Ćhapťer 26: confusing news

39 3 0
                                    

Louis P.O.V

Aku bangun sangat pagi hari ini karena aku sudah tidak siap untuk memulai hari ini. Hari ini aku dan Angie akan pergi berenang ke waterpark. Aku bangkit dari ranjangku lalu berjalan keluar kamar.

"Lou..ada yang ingin kuberitahu padamu" ujar Liam sambil sibuk membuat kopinya. Aku menoleh ke arahnya lalu berjalan mendekatinya dan mengangkat kedua alisku.

"Kemarin aku baru saja pergi bersama Cheeqa teman dekatku dan ia bertemu dengan Janie, yang dulu pacarmu.." jelas Liam sambil mengaduk kopinya yang panas. Aku tersenyum lalu kembali mengangkat kedua alisku.

"Dan ternyata, pacar Niall yang bernama Anna itu harus menjalankan operasi transplantasi jantung..." ucap Liam sambil menghembuskan nafasnya. Aku menatapnya bingung.

"Ahh, pasti Niall ingin memberi jantungnya kepada Anna..." ujarku sambil tertawa dan menepuk-nepuk pundak Liam bertanda aku mengerti candaannya. Aku membalikkan badan ku lalu berjalan menuju ruang tv.

"Tidak, aku serius..tidak mungkin Niall melakukan itu, mau jadi apa one direction nanti..yang mau melakukan itu adalah, Janie.." ujar Liam sambil berjalan mendekatiku. Aku menoleh ke arahnya dan melototinya, tapi ia hanya mengangguk.

Aku segera berlari ke kamar mandi dan bersiap. Setelah siap, aku segera pergi meninggalkan rumah di pagi hari menggunakan mobilku dan menyetir mobil ini menuju rumah Angie.

Sampai di rumah Angie, aku mengetuk pintu rumahnya dan Angie keluar dalam keadaan baru saja terbangun dari tidurnya.

"Bolehlkah aku masuk sekarang ke kamarmu?" Tanyaku dengan tergesa-gesa. Ia hanya mengangguk, lalu aku segera merangkulnya dan berjalan ke lantai atas.

Angie P.O.V

"Apa yang terjadi? Kenapa sepagi ini sudah pergi kesini?" Tanyaku padanya yang sedang sibuk mengutak atik ponselnya. Ia menaruh ponselnya lalu tersenyum simpul.

"Apa Janie sudah pulang? Kemana dia?" Tanyanya sambil mengintip lewat pintu kamarku. Aku berjalan mendekatinya lalu menggelengkan kepalaku.

"Kau tahu pacarnya Niall? Yang bernama Anna..dia membutuhkan jantung untuk mengganti jantungnya, dan Janie mau memberikan jantungnya" jelas Louis sambil masih mengintip. Aku tercengang mendengar itu, aku langsung menarik Louis yang masih sibuk mengintip.

"Untuk apa? Kenapa dia lakukan itu?" Tanyaku sambil menatap dalam Louis, tapi ia hanya menggeleng tidak tahu. Perlahan, air mata mengalir dari mataku

"Pasti ia melakukan ini karena ia benar-benar mencintai Niall...bahkan ia belum memberi tahu soal ini kepada Ayahnyaa" ujarku sambil terus menangis. Louis menatapku dalam.

"Sudah, percaya denganku dan Janie tidak akan apa-apa...dia akan selamat" ujar Louis lalu mendekapku kedalam pelukannya lalu mengecup kepalaku. Aku terus menangis dalam dekapannya.

"Bagaimana mungkin? Janie sangat keras kepala dan tidak mungkin lagi mengubah pikirannya" ujarku sambil terus menangis dalam dekapan Louis. Ia hanya menepuk-nepuk punggungku.

"Kita lihat nanti, pasti ada jalannya" ujar Louis. Aku melepaskan dekapannya lalu menatapnya dalam. Ia mengangguk kearahku. Kami saling tersenyum satu sama lain untuk sesaat lalu mengubah wajah kami menjadi serius.

"Baiklah, hari ini kita tidak usah pergi dulu yaa..aku akan pulang dan kau harus beristirahag dan menenangkan dirimu" ujar Louis sambil mengelus kepalaku. Aku tersenyum dan mengangguk.

Louis tersenyum lebar lalu membalikkan badannya, mengambil ponsel nya lalu berjalan keluar kamarku. Aku mengikuti dibelakangnya untuk mengantarkannya sampai depan.

-------------------------------

Janie P.O.V

Aku turun dari sepedaku lalu memarkirkan sepedaku di halaman rumah. Setelah itu aku berjalan masuk ke dalam rumah dan melihat keadaan lantai satu yang masih sepi.

Aku perlahan menaiki tangga agar Ayah atau Ibunya Angie tidak terbangun. Sampai di lantai atas aku menepuk tanganku pelan karena sudah berhasil masuk rumah tanpa ketahuan.

Tiba-tiba pintu kamar Angie terbuka lalu keluar Louis dan disusul oleh Angie dibelakangnya. Mataku terbelalak melihat mereka berdua. Louis yang melihatku lalu maju ke depannya dan menutupi jalanku untuk menuju kamarku.

"Ada apa? Ini masih pagi dan aku mengantuk" ujarku sambil berusaha melewati Louis. Aku tidak mau menatap matanya karena itu akan membuatku berat.

"Apa yang kau lakukan? Apa kau sebodoh itu? Bagaimana perasaan Ayahmu?" Serang Louis dengan pertanyaan-pertanyaan. Aku berhenti sejenak lalu menunduk dan berpikir apa yang ia maksud.

"Yaa Janiee, apa yang kau lakukan? Kenapa kau mau memberi jantungmu pada Anna itu?" Tanya Angie yang matanya masih sembab dan wajahnya masih terlihat seperti bangun tidur.

"Tidak...aku tak melakukan apapun" ujarku sambil terus berusaha melewati Louis. Tiba-tiba Angie menarikku lalu menatapku dalam.

"Jangan pernah lakukan hal bodoh yang bisa merugikan orang lain, sebagai sahabat dan saudaramu aku keberatan" ujar Angie sambil mengancamku. Aku tak mau ini semakin menjadi, jadi aku hanya mengangguk lalu berlari masuk ke kamarku.

--------------------------------
Angie P.O.V

Setelah Louis pulang, aku hanya berbaring di ranjangku sampai hari menjelang siang. Aku baru menyadari bahwa hari ini sudah siang, dan segera pergi ke kamar mandi. Setelah mandi aku turun ke lantai 1.

"Siang Angie..kenapa kau bangun sesiang ini?" Tanya Ayahnya Janie yang sedang membaca koran di ruang tengah. Aku hanya tersenyum dan berjalan ke dapur menemui Ibuku.

"Apa temanmu tadi pagi datang? Ada apa? Kenapa tidak izin terlebih dahulu?" Tanya Ibuku sambil mengaduk cream soup yang ia buat. Aku membuka kulkas lalu mengambil yoghurt dan berjalan mendekati ibuku.

"Sejak kapan kau peduli padaku? Jangan pernah memedulikanku seperti ini, hatiku sudah hancur karena kau!!" Ujarku sambil membawa yoghurtku menuju ruang tengah. Sampai disana, Ayahnya Janie menyambut kedatanganku dengan senyuman hangat.

"Angie..apa kau tahu Janie ada dimana? Kenapa dia belum pulang juga?" Tanya Ayahnya sambil masih sibuk membalikkan lembar-lembar koran.

"Tenang saja, ia sudah pulang..mungkin karena masih lelah jadi ia belum turun" ujarku sambil meminum yoghurtku. Ayah Janie mengangguk dan terus sibuk membalikkan lembar-lembar koran.

"Aku sebenarnya sedang mencari biola putih, dia ingin aku membelikan itu..tetapi aku masih mencari yang bagus" ujar Ayah Janie sambil menghembuskan napasnya. Aku menaruh yoghurtku lalu tersenyum pada pria itu.

"Tenang saja..biar aku yang mencari biolanya, kau tak perlu repot mencarikannya biola" ujarku sambil bangkit dari dudukku lalu meninggalkan ruang tengah.

-----------------------------------

Sorry yaa baru update sekarang, soalnya jadwal sibuk banget nihh hehee

Terus ikutin jalan ceritanya yaaa<3

Thanks for reading^^

Have To WaitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang