Ćhapťer 38: Angie [2]

27 4 0
                                    

D+2 After The Surgery

Janie P.O.V

Aku berbaring lemah di ranjang rumah sakitku. Kenapa aku masih hidup? Siapa yang menyelamatkanku? Aku terus berpikir sampai akhirnya seseorang mengetuk pintu dan masuk ke dalam ruanganku.

"Bagaimana keadaanmu? Apa baik-baik saja?" Tanya orang itu sambil berjalan pelan ke arah ranjangku. Aku hanya tersenyum lalu mengangguk.

"Apa kau tahu siapa yang menyelamatkanmu?" Tanya orang itu lagi, aku hanya menggelengkan kepalaku.

"Louis yang memberikan jantungnya padamu dan Louis masih hidup karena Angie.." jelasnya lalu menghembuskan nafas berat. Aku tercengang mendengarnya.

"Ayah pasti bercanda..pasti ada lagi kan yang menyelamatkan Angie? Pasti ada kan yah? Benar kan Yah?" Serangku pada Ayah yang daritadi hanya menunduk. Tapi Ayahku hanya menjawab pertanyaan-pertanyaan ku dengan gelengan kepala.

Melihat itu aku segera bangkit dari ranjang dan menarik tiang infusku dan berniat untuk keluar ruangan. Tetapi sebelum aku keluar, Ayahku sudah terlebih dahulu menahanku lalu menarikku ke pelukannya.

"Ia ada dirumah, jasadnya akan disemayamkan sore ini...kau belum boleh pulang" ujar Ayahku sambil memelukku erat karena aku terus memberontak. Aku menjerit, memberontak, aku tak kuasa menahan ini semuanya.

"Kumohon lepaskan akuuu!!! Kumohonnnn!!! Kumohonnn ayahhh...aku hanyaaa inginnn pulangg" ujarku sambil terus berusaha melepaskan pelukan Ayah.

"Baiklah, aku akan melepaskanmu..tapi ada syaratnya, kau tidak boleh langsung kabur, biar Ayah mengurus biayamu dulu" ujar Ayahku lembut sambil mengecup keningku.

Akhirnya Ayah melepaskan pelukanku dan seketika itu aku terjatuh ke lantai karena aku sudah benar-benar lemas. Aku tidak tahu kenapa aku bisa selemas ini. Melihat itu, Ayah segera membantuku bangkit lalu membantuku untuk duduk di tepi ranjang.

"Ayah pergi ke Lobby dulu yaa..kau bisa mengganti pakaianmu" ujar Ayahku sambil mengacak-acak rambutku.

---------------------

Perlahan aku memasuki halaman rumahku yang dipenuhi banyak kerabat. Dengan pasti aku melangkah masuk ke dalam rumahku. Aku melihat ibu Angie disana.

"Kau sudah sehat? Terimakasih sudah datang lebih cepat" ujar ibu Angie sambil mencium keningku. Aku hanya tersenyum tipis sambil mengangguk.

Aku pun terus berjalan menuju ruang keluarga tempat dimana peti Angie berada. Sampai di ruangan itu, kulihat beberapa teman kuliah kami sedang mendoakan Angie dengan tenang. Melihatku datang, mereka segera menyudahi doa mereka dan pergi meninggalkan peti Angie.

"Hai...bagaimana kabarmu? Inikah yang kau lakukan setelah berbuat sinis padaku?" Ujarku pada mayat Angie yang sudah kaku tak berdaya. Aku mendekati peti mayat Angie lalu mulai menangis.

"Aku minta maaf harus membuatmu menjadi seperti inii, aku benar-benar menyesal harus membuat keputusan seperti ini...kumohon, maafkan aku" air mataku terus mengalir, aku benar-benar tidak bisa menahannya sampai seseorang menepuk bahuku.

Aku segera membalikkan badanku untuk melihat siapa orang itu. Louis, ya..Louis. Aku tahu apa yang telah ia perbuat padaku. Tanpa basa-basi aku langsung menamparnya.

"Maafkan aku Lou...kumohon maafkan aku, sekarang...sekarang aku hanya benar-benar kesal denganmu, kau harusnya tidak menyelamatkanku, aku tidak mau Angie yang pergi..." ujarku sambil terisak. Louis hanya berdiri terdiam di hadapanku, tak bisa berbuat apa-apa.

"Yaa, aku tahu aku salah...saat itu aku hanya memikirkan bahwa jika kau hidup kau bisa lebih menghargaiku" ujarnya sambil mengelus-elus bahuku agar aku bisa tenang.

"Tidak perlu minta maaf, apapun yang kau lakukan sekarang tidak akan membuat jasad Angie kembali bangun.." ujarku sambil perlahan menghentikan tangisku. Louis hanya mengangguk mendengar perkataanku.

Sudah cukup waktu yang aku luangkan bersama Angie. Aku harus meninggalkan Louis bersamanya sekarang. Akupun berjalan meninggalkan ruangan itu. Tapi, sebelum sempat meninggalkan ruangan itu, Louis menahan tanganku lalu menaruh sepucuk surat di genggaman tanganku.

"Ambil saja, dan baca diluar...tidak usah berkomentar" ujar Louis sambil mendorongku pelan ke luar ruangan agar aku segera membaca isi surat itu.

Sesampainya di ruang tamu, dimana tamu-tamu sedang mengobrol dan menikmati minuman, aku segera membuka surat yang tadi diberikan Louis itu.

Hai Janie:)
Bagaimana keadaanmu sekarang? Bagaimana rasanya jika jantung seorang selebritis ada di dalam tubuhmu? Hahaha...

Baiklah, aku ingin memberitahumu bahwa aku punya satu hadiah untukmu..semoga kau senang, dan aku juga ingin kau merekam suaramu yang sedang menyanyi diiringi dengan hadiahku..ohya, kuharap rekamannya bisa kau taruh di makamku yaa

Semoga kau lebih bebas tanpaku ^^ kuharap kau menempati kamarku saja, agar kamarku tidak kosong dan terlihat seperti loteng tua yang menyedihkan..

Love,
Angie

Membaca itu membuatku menangis kembali. Surat itu sekarang sudah basah karena tetesan air mataku. Orang-orang disekelilingku melihatku dengan bingung sekaligus kasian.

Tanpa basa-basi aku segera berlari menuju kamarku lalu masuk ke dalamnya. Sampai di dalam kulihat sebuah kotak biola diatas ranjangku. Setelah membukanya, kulihat sebuah biola putih yang baru dan sangat indah.

Biola ini adalah biola yang pernah kuminta pada Ayah dulu. Kenapa Angie memberikan ini padaku?

Aku segera mengangkat biola itu lalu mengambil alat rekamanku. Setelah alat itu menyala, aku segera bernyanyi.

Forget all we said that night
No it doesn't even matter
Cause we both got split in two
If you could spare an hour or so
We'll go for lunch down by the river
We can really talk it through
And being here without you
Is like I'm waking up to
Only half a blue sky
Kind of there but not quite
I'm walking round with just one shoe
I'm half a heart without you
I'm half a man at best
With half an arrow in my chest
Cause I miss everything we do
I'm half a heart without you

Half a heart without you
I'm half a heart without you
Though I try to get you out of my head
The truth is I got lost without you
And since then I've been waking up to

Aku mengakhiri laguku dengan baik. Aku lega sekali dapat menyanyikan ini untuk Angie. Setelah selesai, aku segera turun ke lantai bawah dan bergabung dengan yang lainnya.

"Kau ikut ke pemakaman?" Tanya Louis padaku yang sedang menatap nanar ke arah peti Angie yang akan ditutup. Aku hanya menggelengkan kepalaku.

"Baiklah, ada yang perlu dititipkan?" Tanya Louis lagi sambil tersenyum tipis. Mendengar itu aku segera terpikirkan oleh rekaman suaraku tadi.

"Ohyaa, aku titip ini..tolong letakkan ini diatas makam Angie dan pastikan agar ini tidak hilang" ujarku pada Louis sambil memberikan kaset rekaman yang sedari tadi ku genggam.

"Baiklah..jaga dirimu baik-baik dan semoga lekas sembuh, istirahatlah terlebih dahulu" ujar Louis sambil mengelus-elus kepalaku. Aku? Aku hanya mengangguk lalu segera pergi meninggalkannya.

Sekarang, semuanya tinggal kenangan, aku tidak tahu harus bagaimana lagi. Aku kesepian, aku butuh teman.

Angie, andaikan kau bisa kembali...

--------------------------

Maaf yaa kalo ada kata-kata yang muter-muter dan bikin bingung...

Kalo lihat kesalahan kata atau typo tolong comment yaa ^^

Ikutin terus yaa ceritanya<3

Thanks for reading^^

Have To WaitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang