Ćhapťer 17 : spain! 2

43 1 0
                                    

Zayn P.O.V

Waktu sudah menunjukkan pukul satu siang dan Harry belum juga kembali. Pasti dia akan pulang sore. Aku sangat bosan tak tau apa yang harus kulakukan.

Tiba-tiba terpikir dibenakku untuk mengirimkan pesan kepada Meera dan berkata padanya bahwa aku merindukannya. Dan ia tidak akan mengira aku ada di Spain.

To Meera

Hai, pukul berapa sekarang di spain? Aku merindukanmu! Hahaa, kapan kita bisa berkencan lagi

Tiba-tiba ada pesan yang masuk dan ternyata itu dari Meera.

Meera:
Sekarang pukul satu siang, pembohong...mana mungkin kau merindukanku. Berkencan? Lagi? Sejak kapan kita berkencan?

Me:
Aku tidak suka berbohong! Terserah kau, aku sih menganggapnya berkencan...oiya, sedang apa?

Meera:
Hahaa, kau lucu sekali...aku sedang berbaring di kamar hotel, Feera dan Harry sedang berwisata kuliner, dan aku bosan sekali..rapatku hari ini diundur jadi malam hari

Me:
Mungkin sebentar lagi akan ada pelayan masuk ke kamarmu dan menghiburmu? Hahaha..tidakk, itu hanya imajinasiku!

Meera:
Aku tidak mengerti..serius!

Aku tertawa pesan terakhir Meera. Aku segera mengambil barang-barang yang telat kusiapkan dan aku segera merapikan penampilanku. Setelah semuanya siap, aku keluar dari kamarku dan berjalan ke kamar Meera.

Sampai di depan kamarnya, aku mengebel pintu kamar tetapi tak ada satu orang pun yang membukakan pintu. Karena takut Meera mengintip, aku menutup lubang mengintip agar ia tak bisa melihatku.

"ROOM SERVICE!" teriakku dari depan kamarnya sambil memencet bel kamarnya. Tiba-tiba seorang gadis menggunakan celana panjang dan kaos tanpa lengan keluar dengan rambut terikat.

"Apa...apa...apa yang kau lakukan...Zayn?" Tanya gadis itu sambil tercengang menatapku dalam-dalam yang sedang berdiri di hadapannya.

Aku tertawa kecil lalu melebarkan tanganku pertanda aku membutuhkan pelukannya. Ia tertawa kecil lalu memelukku erat. Aku tertawa dan kami berpelukan.

Setelah berpelukan dan aku masuk ke kamarnya, kami mengobrol di ruang makan dan saling bertukar cerita selama kami tidak bertemu.

"Aku punya sesuatu untukmu!" Ujarku sambil memasang wajah antusias pada Meera. Ia memasang wajah penasaran sambil tersipu malu.

Aku mengeluarkan barang-barang dari kantong kertas yang aku bawa. "Ini semua untukmu! Sejak lama aku ingin memberikan ini padamu tapi waktunya selalu tidak tepat..." ujarku dengan senyum tipis sambil mendekatkan barang-barang itu ke hadapan Meera.

Novel, alat-alat menjahit seperti benang wol dan jarum, syal, dan kaos kaki. Empat barang itu berjejer dihadapan Meera yang sedari tadi tercengang akan barang yang aku berikan padanya.

"Novel ini ingin aku berikan sejak aku suka memperhatikanmu, lalu syal ini ingin aku berikan saat aku sedang melihatmu pergi ke kampus tanpa syal padahal cuaca sedang dingin, alat jahit ini ingin aku berikan saat aku tau kau suka menjahit baju rancanganmu sendiri, dan kaos kaki ini ingin aku berikan saat sehabis dari rumahmu karena lantai di lorongmu sangat dingin dan kau tidak menggunakan alas kaki disana.." jelasku padanya dengan senyuman tulus.

Ia tertawa kecil lalu menyatukan barang-barang itu dan membawanya. Aku terus memandang ke arahnya ingin tahu kemana ia akan membawa barang-barang itu. Ternyata ia menaruh barang-barang itu disebuah kotak.

Meera P.O.V

"Terimakasih, maaf membuatmu selalu gagal untuk memberi barang-barang ini!" Ujarku selesai memasukkan barang-barang darinya kesebuah kotak. Ia hanya tersenyum simpul mendengar ucapan dariku.

Aku bangkit dari dudukku lalu mengambil sesuatu laci meja tv kamar hotelku. Setelah mengambil barang itu aku memberikannya pada Zayn. Ia menerima buku itu dengan wajah banyak pertanyaan.

"Buka saja isinya, dan lihat..." ujarku sambil menunjuk-nunjuk buku itu. Ia tersenyum lebar lalu membuka buku itu. Sambil melihat-melihat gambarnya ia kadang tertawa, memasang wajah malu, cemberut, atau sekedar tersenyum.

"Darimana kau mendapatkan foto-foto ini?" Tanya Zayn ketika selesai melihat semua isi buku itu. Aku tertawa lalu mengangkat kedua bahuku.

"Awalnya aku berpikir kalau kau mendapatkannya dari fanbase, atau internet! Tapi foto-foto ini tidak pernah ada di situs seperti itu" ujarnya lagi dengan wajah penasaran.

"Hahaa, sulit untuk mendapatkannya" jawabku singkat sambil tertawa. Ia menggarung tengkuknya yang tak gatal lalu tiba-tiba wajahnya berubah menjadi wajah yang nakal.

"Pasti kau membayar orang untuk mengambil foto-fotoku ini! Kau kan punya segalanya untuk melakukan segalanya" ujar Zayn sambil menunjuk diriku dengan wajah menggoda yang menyebalkan.

Aku memelototinya lalu mencubit lengannya dengan sangat keras. "Aku mengambil semua foto itu dengan kerja kerasku dan dengan tangan ku sendiri!! Aku tidak suka dibilang punya segalanya!!" Bentakku pada Zayn dengan keras.

Ia langsung mengelus-elus lengannya lalu memasang wajah bersalah dan menundukkan kepalanya. "Maafkan aku...baiklah,,aku tidak akan pernah menyebutmu seperti itu lagi" ujarnya dengan wajah memelas.

Aku memasang wajah datar sambil memperhatikannya, sebenarnya aku khawatir dengan lengannya...apa aku mencubitnya terlalu keras? "Hargai aku, selama berbulan-bulan mendapatkan foto-foto itu dan membuat buku itu di kamar mandi kampus sampai aku diusir" jelasku dengan sinis.

Ia mengangkat kepalanya lalu menatapku dalam "maafkan aku...aku..aku sangat menghargaimu, maafkan aku...aku senang mendapat hadiah ini" ujarnya terbata-bata sambil menggenggam tanganku.

Aku tersenyum tipis lalu memeluknya, "iyaa tak apa-apaa...aku mengerti, maaf juga karena sudah mencubit lenganmu dan membentakmu" ujarku sambil memeluknya erat. Ia membalas pelukanku dengan hangat.

"Meera, seminggu lagi aku dan Harry harus pulang untuk mengadakan shooting video clip dan menjalankan beberapa program selama dua minggu..nanti Feera akan menjagamu disini" jelas Zayn sambil memelukku.

"Lalu? Apa kau tidak akan ke Spain lagii?" Tanyaku di dalam dekapannya yang hangat. Ia tertawa lalu menepuk-nepuk punggungku lembut.

"Seusai minggu promosi aku akan kembali kesini dan Feera akan pulang untuk beristirahat...aku dan Feera akan bergantian untuk menemanimu" jelasnya sambil perlahan melepaskan pelukan kami.

"Apa kalian tidak keberatan dengan hal itu? Bagaimana dengan kuliah kalian?" Tanyaku dengan wajah bersalah sambil menatap Zayn.

"Tidak apa-apa, semua sudah kuurus ikuti saja kataku" jawabnya dengan tenang dan dengan senyuman tulusnya.

Hari itu dan hari-hari berikutnya kami habiskan dengan berbagai kegiatan yang seru bersama-sama. Ini seperti liburan.

---------------------------

Gimana cerita soal Meera dan Zaynnya? Kepo gak mereka itu sebenarnya pacaran atau just best friend?

Ikutin cerita ini terus yaaa, dan vote untuk next chapternya <3

Thanks for reading ^^

Have To WaitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang