Louis P.O.V
Aku menurunkan Angie di salah satu sofa dikamar Liam. Ia tersenyum simpul padaku. Aku mengambilkannya sedikit air panas dan handuk kecil, lalu aku mengompres tulang keringnya.
Ia tampak kesakitan. Sebenarnya aku tak pernah tega membuat seorang gadis menjadi lebih kesakitan lagi. Tapi ini yang terbaik untuknya.
"Bagaimana rasanya? Apa membaik?" Tanyaku pada Angie yang sedari tadi hanya meringis pelan.
"Yaa, kurasa sudah membaik..., bolehkan aku bercerita tentang sesuatu?" Ucapnya perlahan sambil memegangi kaki kirinya yang terluka.
"baguslah, ceritakan saja..aku akan mendengarkannya" jawabku lalu duduk tepat disampingnya. Ia menyandarkan tubuhnya ke sofa dan tersenyum pucat.
"Belum lama ini, aku bertemu dengan seorang pria, aku memang tahu tentangnya..dan temanku sangat dekat dengannya, tapi untuk bertemu langsung...aku belum pernah" jelasnya sambil tertawa kecil. Aku melihat ke arahnya dan menunggu cerita selanjutnya.
"Lalu saat pertama kali aku bertemu langsung dengannya, aku jatuh cinta padanya...jatuh cinta pada pandangan pertama, haha lucu sekali diriku bisa seperti itu" jelasnya sambil memukul-mukul dahinya.
"Tapi sepertinya pria itu menyukai gadis lain, entahlah...yang kulihat dari matanya, ia sama sekali tidak tertarik denganku.." ujarnya datar.
"Begitukah? Aku merasakan hal yang lebih pahit dari itu..." ujarku sambil memandangnya serius.
Angie P.O.V
"Begitukah? Aku merasakan hal yang lebih pahit dari itu.." jelasnya dengan wajah serius. Aku menoleh ke arahnya lalu tersenyum tanda aku sudah siap mendengar ceritanya.
"Tiga tahun yang lalu...aku berpacaran dengan seorang gadis yang kenal karena satu sekolah musik, aku selalu melarangnya untuk memberi tahu siapapun soal hubungan kita, aku membuat peraturan bahwa kita hanya dapat berkencan 2 kali dalam seminggu dirumahnya..." jelas Louis sambil tersenyum lebar seperti mengingat masa lalunya.
"Lalu, apa yang terjadi?" Tanyaku penasaran. "Kami menyudahi hubungan kami karena ia tidak kuat dengan peraturan-peraturanku" jawabnya datar.
"Benarkah? Harusnya kau jujur saja bahwa kau seorang seleb" ucapku semangat.
"Hahaa, tidak..aku takut dengan aku jujur dia kembali ke posisinya yang pemurung..sebelum kami berkenalan, ia tipe yang sangat pemurung dan tak pernah tersenyum..tapi 2hari setelah kami berteman aku mengatakan kalau dengan tersenyum ia akan lebih cantik, dan ia menjadi sangat periang sampai sekarang" jelasnya padaku.
Aku tercengang mendengarnya. "Memangnya siapa gadis itu? Apa kalian masih punya hubungan spesial?" Tanyaku pada Louis.
"Janie..temanmu, tidak..terakhir kami berkomunikasi yaa di cafe itu" jawabnya ringan.
"Janie? Teman dekatku sendiri? Kenapa ia tak pernah menceritakab soal ini??!" Hatiku seperti teriris-iris mendengar jawaban Louis tadi.
"Mungkin karena aku melarangnya dulu..jadi ia tak pernah menceritakan pada siapapun" ujar Louis sambil sesekali tersipu malu.
"Lalu, apa kau masih merasa sayang pada Janie? Katakan padaku..." ujarku penasaran. Dia menatapku dalam lalu tertawa.
"Aku bodoh memang, entah mengapa aku belum bisa melupakan gadis itu, selama 3 tahun hanya dia yang ada di benakku" jawab Louis santai.
Kau tahu Louis? Semua jawabanmu tadi membuat hatiku sangat teriris-iris. Aku tak bisa mendengar ceritamu lagi.
-----------------------------
Janie P.O.VAku berjalan memasuki cafe dimana aku dan Louis akan bertemu. Sebenarnya, Cheeqa juga akan ikut. Tapi karena ia ada urusan dengan Liam, maka hanya kami berdua yang bisa bertemu.
Aku duduk di salah satu bangku cafe sambil menatap kosong kearah depan. Tiba-tiba seseorang bernyanyi lagu yang pernah dinyanyikan oleh Niall sama aku, Niall dan Cheeqa sedang di studio musik.
" I won't let these little things
Slip out of my mouth
But if I do
It's you" suara perempuan itu sangat merdu dan dapat menenangkan hatiku." Oh it's you
They add up to
I'm in love with you
And all these little things" aku menikmati lagu itu sambil beberapa kali menggerakkan kepalaku mengikuti irama lagu. Karena penasaran dengan penyanyinya, aku menoleh ke arah panggung cafe dan melihat siapa yang sedang bernyanyi disana."Anna...apa yang dia lakukan?" ujarku pada diriku sendiri yang sedang tercengang dengan apa yang kulihat. Tiba-tiba seseorang menepuk pundakku lalu duduk disampingku menutupi penglihatanku pada seseorang.
"Ada apa dengan dirimu? Kau belum pesan apapun? Baiklah aku yang akan memesannya" Niall berdiri dari kursinya lalu mendatangi meja pemesanan dan memesan kopi untuk kami berdua.
Setelah selesai, ia datang padaku dengan membawa dua gelas kopi itu. Aku mengambil salah satu gelas dari tangannya lalu langsung meminumnya.
"Bagaimana dengan pernyataan cintamu pada Anna? Pasti berhasil kan? Mengapa kau tidak mengajaknya kesini?" Serangku pada Niall dengan banyak pernyataan. Ia tersenyum tipis dan memperlihatkan matanya yang mengandung banyak penderitaan.
"Diterima? Tidak...ini benar-benar mimpi buruk, aku ditolak olehnya" ujarnya sambil menyeruput kopi panasnya. Aku tercengang lalu memandani Niall dengan perasaan campur aduk.
Niall P.O.V
Perlahan-lahan air mata turun dari kedua matanya dan membasahi matanya. Aku memerhatikannya yang masih memandangi ku dengan tatapan yang tak dapat kuartikan.
"Bagaimana bisa..ia menolakmu?" Katanya dengan terbata-bata. Aku tertawa kecil lalu tersenyum lebar padanya.
"Mungkin memang belum saatnya aku bersama dia, memangnya kenapa? Lagipula aku masih memiliki sahabat" jelasku dengan datar sambil terus menyeruput kopi panasku.
Tiba-tiba Janie tersadar dari lamunannya lalu mengelap air matanya dan meminum kopinya. Aku bingung dengan apa yang terjadi padanya? Kenapa ia menyembunyikannya dariku?
" The story of my life I take her home
I drive all night to keep her warm and time...
Is frozen (the story of, the story of)" siapa yang menyanyikan lagu one direction? Kenapa gadis itu menyanyikan lagunya dengan sangat baik." The story of my life I give her hope
I spend her love until she's broke inside
The story of my life (the story of, the story of)" gadis itu menyanyikan lagu dengan indah sambil memainkan gitar. Permainan gitarnya sangat baik, tak jauh berbeda dengan permainan gitar diriku.Karena sangat penasaran, aku membalikkan tubuhku dan melihat siapa yang menyanyikan lagu itu. "Anna...apa itu benar-benar kau?" Ujarku sambil bangkit dari dudukku lalu berjalan mendekati Anna yang masih asik bernyanyi dan bermain gitar.
"Anna, kumohon berhentilah dan bicara padaku sebentar sajaaa..." ujarku memohon padanya yang mulai menangis karena keberadaanku. Ia terus menangis tapi tetap melanjutkan lagunya tanpa melihat kearahku sekalipun.
"Aku tak bisa seperti ini..kumohon bicaralah padaku sebentar sajaaa" aku berlutut di depannya lalu menatapnya dalam.
-------------------------------
Gimana chapter yang ini? Greget gak??
Hahaha, tunggu cerita yang lain di next chapter yaa~
Thanks for reading ^^