Ćhapťer 23

53 2 1
                                    

Sebuah mobil sedan hitam yang mewah tiba di depan rumah Cheeqa. Tak lama, sang pemilik rumah pun keluar dengan semangat lalu seger memasuki mobil hitam itu.

Di dalam mobil, dua orang itu hanya berdiam diri tanpa bahasa. Tak ada yang mau memulai pembicaraan untuk mengakhiri masa-masa menyebalkan ini.

Tiba-tiba Cheeqa menyalakan music di radio dan berjoget mengikuti irama. Melihat perlakuan temannya itu, Liam tertawa lalu mereka akhirnya dapat mengakhir masa-masa akward yang menyebalkan itu.

Louis P.O.V

"Hari ini kita mau kemana?" Tanya Cheeqa di tengah-tengah canda kita. Aku tertawa lalu kembali menyetir mobil. Ia mencubit lenganku lalu memelototiku agar aku menjawab pertanyaannya.

"Baiklahh...hari ini di theater ada drama musikal, aku tidak tau kau suka yang seperti itu atau tidak..tapi aku ingin menonton itu" jelasku padanya. Ia tersenyum lebar lalu bertepuk tangan, itu menandakan ia sangat senang dengan keputusanku ini.

"Tapi...bukankah harusnya aku yang mengajakmu? Lagipula kan yang membutuhkan tipsnya dirimu" ujarnya sambil memasang wajah bingung. Aku tertawa melihat kelakuannya.

"Biarkan hari ini aku yang mengajakmu, mungkin saja ada sesuatu yang tersirat" ujar ku sambil tersenyum iseng. Ia hanya mengangguk lalu kami meneruskan perjalanan.

-------

Sampai di theater yang kami tuju, aku dan Cheeqa segera menuruni mobil yang telah terparkir. Karena theater ini berada di kawasan ramai, jadi aku memulai penyamaranku dan berjalan agak jauh dari Cheeqa.

Sesampainya kami di dalam theater, aku dan Cheeqa segera mencari tempat duduk sesuai nomer yang sudah ditentukan. Tak berapa lama, drama musikal itupun dimulai.

Pertunjukkannya sangat menarik. Kami berdua sangat menikmatinya hingga dramanya selesai. Setelah drama musikal itu selesai, kami masih terus membicarakan soal dramanya di sepanjang perjalanan.

"Aku sangat lapar, kita belum makan siaangg" ujarna sambil mengelus-elus perutnya. Aku tertawa lalu menaikkan kecepatan mobilku.

"Baiklah, kita akan segera sampai di restoran dan makan enakkk" ujarku semangat sambil terus menyetir mobil. Ia hanya tertawa lalu asik mendengarkan lagu yang dinyalakan dari radio.

Cheeqa P.O.V

Akhirnya kami sampai di restoran yang Liam tuju. Aku dengan semangat turun dari mobil lalu melangkah ringan masuk kedalam restoran. Liam dari belakang mengikutiku dengan memakai alat penyamarannya.

Setelah memesan makanan, kami berdua bercengkrama saling bertukar cerita soal masa lalu masing-masing. Sesekali Liam memberi lelucon-lelucon segar agar suasananya tidak membosankan.

"Liam..bolehkah aku mengundang teman dekatku kesini?" Tanyaku pada Liam yang sedang asyik menikmati minumannya. Ia melihat ke arahku lalu mengangguk.

"Pasti kalian akan membicarakan sesuatu yang serius, apa aku tak menganggumu?" Tanya Liam dengan wajah merasa bersalah. Aku tersenyum lebar lalu menggeleng.

Aku segera mengeluarkan ponselku dan mengirim pesan pada seseorang.
Me:
Sedang dimana? Apa sedang di daerah pinggir kota?
Jan:
Haha, kenapa kau bisa tau aku sedang berada di pinggiran kota? Memangnya kenapa??
Me:
Tak apa, bisa kau kerestoran untuk menemuiku? Akan kukirim lokasinya
Jan:
Tentu saja..aku kosong hingga malam hari, oke! Kutunggu lokasinya

Aku tersenyum lebar lalu segera mengirim lokasiku kepadanya dan meletakkan kembali ponselku di tasku. Liam menatapku bingung.

"Ada apa antara kau dan Niall?" Tanya Liam sambil menyantap makanannya. Aku tertawa lalu merubah wajahku menjadi wajah serius.

"Aku tak mau mengenalnya lagi dan sebaiknya tak akan pernah..kumohon jangan bahas dia lagi" ujarku datar lalu mulai menyantap makananku yang sudah ada di hadapanku.

------------

Setelah menghabiskan makanan kami, seorang perempuan datang dengan senyum lebarnya dan menyapaku dengan senyum yang khas, begitu juga dengan Liam.

"Hayy, apa yang sedang kalian lakukan disini? Apa kalian berkencan??" Tanyanya dengan wajah iseng. Aku hanya memasang wajah sinis lalu kami tertawa bersama.

"Tidakk, tadi kami hanya pergi sebentar, oya...kau temannya Louis itu kann, hmm Janie yaaa namamu?" Ujar Liam santai sambil memasang wajah ramah. Janie hanya mengangguk dengan senyum lebarnya.

Janie P.O.V

"Jadi...apa yang kau perlukan sehingga memanggilku kesini?" Tanyaku pada Cheeqa setelah kami mengobrol. Ia tertawa lalu meneguk minumnya.

"Aku ingin bertanya soal dirimu dan Niall...ada apa dengan kalian?" Ujar Cheeqa dengan wajah serius. Aku tersenyum meremehkan lalu bersiap ingin bercerita.

"Ia sama sekali tidak mengerti bagaimana perasaanku, bagaimana jika kau akan kehilangan sahabatmu tapi kau malah senang karena pacarmu akan selamat??" Jelasku dengan wajah datar sambil mengingat-ingat perlakuan Niall.

"Maaf, tapi apa kau bilang kepadanya kalau kau pendonor jantung itu untuk mendapat simpati darinya?" Tanya Cheeqa dengan wajah penasaran sambil memasang wajah bersalah sekaligus.

Aku tertawa, "tidakk...aku hanya ingin dukungan mental darinya karena dia adalah sahabatku, aku tentu saja butuh dukungan karena operasi ini adalah keputusan yang besar" ujarku lagi sambil menghapus air mataku yang mengalir.

"Lalu, bagaimana dengan hubunganmu dan Niall sekarang?" Tanya Cheeqa. Aku tertawa lalu mengambil sebuah tusuk gigi lalu memutuskannya.

"Aku sudah tidak bisa menganggapnya sahabat, aku cukup menganggapnya orang yang kusayang" ujarku dengan wajah memelas. Tiba-tiba Liam berhenti meneguk minumnya lalu menatapku serius.

"Maaf aku ikut campur, tapi apa yang kau lakukan sehingga sangat butuh dukungan dari Niall?" Tanya Liam serius.

"Aku akan melaksanakan tranplantasi jantung dan memberikan jantungku kepada Anna agar Niall dan Anna bisa hidup bahagia" ujarku sambil memasang wajah sedih. Liam langsung memasang wajah bersalah lalu menyenderkan tubuhnya ke kursi lalu segera memainkan ponselnya.

"Lalu bagaimana hubunganmu dengan Niall?" Tanyaku pada Cheeqa yang sedaritadi hanya diam saja saat Liam sedang bertanya padaku.

"tidak lagi, sama sepertimu...aku sudah menganggapnya orang yang tak pernah kukenal" ujar Cheeqa sambil mengaduk-aduk minumannya.

"Baiklah...mulai sekarang tolong fokus pada operasiku yang akan dilaksanakan dua minggu lagi, tolong dukung aku dan tak usah hiraukan Niall" tuturku sambil tersenyum lebar pada Cheeqa.

Cheeqa membalas senyumanku sambil mengangkat kedua jempolnya kearahku.

----------------------------

Gimana chapter yang ini? Kepo gakk jalan-jalan Cheeqa dan Liam selanjutnya itu bakal kemana?

Baca terus yaaa cerita inii, jangan sampe ketinggalan <3

Thanks for reading ^^

Have To WaitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang