15 years later
Cheeqa POV
aku berjalan menyusuri pinggir jalan raya yang sepi ini. tiba-tiba seseorang menarikku lalu memelukku.
"CHEEQAA!! aku sudah lama tidak bertemu denganmuuu!! apa kabaarrr?" tanya nya ceria sambil tersenyum lebar. aku pun tersenyum balik ke arahnya.
"aku baikk, bagaimana denganmu? pasti kau baik kan?" jawabku lalu bertanya balik padanya.
"ahh iyaa, oya..aku ingin memberimu ini, undangan pesta kepindahanku ke rumah baru! kuharap kau bisa datang membawa pacarmu!" ujar Janie semangat sambil memberikan sebuat undangan kepadaku.
"ahhh, kau pindah rumah? baiklahh..aku pasti datangg! ahahaha, kalau aku tidak membawa pacarku bagaimana? aku belum punya pacar ahahah" ujarku padanya.
"bagaimana bisa perempuan sepertimu belum punya pacar? yasudah..yang penting kau datang saja yaa, aku duluan yaa, aku harus buru-buru untuk mengajar musik, byee" ujarnya lalu berlalu meninggalkanku.
melihat itu, aku hanya melambaikan tanganku pada Janie sambil tersenyum lebar. tak ada yang perlu aku kerjakan, lebih baik aku segera berangkat ke cafe ku.
------------------------------------------------------------------
Liam POV
"Niall, aku sedang disebuah cafe..kalau kau tidak sibuk datang ya, aku benar-benar kesepian" ujarku di telfon kepada Niall.
"baiklahh, aku masih mengajar...nanti sehabis dari kantor aku akan kesana" jawab Niall lalu ia segera mematikan telfonnya.
aku bosan sekali hari ini. Harry pergi berlibur dengan anak-anak dan istrinya, Niall mengajar, Zayn membantu pacarnya, Louis entah kemana. aku hanya bisa pergi ke cafe yang selalu ku kunjungi sejak 5 tahun yang lalu. tempat ini sangat nyaman dan menyenangkan, aku rasa ini sudah seperti rumahku setelah rumah asliku, studio musik, dan kantorku.
"ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang pelayan yang tiba-tiba datang. melihat itu aku langsung bangkit dari dudukku lalu tersenyum kepadanya.
"ahh, tidak perlu...biar aku memesan minum di kasir langsung" ujarku lalu segera berjalan ke kasir lalu memesan secangkir kopi dan sepiring roti.
"atas nama bapak Liam benar?" tanya sang pelayan kasir. aku hanya mengangguk sambil tersenyum.
"maaf kalau tidak sopan, tapi saya pikir bapak merupakan sahabat dari pemilik cafe ini" ujar sang pelayan kasir. mendengar itu Liam segera membulatkan matanya lalu memasang wajah ingin tahu.
"iyaa, kebetulan saya sering datang ke rumah pemilik cafe ini dan melihat foto-foto anda dengan pemilik cafe ini belasan tahun yang lalu" ujar sang pelayan cafe.
"benarkah? bolehkah aku tahu nama pemilik cafe ini?" tanyaku penasaran padanya.
"ALEXX, pastanyaaa sudaahh matanggg!" ucap seorang wanita yang muncul dari kitchen cafe itu sambil memakai celemek. aku segera melihat ke arah wajahnya dan langsung mengenali siapa dia.
"Cheeqa..." ujarku sambil memandang matanya yang belum berubah dari terakhir kami bertemu.
"LIAMMMM!!" ujarnya semangat sambil berlari kecil ke arahku dengan wajah berseri-seri. setelah berbicara sebentar, akhirnya kami memutuskan untuk mengobrol sambil duduk dan menikmati kopi panas.
"kemana saja? kau pindah rumah ya?" tanyaku pada cheeqa yang sedang menyeruput kopi nya.
"iyaa, orangtuaku pindah ke New York dan aku tidak mungkin ikut, jadi aku tinggal di apartment dekat sini...aku juga mengganti nomor telepon ku dan memperbaharui semua akun di media sosial ku" jawabnya semangat.
"pantas saja aku datang ke rumahmu dan katanya kau sudah pindah, aku juga sempat menelfonmu terus selama berbulan-bulan dan tidak ada jawaban" ujarku sambil tertawa kecil.
"bagaimana denganmu? teman-temanmu sudah ada yang menikah, punya pacar, tapi kau?" tanya nya dengan wajah mengejek.
"aku sudah bisa mengikhlaskan Angie, tapi aku belum menemukan pasangan yang pas dengan diriku...aku masih mencari" jawabku sambil sedikit tersenyum.
"baguslah kalau begitu, tapi jangan terlalu lama mencari perempuan...nanti aku akan menyesal sendiri" jelasnya. sekarang ia terlihat lebih dewasa dari terakhir kali kami bertemu.
Cheeqa POV
"tenang saja...lalu, bagaimana denganmu? sudah ada pacar? atau jangan-jangan cafe ini milik kau dan suamimu?" tanya Liam dengan wajah isengnya.
"enakk sajaa, ini usahaku sendiri...aku merasa kalau karierku memang cocok di bisnis, dan aku suka sekali jika aku punya cafe, jadi ini buatan ku sendiri...lagipula aku juga belum menikah" jawabku santai sambil tertawa kecil.
"lalu bagaimana dengan pacarmu? kenapa kau tidak mau mengenalinya padaku?" tanyanya dengan wajah serius.
"ohhh, pacar? aku belum punya pacar..belakangan ini aku sedang ingin fokus dengan bisnisku, dan tiba-tiba saja baru-baru ini aku ingin punya pacar..tapi aku tidak mau berlama-lama pacar, aku mencari pasangan hidup" ujarku yang menjadi serius entah mengapa.
"begitukah? memang kau sedang ada rasa dengan siapa? biar ku bantu kalau kau memang ingin dekat dengannya" ujar Liam sambil menyeruput kopinya.
"akhir-akhir ini aku memikirkan teman kuliahku, James. kau ingat?" jawabku santai sambil sedikit malu.
"kau harus tahu james punya adik satu tahun lebih muda dariku dan dia sangat cantik, kalau begitu kita harus saling membantu bukan?" tanya Liam dengan wajah nya yang membuatku ingin tertawa.
"tentu saja, kita teman bukan?" tanyaku sambil mengangkat kedua alisku.
"heyy, itu kata-kata ku!!" ujar Liam sambil tertawa.
akhirnya kami menghabiskan waktu dengan bertukar cerita, bertukar pengalaman, bertukar rasa, dan penuh dengan candaan.
teman, yaa..mungkin awalnya aku dan Liam saling menyukai satu sama lain. tapi kami tahu, kami ditakdirkan bersama bukan untuk saling mencintai sebagai pasangan hidup yang berpacaran, menikah, lalu mempunyai anak. kami ditakdirkan bersama adalah untuk saling mencintai sebagai teman yang bisa mendengar suka atau duka, bisa membantu, bisa menemani kita saat dibawah ataupun diatas, selalu menghibur dan saling mengisi.
begitulah aku dan Liam.
-----------------------------------------------------------------------
yeiyy, akhirnya epilogue yang ini selesai, sorry yaa kalo lama updatenya.
semoga next epilogue bakal cepet deh di update, semoga gasibuk.
ikutin terus ya ceritanya <3
thanks for reading^v^