Ćhapťer 31: let me go

37 5 0
                                    

Louis P.O.V

Aku mengetuk pintu rumah ini sebanyak tiga kali. Tak berapa lama, seseorang membukakan pintu dan memberikan senyuman hangatnya.

"Kau? Silahkan masuk, apa yang kau butuhkan Lou?" Tanya Ayah Janie padaku. Aku tersenyum lalu menunjuk lantai atas menandakan aku butuh pergi kesana.

"Angie? Baiklah..silahkan sajaa" ujar Ayah Janie sambil mengangguk pelan. Aku tersenyum lebar lalu segera menaiki tangga menuju lantai dua. Sampai di lantai dua, aku berjalan perlahan ke depan pintu kamar Angie lalu mengetuknya perlahan.

Tak ada jawaban, aku pun semakin penasaran. Akhirnya aku memberanikan diri untuk membuka pintu kamar Angie dan langsung masuk ke dalamnya. Sesampainya di dalam, kulihat Angie masih tertidur pulas di ranjangnya dibalut oleh selimut tebal yang hangat.

Aku berjalan mendekatinya lalu tersenyum melihat wajahnya yang cantik. Aku sangat gemas, sehingga kucubit pipinya. Tapi ia tetap tertidur pulas walaupun sudah kucubit.

"Kau iniii" ujarku gemas lalu mencium pipi kanannya. Ia menggeliat dengan cantik lalu perlahan-lahan membuka matanya. Aku mengacak-acak rambutnya sambil tersenyum ke arahnya.

"Jadi perlu dicium dulu agar gadis ini bisa bangun?" Ujarku pada Angie sambil menjulurkan lidahku. Ia tersenyum malu lalu mencubitku.

"Kau menciumku? Dasar!!" Ujarnya kesal lalu segera bangkit dari tempat tidur.

Hari ini, Angie akan mengantarkanku pergi ke rumah sakit, karena lima hari lagi operasi jantung akan dilaksanakan. Janie hari ini juga mulai tinggal dirumah sakit. Tapi ia tidak tahu bahwa aku akan kesana juga.

Setelah Angie siap, kami berdua segera melaju ke rumah sakit dimana Anna akan menjalankan operasi jantung. Sepanjang perjalanan, kami berdua hanya diam saja. Yang terdengar hanyalah suara hembusan angin dari ac mobil dan suara mesin-mesin kendaraan diluar sana.

"Kau siap?" Tanya Angie kepadaku sambil menatap lurus kedepan. Aku hanya menganggukan kepalaku.

"Tapi kau sedang dalam minggu promosi, bagaimana dengan penggemarmu?" tanya Angie lagi. Aku tertawa kecil lalu menggenggam tangannya.

"Kau sangat khawatir padaku? Semua akan baik-baik saja...aku sudah mengaturnya!" Ujarku lembut sambil mengelus-elus tangan Angie yang berada di genggaman ku.

Angie P.O.V

"Aku mencintaimu Lou..." ujarku sambil meneteskan air mata dari kedua mataku. Ia kemudian menoleh ke arahku lalu menatapku dengan wajah bersalah.

"Maafkan aku..kumohon maafkan aku, kau tidak marah kan?" Ujar Louis sambil terus memasang wajah khawatirnya dan terlihat ia mulai tidak nyaman dengan posisi duduknya.

"Tak apa, ikuti saja kata hatimu...aku mengerti apa yang kau rasakan" ujar ku sambil berusaha menahan air mata yang terus mengalir dari kedua ujung mataku. Louis hanya menghapus air mataku lalu melanjutkan perjalanannya menuju rumah sakit.

Sesampainya dirumah sakit, aku dan Louis bersama-sama membawa barang-barang miliknya yang akan ia gunakan di lima hari terakhir. Kami juga bersama-sama masuk ke dalam rumah sakit lalu mengunjungi dokter spesialis jantung dirumah sakit itu.

"Baik dok, aku datang...lima hari lagi tapi terasa cepat sekali" ujar Louis kepada dokter yang sudah ia sering datangi ini. Dokter itu hanya tersenyum tipis sambil mengangguk.

"Baiklah, aku sudah persiapkan kamarmu sesuai permintaan mu, dan kumohon selama lima hari atur pola makanmu, jangan sampai kau stress dan jangan pernah tinggalkan rumah sakit" ujar dokter itu sambil memberikan beberapa surat. Louis hanya mengangguk, mengambil surat-surat itu lalu mengajakku untuk segera pergi ke kamar rawat inapnya.

