Ćhapťer 35: Dday

24 3 0
                                    

Niall P.O.V

Aku menggenggam tangannya erat. Aku benar-benar takut akan kehilangan dirinya. Ranjang rumah sakit yang membawanya ke ruang operasi terus berjalan tanpa memberiku sedikit waktu bersamanya.

Sesampainya di depan ruang operasi, perawat memintaku untuk menunggu di depan ruangan. Aku hanya bisa bersabar sambil menunggu.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanyaku saat melihat seorang gadis datang bersama dua orang lainnya. Ia hanya melihatku lalu menghiraukanku.

"Jika ditanya...lebih baik menjawab! Apa urusanmu datang ke sini?" Tanyaku sambil menaikkan nada bicaraku agar ia mau menjawab pertanyaanku.

"Bukan urusanmu.." jawabnya datar sambil menatap kosong ke arah pintu ruangan. Aku hanya terdiam mendengar jawabannya itu.

"Lebih baik kau ikut denganku Niall..kita harus mempersiapkan segalanya untuk world tour kita" ujar Harry yang ikut dengan Cheeqa sambil perlahan menarik tanganku.

"Aku tidak mau...besok aku akan segera datang, kau pergi saja" jawabku pada Harry tanpa melihat wajahnya sedikitpun.

Tak lama, datang ranjang rumah sakit dari arah lorong menuju ruang operasi membawa seorang gadis yang sudah tak tahu harus berbuat apa. Saat akan masuk ke dalam, ranjang itu diberhentikan terlebih dahulu. Dan ranjang itu berhenti tepat di hadapanku.

"Doakan semoga ini berhasil...aku mau kau bahagia dengannya, kumohon..jagalah Anna" ujarnya lirih sambil meneteskan air mata. Melihat wajahnya dan mendengar kata-katanya membuatku ikut meneteskan air mata juga.

"Kau pasti bisa Janie, kau pasti bisa!!" Ujar Cheeqa sambil menggenggam tangan Janie erat. Janie hanya tersenyum tipis. Lalu perawat membawa ranjangnya masuk ke dalam ruang operasi.

"Sudah tau apa tujuanku kesini? Untuk Janie!!" Ujar Cheeqa dengan tatapan sinisnya. Aku hanya terdiam mendengarnya. Walaupun hubunganku dengan Janie tidak baik lagi, tapi sebagai sahabatnya aku juga harusnya memberikan semangat untuknya.

-----------
Anna P.O.V

Aku melihat kesekitar ruangan yang terlihat sangat menakutkan ini. Para dokter dan asistennya sibuk menyiapkan peralatan untuk operasiku. Tiba-tiba, terdengar suara ranjang berjalan masuk ke ruangan operasiku.

Aku menunggu ranjang itu dan melihat dari belakang bahwa pendonorku adalah seorang perempuan. Setelah dipindahkan dari ranjang dorong itu, kini posisi sang pendonor benar-benar berada di sebelah kiriku.

"Bolehkah kau membuka tirai ini sebentar saja? Ini permohonan terakhirku" ujarku pada seorang perawat yang kebetulan sedang berdiri di dekatku.

Perawat itu mengangguk lalu perlahan membuka tirai itu. Mempersilahkanku untuk melihat kesana, mengetahui siapa yang mendonorkan jantungnya untukku.
Perlahan aku menolehkan kepalaku ke arah sang pendonor. Dan saat kulihat wajahnya, pendonor itu adalah Janie.

"Apa dia benar-benar pendonorku? Apa kalian tidak salah orang?" Tanyaku pada sang perawat itu. Ia hanya tersenyun tipis sambil menganggukkan kepalanya. Karena Janie sudah di bius terlebih dahulu, maka dia sudah tidak sadarkan diri sekarang.

Tak lama, dua orang dokter datang dan berpisah. Satu dokter masuk ke bilikku, dan satu lagi menangani Janie. Aku benar-benar ingin menangis sekarang. Kenapa Niall tidak mau memberi tahu soal ini? Pasti dia sudah tahu sebelumnya.

Saat aku ingin berkata sesuatu pada sang dokter, ia sudah menyuruhku untuk melemaskan tubuhku lalu ia menyuntikkan cairan-cairan bius itu kedalam tubuhku.

Gelap, semakin lama semakin gelap...makin gelap, dan aku tak sadarkan diri.

---------------------------------
Niall P.O.V

"Baiklahh, keadaan Anna baik-baik saja..ia akan segera sadar besok pagi, sang pendonor pun baik-baik saja" ujar dokter jantung Anna yang sudah kukenal. Aku menghembuskan napasku lega sambil tersenyum kepada sang dokter.

"Tapi dok, pendonor baik-baik saja? Bagaimana mungkin?" Tanyaku penasaran kepada sang dokter yang sedang sibuk menulis sesuatu.

"Ahh, sang pendonor yang bernama Janie itu mendapat donor dari pendonor lain bernama Louis, dan pendonor Louis mendapat pendonor lain bernama Angie" ujar sang dokter sambil terus menulis catatan yang sedang ia kerjakan itu.

"Ba..bag..bagaimanaa mungkin? ini sungguh aneh, apa kau yakin? ini bukan drama kan?" Tanyaku sambil menggaruk tengkukku yang tak terasa gatal. Sang dokter hanya mengangguk dan mempersilahkanku keluar.

Aku segera keluar dari ruangan itu lalu berjalan pelan menuju kamar dimana Anna dirawat. Apa yang harus kukatakan padanya soal sang pendonor? Ia akan segera sadar besok.

"NIALL!! HEY KAU!!" teriak seseorang dari belakangku sambil berteriak. Aku membalikkan badanku lalu melihat Harry sedang berlari kearahku. Aku menunggunya sampai di hadapanku.

"Kau tahu? LOUIS!! Dia menjadi pendonor darah Janie!!" ujar Harry sambil membulatkan matanya lalu menarikku. Aku tertawa lalu menepuk-nepuk bahunya.

"Louis mendapat pendonor lagi..dan untungnya jantungnya cocok, ia adalah kekasih Louis, Angie" jelasku pada Harry yang sedari tadi menatapku dengan tatapan penasaran.

"APA? INI SUNGGUH SEPERTI DRAMA, AKU INGIN TERTAWA TAPI AKU JUGA SEDIH KARENA INI SANGAT MENGHARUKAN!!" ujar Harry dengan suaranya yang keras dan menggema di lorong rumah sakit.

Aku menutup mulut Harry dan memelototinya karena sudah berbicara sangat keras di dalam rumah sakit. Tapi ia hanya tersenyum malu.

--------------------

Liam P.O.V

"Zayn, jam berapa kau akan pergi ke bandara?" Tanyaku pada Zayn yang sedang merapihkan kopernya yang akan ia bawa pergi ke Sweden.

"Hmm, sekitar 3 jam lagi aku harus berangkat ke sana" ujar Zayn tanpa menoleh ke arahku dan tetap sibuk dengan kopernya. Aku mengangguk.

Tiba-tiba, suara ponselku berbunyi, menandakan ada pesan baru yang masuk. Aku segera mengambil ponselku lalu melihat pesan yang masuk.

From Haaary

Kau tahu? Louis tidak apa-apa..ada pendonor yang baik sekali terhadapnya, hmm..tadi Niall bilang, pendonor jantung Louis adalah Angie, kekasihnya..sebaiknya kau antar Zayn dulu lalu ke rumah sakit untuk menjenguk Louis

Aku tercengang membaca surat dari Harry. Aku benar-benar tidak bisa pergi ke bandara dulu lalu kesana. Aku benar-benar harus pergi ke rumah sakit sekarang. Ini benar-benar gawat.

"Zayn, pergilah ke bandara bersama manager, aku ada urusan penting!" Ujarku sambil mengambil kunci mobil ku lalu segera berlari menuju mobil sedanku yang terparkir didepan rumah.

Setelah masuk, aku segera menyalakan mesin lalu melajukan mobilku ini menuju rumah sakit tempat Louis dirawat. "Angie...maafkan aku" ujarku pelan.

-----------------------------------

Gimana jadinya yaaa sama Angie? Apa Liam akan baik-baik saja?

Lalu apa yang terjadi yaa sama Anna pas dia udah tahu kalo Niall sembunyiin semuanya dari dia?

Dan apa Louis baik-baik aja kalo Angie pergi karena dia?

Ikutin terus ceritanya yaa<3

Thanks for reading^^

Have To WaitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang