Oya, bisakah kau ke rumahku dan mencoba beberapa baju yang baru ku design? Kutunggu ^^

Ahh..gadis itu, dia tau saja kalau aku sedang bosan. Aku segera mengambil jaketku dan berpamitan pada Liam lalu menarik bodyguardku untuk menemaniku pergi ke rumah Meera.

Sesampainya di rumah Meera, aku langsung saja memencet bel rumahnya. Tiba-tiba keluar tiga orang satpam dengan wajah yang menyeramkan sambil memandang wajahku lalu mengecheck apa yang aku bawa di kantung dan baju-bajuku. Persis seperti di bandara.

"Dia tamuku, tak usah diperiksa..pergilah!" ujar seorang wanita dengan anggun yang muncul dari dalam rumah. Aku tersenyum melihatnya. Ia sangat anggun hari ini.

"Terimakasih, tapi apa mereka satpammu? Perlakuannya seperti petugas imigrasi di bandara.." ujarku sambil tertawa kecil dan ia hanya tertawa.

Kami masuk ke rumah megahnya yang sangat besar. Lalu kami berjalan melewati lorongnya yang panjang dan luas. Kami sampai di depan sebuah pintu besar yang berwarna putih dan megah.

"Ayo masuk, ini ruang pakaian ku.." ujarnya pelan sambil memasuki ruang itu dengan ringan. Saat masuk kulihat ruangan itu penuh dengan banyak sekali pakaian, mungkin bisa mencapai ratusan. Dan semua pakaian itu sangat indah dan pasti bernilai harganya.

"Woahh..indah sekali disini" ujarku padanya yang sibuk mengambil beberapa baju untuk pria di salah satu lemari di dalam ruangan itu.

Meera P.O.V

Ia tampak sangat terkejut melihat ruang pakaianku. Aku hanya tertawa kecil melihat tingkah lakunya yang lucu sekali.

Setelah selesai mengambil beberapa baju yang baru kubuat, aku menarik Zayn ke ruang ganti pakaian dan memberikan baju-baju itu.

"cobalah baju-baju ini dan tunjukkan di hadapanku!" Ujarku lalu kututup pintu ruang ganti tersebut. Sambil menunggunya aku mengambil kamera ku.

Saat dia keluar dengan pakaian-pakaian itu, aku menyuruhnya untuk pose dan kufoto dirinya.

"Yapp, selesaii..kau boleh mengganti bajumu lagi" kataku ketika Zayn telah mencoba lima baju yang kubuat. Aku meletakkan kameraku di salah satu meja lalu menunggu Zayn di pintu ruang pakaian.

"Kau sudah menunggu? Baiklahh" Zayn berjalan cepat kearahku lalu tersenyum. Kami berjalan melewati salah satu lorong dirumahku untuk mengantar Zayn kedepan.

"Terimakasih sudah mau datang...lain kali jika aku butuh bantuan datang lah" ucapku sambil melambaikan tanganku padanya yang sedang berjalan memasuki mobil. Aku langsung masuk ke dalam rumah lalu menutup pintu rumahku dan tersenyum lebar karena terlalu senang.

Tiba-tiba dari bawah sela-sela pintu rumahku ada beberapa kertas yang dimasukkan dari luar. Aku mengangkat kertas-kertas itu dan memahami gambar di kertas itu.

Kertas 1, gambar seorang pria yang sedang memerhatikan seorang gadis yang sedang mengobrol di halaman kampus

Kertas 2, pria tadi mendatangi temannya lalu memohon dan temannya memberikan sebuah buku kecil.

Kertas 3, pria itu membuka buku kecil yang diberikan temannya dan melihat isi buku itu dengan senang

Kertas 4, pria itu mengobrol di ruang tamu rumahnya bersama seorang wanita yang ia perhatikan di hal kampus.

Kertas 5, wanita itu menunjukkan ekspresi marah kepada pria itu di laboraturium

Kertas 6, pria itu hanya berdua di lift dengan wanita itu lalu mereka saling berhadapan satu sama lain

Kertas 7, pria itu memakai jas yang sangat bagus sambil berpose dan dipotret oleh wanita itu

"Zayn benar-benar hebat" ujarku pelan sambil tertawa lalu memeluk kertas-kertas itu erat

--------------------------------

Feera P.O.V

Aku membaca beberapa buku yang membosankan di perpustakaan umum yang selalu kudatangi setiap hari hanya untuk meluapkan isi hati di pojok-pojok ruangan.

"Kau membacanya tapi tak mengerti apa isinya.." ucap seorang pria lalu duduk disampingku. Aku sama sekali tak peduli, aku benar-benar malas untuk memedulikan keadaan disekitar.

"Kenapa kau tak mau memedulikannya?" Tanya laki-laki itu sambil tertawa kecil. Kenapa ia bisa tau isi hatiku?? Ini benar-benar gawat.

"Apa urusanmu?" Tanyaku sambil melihat ke wajahnya. Belum selesai kata-kataku terucap, Harry duduk disampingku dengan topi dan kacamata hitamnya. Ia mencubit pipiku lalu tersenyum lebar padaku.

"Apa kabarmu? Aku baru saja selesai rekaman dan kau tak menanyakan apapun..." ujarnya dengan wajah memelas di akhir ucapannya. Aku tertawa kecil dan sibuk dengan buku ku.

"Mau jalan-jalan?? Aku benar-benar bosan disini.." ujarnya sambil menatapku. Aku tersenyum lebar lalu mengangguk. Akhirnya kami keluar dari perpustakaan itu.

Harry P.O.V

Sebenarnya aku mau menjelaskan pada Feera soal hubungan kita. Tapi aku takut ia malah menjadi sedih dan tak mau bertemu ku lagi.

"Udaranya enak sekali..." ujarnya pelan sambil memejamkan matanya lalu menghirup udara kuat-kuat dan menghembuskannya.

"Kau tidak apa-apa? Kenapa tampak tenang sekali?" Tanyaku padanya yang sudah kembali berjalan disampingku.

"Apa yang harus dikhawatirkan? Soal beberapa hari yang lalu? Hahaha..aku sudah tidak memikirkannya Harry" jawabnya sambil tertawa kecil dan menepuk pundakku.

Aku bingung harus bagaimana, antara senang karena kami tak harus mengkhawatirkan hubungan kami, atau sedih karena bisa jadi Feera tak akan menyukaiku lagi atau apa? Kuharap ia masih menyukaiku.

--------------------------------
Gimana chapter yang ini?

Kurang greget sih emang hahaa, tunggu next chapternya ^^

Thanks for reading ^^

Have To WaitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang