Ćhapťer 21 : new life

47 3 0
                                    

Meera P.O.V

Sudah 16 hari semenjak Zayn pulang dari Spain bersama Harry. Mereka sedang naik daun akhir-akhir ini. Tapi karena Zayn punya janji untuk kembali kesini, maka hari ini ia akan kembali untuk menemaniku.

Aku sedang berada di bandara sekarang bersama Feera, aku akan menjemput Zayn lalu mengantar Feera pulang. "Hey..kau tahu? Aku akan tinggal disini.." ujarku pada Feera yang sedari tadi mendengarkan lagu lewat headphonesnya.

"Aku akan berkuliah disini, orangtuaku sudah membelikanku rumah disini dan ada seorang pelayan yang akan dikirim ke sini" ujarku lagi. Feera masih terdiam, kupikir ia tidak mendengarku.

"Maafkan aku, mungkin aku akan pulang dua bulan sekali...tapi jika tak sibuk, tak usah perlu kesini jika kau merindukanku, skype saja" lanjutku lagi,,aku tak peduli dia mendengarkan atau tidak.

"Aku berterimakasih untuk semuanya selama ini, aku minta maaf sekali lagi karena tak bisa terus bersamamu...maaf" ujarku sambil mulai menangis. Ia tetap memandang ke ponselnya sambil terus mendengarkan musik.

Tiba-tiba seseorang memanggil namaku dari kejauhan. Aku menghapus air mataku lalu berlari ke arah pria itu. Aku tersenyum lebar kepadanya.

"Ayo kita ketempat tadi kau duduk, ada yang mau aku bicarakan" ujar Zayn sambil menggandengku ke tempat Feera sedang duduk. Melihat ada Zayn, ia tersenyum pada Zayn, dan Zayn membalas senyumnya.

"Orang tuamu sudah ceritakan semuanya tentang kau akan tinggal disini, dan aku juga akan tinggal disini" ujar Zayn sambil tersenyum lebar. Aku tercengang mendengar pertanyaannya.

"Benarkah? Lalu bagaimana dengan pekerjaanmu? Ini akan berat jika kau berbeda negara dengan yang lain" ujarku lagi pada Zayn sambil memasang wajah khawatir.

Zayn tertawa pelan lalu menatapku dalam. "Tenang sajaa..aku tetap bersama mereka, jika perlu apa-apa aku tinggal pergi kesana" ujarnya santai. Aku sangat senang dengan keputusannya.

Tiba-tiba Feera bangkit dari duduknya lalu melepas headphonenya dan tersenyum lebar padaku. "Kau sudah mau ke pesawat?" Tanyaku dan ia mengangguk.

Aku segera bangkit dari duduknya dan memeluknya erat. Aku menitikkan air mata saat memeluknya. Mungkin ini pelukan terakhir kami, aku tak tahu apa aku benar-benar bisa pulang.

"Terimakasih telah menemaniku disini, kuharap kita bisa bersenang-senang kembali" ujarku lalu kulepaskan pelukan kami. Ia lalu tersenyum lebar dan memberikan sebuah kotak kecil padaku.

"Bukalah saat kau sampai di hotel, sampai jumpaa..." ujarnya lalu berlalu meninggalkanku membawa koper besarnya.

Ini benar-benar menyakitkan, aku langsung saja membuka kotak kecil itu lalu kutemukan kalung manik-manik di dalamnya. Aku juga menemukan kertas berisi tulisan.

Dear Meera, ini hari ulang tahunmu kan? Maaf hanya bisa memberimu kado ini..aku tidak bisa pergi ke mall karena dilarang ibuku, maaf jika aku terlambat memberinya...

With love, Feera

Ini adalah surat dari Feera diulang tahunku sekitar empat tahun yang lalu. Aku sangat terharu lalu menyimpan kembali kalung itu lalu kembali ke hotel bersama Zayn.

Feera P.O.V

Aku sedang berada di pesawat sekarang. Aku sedang menangis karena kata-kata yang diucapkan Meera tadi di bandara. Sebenarnya aku mendengar apa yang ia katakan, tapi aku hanya pura-pura tak mendengar agar kita tak terlihat seperti anak cengeng yang hilang di bandara.

Semakin aku mengingat masa-masa saat kita bersama tangisku semakin meledak. Aku terus menangis tanpa memedulikan sampingku yang sedari tadi menatapku bingung.

Setelah pesawat mendarat, aku turun dan segera mengambil koperku yang disimpan di bagasi pesawat. Aku berdiri di pintu keluar dan melihat ke sekitarku dan mencari wajah Mommy atau Daddyku.

Tiba-tiba seorang pria bertopi dan memakai masker menarikku dan mengajakku berlari ke dalam mobil lalu kami berdua masuk ke dalam mobil. Ia melepas alat penyamarannya dan tertawa.

"Persis seperti apa yang kau lakukan padaku beberapa waktu lalu" ujarnya sangat senang. Aku ikut tertawa. Selama perjalanan kami saling bercerita satu sama lain saat kami tidak bertemu.

"Kau mau ikut aku menonton film?" Tanya Harry semangat. Aku mengangguk sambil tersenyum lalu ia langsung memasang wajah senang lalu menyuruh supirnya menuju bioskop.

Sampai di bioskop kami membeli tiket dan masuk ke studio untuk segera menonton. Filmnya sangat bagus, dan ini berjenis action sehingga aku makin menyukainya.

Ditengah-tengah film Harry mencolekku lalu aku menolehkan kepalaku ke arahnya. "Asik kan kalau kita seperti ini?" Tanya Harry. Aku mengangguk senang lalu ia mengelus-elus kepalaku lalu kami lanjut menonton

-----------------------------

Sorry yaa chapter yang ini gak sepanjang biasanya...

Penasaran gak apa maksud Harry nanya kayak gitu ke Feera? Kalo kepo ikutin terus yaa ceritanya..

Jangan lupa baca next chapternya yaa <3

Thanks for reading ^^

Have To WaitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang