Ćhapťer 37: Angie [1]

29 3 0
                                    

D+1 After The Surgery

Louis P.O.V

Aku membuka mataku perlahan. Terlihat beberapa orang yang aku kenal sedang mengobrol di sofa kamar rumah sakitku.

Managerku, Ibuku, adikku, Harry, dan Zayn. Kemana yang lain? Kemana Angie? Kenapa ia tidak datang?

"Lou...apa kau sudah sadar?" Tanya ibuku yang baru menyadari bahwa aku sudah sadar. Ia segera bangkit dari duduknya lalu berjalan mendekatiku.

"Iyaa buu, tapi badanku masih lemas dan kepalaku masih pusing" jawabku sambil tersenyum tipis. Mendengar itu ibuku hanya tersenyum sambil menganggukkann kepalanya.

Ibuku tak pernah tak setuju dengan kehendakku. Karena ia tahu apa yang kupilih adalah yang terbaik untukku dan orang lain. Ia juga tidak akan menanyakan kepadaku kenapa aku melakukan itu karena ia tahu itu bukan hal yang baik.

"Louuu, kau membuat kami takut...yang benar saja seorang Louis mendonorkan jantungnya kepada orang lain" ujar Harry sambil mengacak-acak rambutku. Aku hanya tertawa mendengar itu.

"Bagaimana keadaanmu Lou? Niall tidak bisa kesini karena sedang menjaga pacarnya, dan Liam...temannya meninggal" jelas Zayn. Awalnya aku biasa saja mendengar itu. Tapi setelah Zayn selesai dengan penjelasannya, aku tercengang mendengarnya.

"Siapa yang meninggal?!! Siapa?!! Semua teman Liam itu adalah temanku!!" Bentakku pada Zayn seketika dan itu membuat orang-orang seisi kamarku tersentak.

"Orang...orang...oorr...orang it..ituu..." Zayn berbicara dengan terbata-bata. Sebelum ia menyelesaikan kata-katanya. Managerku bangkit dari duduknya lalu ikut bergabung ke dekat ranjangku.

"Dia Angie.." ujar managerku dengan wajah menyesal karena telah berbicara soal itu.

Aku tersentak kaget. Tanpa melakukan apapun, aku segera mengambil cairan infusku dan membawanya di tangan kiriku. Lalu aku segera memakai sandalku lalu berlari meninggalkan kamar ku.

Kudengar Ibuku memanggil namaku dari dalam kamar tapi aku tidak menggubris itu. Aku tetap berlari kencang menuju meja informasi.

"Dimana mayat Angie?!! Dimanaa??!" Bentakku pada karyawan informasi itu. Dengan badannya yang bergetar karena ketakutan, ia berlari kecil ke arah kamar mayat untuk menunjukkan mayat Angie kepadaku.

Sesampainya didalam sana, kulihat beberapa orang sedang mengerubungi seorang jasad yang sudah lemah tak berdaya. Perlahan aku mendekati jasad itu dan melihat siapa saja orang itu.

Terlihat disana ibu Angie, Liam, dan seorang pria yang wajahnya mirip sekali dengan Angie, kurasa ia ayah kandungnya.

"Apa kau bodoh? Kenapa kau lakukan ini? Kenapa kau begitu bodoh dan tega melakukan itu?" Ujarku sambil menangis kepada jasad Angie yang tidak akan pernah bisa menjawab pertanyaan-pertanyaanku lagi.

"Apa yang kau lakukan? Tak tahukah kau bahwa aku sangat mencintaimu? Kenapa kau begini? Ini sungguh seperti drama yang kutonton di televisi" ujarku sambil memeluk jasad Angie dan terus menangisinya.

"Aku mencintaimu Angie, jika kau tidak melakukan itu, aku tak akan pergi untuk selamanya sepertimu...kenapa kau lakukan ini?" Ujarku sambil terus menangis.

"Angie...bertahun-tahun kita berteman, aku mencintaimu tetapi kau selalu menganggapku teman, sudah cukup sakit saat tahu kau mencintai orang lain, tapi kenapa kau menyakitiku lagi dengan meninggalkan ku selamanya?" kata Liam sambil berbisik di telinga Angie.

Mendengar itu aku segera melepaskan pelukanku dari Angie. "Liam, kau boleh memeluknya" ujarku pada Liam yang daritadi hanya bisa menatap Angie dengan tatapan nanar.

Ia tercengang mendengar perkataanku. Tetapi ia tersenyum tipis ke arahku lalu segera memeluk Angie. Ia hanya memejamkan matanya dan memeluk Angie erat tanpa berkata apapun atau menangis. Sangat tenang.

Perlahan aku berjalan mundur menjauh dari kerumunan kerabat Angie dan menatap jasad Angie dari kejauhan. Tak lama, seorang pria yang wajahnya mirip sekali dengan Angie datang.

"Kau pasti Louis kan? Apa kau pacar Angie?" Tanya orang itu. Aku tersenyum tipis sambil mengangguk. Ia kemudia tersenyum lebar lalu menepuk-nepuk bahuku perlahan.

"Terimakasih sudah mencintai Angie selama ini dan terimakasih telah menemani Angie sebelum ia pergi selamanya, aku ayah kandungnya" ujar pria itu sambil tersenyum tipis.

"Sebelum aku menceraikan ibunya, aku menulis alamatku di lemari kamar Angie, lalu aku menghilang..dan hebatnya, tahu itu alamat rumahku, semenjak saat itu, ia selalu mengirimiku surat ke alamat itu, menanyakan kabarku dan bercerita tentang kehidupannya, aku tak pernah mau membalasnya karena aku tak mau ia terus mengkhawatirkanku, tapi tetap saja ia mengirim surat-surat itu setiap minggu" ujar Ayah Angie sambil mengusap air matanya yang mulai turun dari ujung matanya.

"Bertahun-tahun lamanya, sampai akhirnya beberapa minggu yang lalu aku mendapat surat yang bercerita bahwa ia sudah menemukan cintanya, pria itu bernama Louis dan ia sangat mencintainya..tetap beberapa hari yang lalu aku baru saja mendapat surat bahwa ia akan mendonorkan jantungnya kepada orang yang paling ia cintai setelah kedua orangtuanya" jelas pria itu sambil terus mengusap air matanya.

"Waktu ia kecil, setahun setelah kakaknya meninggal...ia mengatakan sesuatu padaku, ia bilang ayah..jika aku besar nanti, aku ingin mengorbankan sesuatu milikku kepada orang yang paling ku cintai setelah orangtuaku..apa itu boleh? Ia bertanya itu dengan polos dan dengan bodohnya aku menjawab boleh, dan tertanyata ia benar-benar melakukan itu sekarang" cerita Ayahnya. Mendengar itu, air mataku kembali turun dan aku tak kuasa menahan itu.

"Maafkan aku...aku sungguh minta maaf, aku benar-benar tidak tahu soal itu, Angie benar-benar merahasiakannya dari semua orang..kumohon maafkan aku" aku memohon pada Ayah Angie sambil berlutut. Dengan kebaikannya, aku membantu ku kembali berdiri lalu menepuk-nepuk pundakku.

"Tak apa Lou, aku senang kau telah membahagiakan Angie" ujarnya.

-----------------------

Gimana sama Louis yaa setelah kepergian Angie?

Apa kira-kira reaksi Janie saat tahu sodara sekaligus sahabatnya itu telah pergi meninggalkannya?

Ikutin terus yaa ceritanyaa<3

Thanks for reading^^

Have To WaitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang