Janie P.O.V
Aku berjalan lemas ke kamar dimana Anna dirawat. Aku tak tahu mengapa aku melakukan itu. Mungkin karena aku merugikan orang banyak.
Aku memasuki ruangan Anna, lalu tersemyum padanya yang terlihat sedang sangat senang. Aku mengangguk menandakan aku sudah tau alasannya.
Ia lalu menyuruhku duduk di tepi ranjangnya lalu ia menawariku buah-buahan. Aku berpikir, andai ia tahu siapa orangnya..mungkin sekarang dia akan menangis di hadapanku.
Tiba-tiba seorang pria masuk sambil membawa bunga dan membawa beberapa tumpukan buku. Aku tersenyum tipis padanya lalu berpindah posisi agar ia bisa duduk disamping Anna.
"Hey...ada seorang perempuan yang baik sekali mau mendonorkan jantung sehatnya padaku!!" Ujar Anna semangat. Niall terkesima lalu tersenyum lebar.
"Hah? Kau akan di transplantasi jantung? Ada apa dengan jantungmu? Aku baru tau!!" Jawab Niall dengan wajah panik. Anna tertawa pelan lalu menepuk-nepuk bahu Niall.
"Tenang sajaa..sesudah transplantasi semuanya akan baik-baik sajaa" ujar Anna dengan senyum lebarnya. Aku ikut tersenyum melihat kelakuan mereka.
"Aku akan menemanimu sampai operasi itu selesai, aku akan menunggu" ujar Niall sambil mengelus kepala Anna. Perlahan air mataku turun, dan aku menjadi menangis. Aku benar-benar memilih jalan yang benar, yaa..aku tidak ragu sekarang.
"Ohya Janie..apa kabarmu?" Tanya Niall padaku dengan senyumannya. Aku mengangkat kepalaku dan menjawabnya dengan mengangguk. Aku lupa kalau aku masih menangis.
"Kau menangis? Apa yang terjadi? Kau perlu bicara?" Tanya Niall khawatir. Aku tersenyum tipis lalu berjalan ke luar dan menunggu Niall keluar. Saat Niall sudah sampai diluar ia menatapku bingung.
"Kau...kau...kaauu tau siapa yang mendonorkan jantungnya pada Anna?" Tanyaku terbata-terbata sambil terus menangis. Niall menggelengkan kepalanya lalu duduk disampingku.
"Aku..." ujarku singkat lalu tangisanku meledak. Niall menoleh ke arahku dengan kaget lalu tiba-tiba tersenyum lebar.
"Benarkah? Terimakasihh!! Akhirnya aku bisa melihat Anna sembuh dan kembali seperti semulaa.." ujar Niall semangat dan bangkit dari duduknya. Aku kaget dan mengangkat kepalaku lalu menatapnya dalam.
"Hanya itu??....hanya itu???...yang kau katakan?" Ujarku yang masih terisak. Ia mengangkat kedua alisnya dan mengangguk sambil tersenyum lembut.
"Kenapa kau kejam sekali? Tak bisakah kau katakan yang lain? Aku sedang butuh dukungan sekarang!!" Bentakku pada Niall lalu tangisku semakin menjadi-jadi.
"Apa? Kau ingin aku katakan apa? Kau ingin aku katakan, kau bodoh sekalii!! Kau harus pikirkan dirimu? itu yang harus kukatakan?" Balasnya dengan wajah kesal dan tak bersalah.
Aku bangkit dari dudukku lalu menatapnya dalam, "apa yang kau pikirkan sekarangg?!!!" Bentakku sambil menatapnya tajam. Ia menatapku dalam balik.
"KESEMBUHAN ANNA!! ITU YANG AKU PIKIRKAN!! PUAS!!" teriaknya tepat didepan wajahku. Tanpa menunggu apa-apa aku langsung menampar pipinya dan menatapnya lebih tajam.
"Kau benar-benar dibutakan cinta, aku memang salah telah memilihmu" ujarku sambil menangis lalu aku berlari meninggalkannya.
Niall P.O.V
Aku kaget dengan apa yang baru saja dilakukan Janie padaku. Aku masuk ke ruangan Anna dengan lemas. Aku benar-benar kaget.
"Apa yang kalian bicarakan? Kenapa ribut sekali? Dan kemana Janie?" Tanya Anna sambil memasang wajah khawatir. Aku tersenyum ke arahnya lalu berjalan mendekatinya.
"Tak ada apa-apa, aku harus bertemu Cheeqa, ada yang perlu kubicarakan" ujarku pada Anna. Ia tersenyum dan mengangguk. Aku mengecup keningnya lalu pergi meninggalkannya.
Aku segera menyetir mobilku menuju kampus. Aku tahu sekarang Cheeqa pasti sedang mengerjakan tugas nya di perpustakaan.
Sampai di kampus aku segera berlari ke perpustakaan dan melihatnya sedang sibuk mengetik di laptopnya. Aku berjalan ke arahnya lalu duduk di sampingnya.
"Apa yang kau perlukan?" Tanya dia sinis tanpa melihatku. Aku tertawa kecil lalu mencubit lengannya. Tapi ia tak merespon dan tetap sibuk.
"Kemana saja kau, kenapa tidak pernah menelponku?" Tanyaku lembut padanya. Ia tertawa pelan lalu menoleh ke arahku dan menatapku tajam.
"Harusnya aku yang bertanya? Kau sibuk, atau sengaja sibuk sampai semua telfon dan pesanku tak kau respon?" Jawabnya sangat sinis lalu kembali sibuk dengan laptopnya.
"Kau tahu...Anna sedang sakit dan aku baru saja melakukan shooting video clip, jadi aku benar-benar susah untuk mengecheck ponselku" jelasku padanya tapi ia hanya tersenyum meremehkan lalu sibuk dengan tugasnya kembali.
"Baiklah,,aku kesini hanya ingin bertanya bagaimana kabarmu dan soal Janie..." ujarku padanya, lalu ia menoleh dan mengangkat kedua alisnya.
"Aku tau kau baik, baiklah..kau tau apa penyakit yang diderita Anna? Intinya ia membutuhkan jantung sehat, dan dia harus segera menjalankan tranplantasi jantung, tapu kau tau apa beritanya?" Ia menggeleng dan tetap memandangku serius.
"Yang ingin memberi jantungnya pada Anna adalah Janie dan tadi aku berkelahi dengannya karena aku langsung senang dengan itu karena Anna akan sembuh tapi harapan Janie bukan itu, dia memberitahuku agar aku memberi dukungan padanya..." jelasku dengan wajah menyesal. Seketika Cheeqa menamparku di pipi yang sama dengan dimana Janie menamparku.
"Kau bodoh sekali Niall, kau tahu betapa sakitnya menjadi Janie? Kau benar-benar tega..sahabat macam apa kau?" Omel Cheeqa padaku. Aku menutup wajahku dengan kedua tanganku.
"Kau memang dibutakan oleh cinta, mulai sekarang anggap saja kita tak pernah kenal, dan jangan hubungi aku lagi" ujar Cheeqa lalu merapihkan peralatan dan buku-bukunya lalu pergi meninggalkanku.
"Apa aku memang sebodoh ini?" ujarku pelan sambil memukul-mukul kepalaku.
--------------------------------
Gimana chapter yang ini? Kepo gak kelanjutannya gimana??
Kira-kira gimana yaa respond Louis pas tahu orang yang dia cintain bakal pergi?
Kita liat aja kelanjutannya..
Tetep ikutin ceritanyaa yaaa <3
Thanks for reading ^^