D+1 After The Surgery
Niall P.O.V
Sore ini, aku baru saja sampai di rumah sakit setelah berlatih untuk world tour nanti. Sesampainya dirumah sakit, aku segera melangkahkan kakiku menuju kamar Anna.
Perlahan aku membuka pintu kamarnya, kulihat ia sedang terbaring lemas sambil memandang kosong ke arah jendela.
"Sore..bagaimana keadaanmu?" Ujarku sambil perlahan mendekatinya lalu mengelus kepalanya lembut. Ia tetap menatap ke arah jendela kamar.
"Aku mau pindah." Ujarnya sambil terus menatap kosong ke jendela dengan suaranya yang serak. Mendengar itu, aku segera duduk di tepi tempat tidur lalu merubah posisi wajahnya menjadi menghadapku.
"Pindah? Apa maksudmu? Bisa kau jelaskan?" Tanyaku dengan lembut sambil menatap kedua matanya, dalam. Ia mulai menitikkan air mata. Aku segera menghapus air mata itu lalu mengecup keningnya.
"Yaa, aku mau pindah, aku sudah tidak kuat lagi berada disini" ujarnya sambil terus mengeluarkan air mata.
"Kenapa...kenapa kau ingin pindah?" Tanyaku perlahan. Sambil menatapnya dalam.
"Kau begitu jahat..kau tahu siapa yang akan mendonorkan jantungnya kepadaku tapi kau tidak mau memberitahuku!! Bagaimana mungkin!!" Bentak Anna kepadaku. Mendengar itu aku langsung bangkit dari dudukku lalu aku segera berjalan ke jendela.
"Kau harusnya tahu bagaimana perasaan Janie..dia yang sebenarnya benar-benar mencintaimu, dia rela menyumbangkan organnya hanya untuk orang yang kau cintai" ujar Anna sambil membuang tatapannya dariku.
"Maafkan aku...maaf, aku sungguh minta maaf" ujarku sambil melihat ke luar jendela.
"Sudah terlambat, walaupun Janie masih hidup, tapi tetap saja ada satu korban" ujar Anna sambil menghembuskan nafasnya berat.
"Kumohon, beri aku satu kesempatan dan jangan pergi tinggalkan aku" ujarku sambil berjalan ke arah Anna.
"Tidak bisa, sudah terlalu terlambat..jangan temui aku dalam seminggu ini karena aku masih dalam masa pengobatan!" Ujar Anna sambil melirikku sinis.
Mendengar itu aku segera keluar dari kamar Anna lalu pergi meninggalkan rumah sakit.
----------------------------
D+11 After The Surgery
Anna P.O.V
Aku berjalan pelan menuju pintu depan rumahku. Tiga orang pria bertubuh tegap mengikutiku dari belakang sambil membawa beberapa koper. Sampai di teras rumah, kulihat kedua orangtuaku tersenyum lebar ke arahku.
"Anna, kau sudah siap?" Tanya kedua orangtuaku. Aku menjawab mereka dengan anggukan semangat lalu segera berjalan cepat ke arah mereka.
"Apa buku-buku di perpustakaan akan ditinggal? Semuanya buku itu milik Anna kan?" Tanya salah seorang pria yang membawa barang-barangku.
"Ahh tidak, aku sudah tidak terbiasa menjadi kutu buku, lagipula ada kakakku yang bisa menggunakan buku-buku itu" jawabku sambil menggaruk tengkukku yang tidak gatal.
Mereka hanya mengangguk lalu kembali sibuk dengan barang-barangku. Tak beberapa lama, seseorang datang dengan senyuman lembutnya.
Aku tersenyum lebar ke arahnya. "Kau sudah sehat?" Tanyaku pada gadis itu. Ia hanya mengangguk dengan senyum lebarnya.
"Hati-hati dijalan, usahakanlah untuk mengobrol setiap hari denganku.." ujarnya sambil tersenyum tipis. Tanpa basa-basi, aku segera memeluk Janie dengan erat. Tanpanya, aku bukan apa-apa sekarang.
"Ayo Anna, kau akan ketinggalan pesawat" ujar Ayahku yang sudah siap di belakang kemudinya. Aku segera melepaskan pelukanku, tersenyum ke arah Janie lalu berlari masuk ke dalam mobil.
"Sampai jumpaaa, kabari aku jika kau sudah sampaii!!" Ujar Janie. Aku melambaikan tanganku lalu lama kelamaan tubuh Janie tak terlihat lagi olehku karena mobilku yang berjalan semakin jauh dari rumahku.
---------------------
"Kabari kami jika kau sudah sampai disana, kalau kau perlu uang katakan saja dan kami akan mengirimkannya" ujar ibuku sambil mengusap-usap kepalaku.
"Tidak apa-apa bu, tidak usah khawatir..aku akan baik-baik saja" ujarku sambil tersenyum padanya, memastikan bahwa aku baik-baik saja.
"Maafkan ibu, yang selalu meninggalkanmu...yang terlalu sibuk dengan pekerjaan ibu, ibu sayang sekali nak denganmu" ujar ibuku sambil menitikkan air mata. Aku tersenyum sambil menghapus air matanya.
"Sudahlah...yang penting kau bergaul dengan baik disana, makan yang baik, sekolah yang baik, dan jaga kebersihan apartmentmu" ujar Ayahku lalu mengecup keningku. Aku tersenyum ke arahnya.
Tiba-tiba suara panggilan terakhir terdengar. Aku segera memeluk kedua orangtuaku sebentar, lalu berlari kecil ke arah pesawat yang sudah menungguku.
"Amsterdam...im coming~" ujarku sambil tetap berlari kecil.
--------------------------
Gimana yaa sama hubungannya Anna dan Niall? Apa mereka bakal baik-baik aja?
Niall tau gak ya Anna pergi ke sana? Penasaran sama lanjutannya?
Ikutin terus yaa ceritanya<3
Thanks for reading^^