Feera P.O.V
Aku masih shock dengan kata-kata yang diucapkan Harry beberapa hari yang lalu. Aku belum bisa melakukan banyak kegiatas, aku belum bisa pergi ke kampus.
"Feeraa, kamu harus belajar...ayolah keluar dari kamar kamu" teriak Mommyku dari depan pintu kamar. Aku hanya terdiam sambil melihat-lihat fotoku bersama Harry selama kita berteman di telfon genggamku.
Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu berkali-kali seperti menandakan sedang panik. Paling itu hanya Daddyku yang baru pulang dari luar kota karena bekerja.
"Feeraa, bukaa pintunyaa!! Aku Harry!" Teriak seseorang yang mengetuk pintu kamarku.Aku segera bangkit dari ranjangku dan berjalan kesana kemari memikirkan apa yang harus kulakukan, aku segera membuat rambutku berantakan dan meneteskan obat tetes mata ke mataku agar terlihat berair. Lalu aku berbaring di ranjang, "masuklahhh..." teriakku pada Harry.
Ia masuk membawa sebuah kotak dengan senyum hangatnya yang ia berikan setiap kali bertemu denganku. "Kau kenapa? Sakit? Apa karena aku?" Tanya nya padaku dengan wajah perhatian.
"Tak apa..hanya tak enak badan, aku hanya mendengar seseorang berkata menyakitkan kepadaku, haha..harusnya aku tidak sensitive terhadap kata-kata itu" jawabku dengan senyum tipis. Dia hanya mengangguk dan mengangkat kotak itu dan menunjukkannya kepadaku.
"Apa isi kotak itu? Kenapa besar sekali? Pasti bukan makanan..." ujar ku sambil memasang wajah yang acuh. Ia hanya tertawa kecil lalu menaruh kardus itu disampingku.
"Bukalah, aku akan pinjam mau ke meja belajarmu, meminjam salah satu buku" katanya sambil bangkit dari duduknya lalu menghampiri meja belajarku. Aku segera membuka kardus itu dan terisi banyak barang yang indah.
Barang pertama, kotak musik. Saat aku membuka kotak itu terdengar suara insturment indah yang sering aku mainkan di piano saat kecil. Ada seorang ballerina yang berputar juga di dalam kotak itu.
Barang kedua, album photo. Saat membukanya tersimpan foto-foto kami dari kami kecil sampai terakhir kami mengambil foto saat aku baru saja kabur dari rumah pukul 10 malam untuk curhat padanya.
Barang ketiga, setumpuk surat lusuh yang digulung. Aku membuka satu persatu surat itu dan membacanya. Ketika membacanya aku mulai menitikkan air mata dan terbenam dalam isakkan. Jadi selama ini, Harry menyimpan perasaan yang sama denganku?
"Apa surat-surat ini benar?" Tanyaku pada Harry yang tadi sedang sibuk di meja belajarku. Tapi tak ada jawaban dari arah sana. Aku mengangkat kepalaku dan melihat ke arah sana dan ternyata tak ada satupun orang disana.
"Mengapa kau pergi dengan meninggalkan barang-barang ini? Tak bisakah kau jelaskan apa maksudnya?" Teriakku sambil terisak ke arah jendela kamarku.
Harry P.O.V
Saat dia sedang asyik melihat photo album, perlahan-lahan aku keluar dari kamarnya lalu menutup pintu kamarnya perlahan. Aku segera berlari ke lantai bawah lalu keluar dari rumah Feera.
Kudengar suara teriakan dari kamarnya. Oh tidak, maafkan aku Feera..aku belum bisa menjelaskan semuanya. Aku harus pergi untuk beberapa waktu.
Aku segera menaiku mobilku dan melajukan mobil menuju bandara. Tiba-tiba handphone ku berdering dan saat ku lihat siapa yang mengirim pesan, aku langsung mengechecknya.
From Meera
Harry, apa kau sedang bersama Zayn? Aku ada janji dengannya sekarang di laboraturium kampus tapi ia belum datang juga, maaf merepotkanmu
"Aishh, kemana pria itu pergi? Sudah tau aku harus pergi sekarang dan ia malah merepotkan ku" aku segera mengirim pesan singkat pada Zayn.
To Zayn