Sesampainya disana. Aku segera membantunya merapikan barang-barangnya itu. Ia juga segera mengganti pakaiannya dengan pakaian pasien rumah sakit.

Tak lama seorang suster datang lalu memeriksa kesehatannya. Dan untungnya semua baik-baik saja. Aku sekarang duduk di samping ranjangnya sambil menatapnya dalam.

"Apa kau akan menemaniku selama lima hari terakhir dalam hidupku?" Tanya Louis sambil menatapku dalam. Aku tersenyum simpul sambil menganggukkan kepalaku. Melihat itu, iapun tersenyum lebar.

"Tapi maafkan aku, jika setelah itu kau tidak bisa melihatku lagi" ujarku sambil menggenggam tangannya erat.

"Apa maksudmu? Kenapa minta maaf? Harusnya aku yang minta maaf!" Ujar Louis kebingungan. Aku tertawa pelan sambil menggelengkan kepalaku.

"Lupakan saja...bagaimana kalau kita ke kedai kopi di lobby rumah sakit? Akan menyenangkan jika kita bisa minum kopi bersama" ujarku sambil tersenyum. Ia mengangguk setuju lalu bangkit dari ranjangnya. Kami berdua pun segera berjalan menuju lobby untuk pergi ke kedai kopi.

------------------------------------
Janie P.O.V

Sudah sejak pagi aku dirumah sakit dan tidak ada yang kukerjakan. Kata dokter aku tidak boleh stress dan tidak boleh meninggalkan rumah sakit. Itu tandanya aku harus mencari hiburan.

Karena aku belum bilang ke Ayah soal operasi ini, maka aku tidak mungkin menelfon Ayah untuk datang kesini dan membawakan gitarku.

Tiba-tiba sebuah ide muncul di pikiranku. Aku pun segera bangkit dari sofa kamar rawat inapku. Lalu segera berjalan menuju luar kamar lalu menaiki lift untuk turun ke Lobby.

Sesampainya di lobby rumah sakit. Aku segera melangkahkan kakiku menuju taman rumah sakit yang berada di belakang Lobby. "Ahh asyik sekali jika pergi ke taman ini bersama Niall atau Cheeqa!! Tidakkk, tidakkk bersama Niall" ujarku sambil memukul-mukul dahiku.

Ahh akhirnya aku sampai di taman ini. Sungguh sejuk dan menyegarkan. Aku berjalan menuju sebuah ayunan lalu bermain ayunan disana. Kulihat pemandangan di sekelilingku sambil menikmati ayunan yang kunaiki ini.

Tiba-tiba pandanganku terhenti disebuah kedai kopi di lobby rumah sakit yang terletak di sebelah kanan taman ini. Setelah kulihat baik-baik, di dalam kedai itu terlihat ada sepasang kekasih yang sedang bercengkrama sambil menikmati kopinya.

"Andaikan saja aku bisa melakukan itu, ahhh..lupakan saja" ujarku sambil terus mengayunkan tubuhku diatas ayunan itu. Setelah terus kuperhatikan sepasang kekasih itu. Ternyata mereka adalah Louis dan Angie.

"Apa yang mereka lakukan disini? Pasti menjenguk Anna atau menemui Niall.." ujarku sambil tersenyum simpul. Tapi baru kusadari sesuatu setelah aku memperhatikan Louis.

"Kenapa orang itu menggunakan baju rumah sakit? Kenapa baju itu sama dengan bajuku? Apa yang dilakukan olehnya? Ohh tidak..siall" ujarku sambil menutup wajahku.

Aku segera bangkit dari ayunan ku lalu berlari masuk ke dalam lobby. Tanpa aba-aba aku segera berlari lagi menuju lift lalu naik ke lantai dimana kamarku berada.

Ketika aku sampai di lift, rasanya lega sekali...ahhh, seperti baru saja bebas dari penjara.

---------------------------------------

Kenapa Angie ngomong gitu yaa ke Louis? Terus kenapa Louis mau tetep ngasih jantungnya ke Janie?

Apa dia lebih sayang ke Janie dibanding sayang ke Angie?

Ikutin terus yaa ceritanyaa<3

Thanks for reading^^

Have To WaitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang