Anna P.O.V
Hari ini aku sangat bosan. Tak ada yang kulakukan dirumah. Kakakku, Katy. Hari ini dia pergi untuk menjemput orangtuaku di bandara. Niall, ia sedang sibuk melakukan performance di beberapa acara.
Ini pertama kalinya aku merasa bosan berada di rumah sendirian. Biasanya jika aku sendirian, aku akan membaca buku atau menulis puisi.
"tok tok tok" aku mendengar suara pintu diketuk. Apa secepat itu kah orangtuaku sampai disini. Aku segera berlari ke pintu dan membukakan pintu untuk tamu yang tak kutahu siapa.
"Siang...tak masalah kan aku kesini?" Ujar seseorang yang berdiri di hadapanku saat ini. Aku tersenyum dan mengangguk lalu mempersilahkan tamuku itu untuk masuk.
"Ada apa kesini? Bukankah harusnya kau pergi kuliah?" Tanyaku pada Janie yang sekarang sedang duduk dirumah tamuku. Ia tersenyum lebar lalu menggeleng.
"Aku benar-benar tak tau harus kemana, aku harus menjauh dari Angie...dan aku tidak bisa ke kampus, nanti aku bisa ketemu dia disana" jelasnya sambil menghembuskan nafasnya dalam-dalam.
"Memangnya apa yang terjadi diantaramu dan Angie? Lalu kenapa tidak pergi bersama Cheeqa saja?" Tanyaku pada Janie sambil berjalan menuju dapur untuk membuatkan Janie minum.
"Tak ada apa-apa...aku hanya butuh waktu untuk menyesuaikan diri tinggal disana, Cheeqa pergi kuliah dan aku tak mungkin ikut ke kampus" jawab Janie sambil menyusulku ke dapur.
"Apa kau memiliki gitar? Bolehkah aku meminjamnya?" Tanya Janie sambil memegang tanganku yang sedang mengaduk teh.
"Gitar? Ahh..ada, aku menyimpannya di bawah tangga, kau bisa mengambilnya disana" jawabku lembut sambil membawa secangkir teh itu menuju ruang tengah dan menaruhnya disana.
Tak lama, Janie kembali membawa gitarku ditangannya. Ia tersenyum lebar padaku lalu duduk di sampingku. Perlahan ia melakukan pemanasan dengan memetik beberapa senar.
"Tolong laguku ini kau rekam dan berikan pada Niall jika ia bertemu denganmu" ujar Janie sambil tersenyum. Aku mengangguk lalu mengambil ponselku dan bersiap untuk merekam lagu yang akan dinyanyikan Janie.
Janie P.O.V
Aku mulai menyanyikan sebuah lagu. Anna mendengarkan laguku dengan baik sambil tetap merekam suaraku di ponselnya. Setelah lagu selesai, Anna berhenti merekam lalu bertepuk tangan untukku.
"Minumlah tehnya, jika tidak diminum sekarang..tehnya akan menjadi dingin" ujar Anna sambil menunjuk secangkir teh yang ia buatkan untukku. Aku mengangguk lalu menaruh gitar milik Anna kemudian mengangkat cangkir teh itu.
"Janie, bolehkah aku bertanya sesuatu?" Tanya Anna saat aku sedang asyik menyeruput teh hangatku. Mendengar itu aku segera meletakkan kembali cangkir itu lalu mengangguk kepada Anna.
"Apa...apaa..apa kau akan..melu..melupakan...Niall?" Tanya Anna dengan grogi sambil menatap dalam mataku. Aku tersenyum lebar ke arahnya lalu kami berada di suasana sunyi selama beberapa saat.
"Yap, aku akan melupakannya...segera! Berapa hari lagi menuju operasimu?" Jawabku sambil menghembuskan nafasku lalu bertanya balik kepada Anna.
"Hmm, operasiku akan dijalankan sebelas hari lagi dari hari ini" jawab Anna sambil tersenyum lebar. Aku menundukkan kepalaku untuk menyembunyikan wajahku dari tatapan Anna.
Beberapa saat kemudian, aku mengangkat kepalaku lalu kembali menatapnya. "Baiklah, aku akan melupakan Niall dalam waktu sepuluh hari dari sekarang" ujarku sambil tersenyum tipis ke arah Anna.
"Mengapa harus sepuluh hari? Apa kau tak bisa mengatakan pada Niall kalau kau mencintainya? Itu akan lebih baik....karena belum tentu aku akan selamat dari operasiku" jelas Anna dengan matanya yang berkaca-kaca. Aku kemudian menggeser posisi dudukku menjadi lebih dekat dengan Anna.
"Ini akan lebih baik untukmu..jika memang operasinya gagal, maka kita akan bersama-sama menghilang dari dunia ini" ujarku sambil menepuk-nepuk pundak Anna dengan lembut. Ia mengerutkan dahinya karena tidak mengerti apa yang dimaksud olehku. Tapi karena aku hanya terdiam maka ia hanya tersenyum simpul.
"Hmm, lalu apa yang akan kita lakukan sekarang? Kau sedang bosan kan?" Tanyaku pada Anna untuk memecah keheningan. Anna menoleh ke arahku lalu menggelengkan kepalanya lalu tersenyum.
"Ahh, bagaimana jika kita karaoke? Kita bisa melakukannya di tv mu, lihatlah..kau mempunyai alatnya" ujarku sambil menunjuk-nunjuk ke arah alat karaoke yang berada di bawah televisi di ruang tengah. Anna tersenyum lebar lalu menangguk.
"Baiklah, akan kupersiapkan..." ujar Anna sambil mendekati peralatan karaokenya lalu mulai mengutak-atik alat tersebut.
----------------------------------------
Niall P.O.VAku berlari kecil sambil memakai jaket hitam, kacamata hitam, dan masker hitam. Setelah beberapa saat berlari, aku pun sampai di depan sebuah rumah yang memiliki halaman yang indah.
Aku berjalan melalui halaman sang pemilik rumah lalu mulai mendekati pintu dan bersiap untuk masuk ke dalam rumah. Kali ini, aku harus mengagetkan sang pemilik rumah.
Pertama, aku memastikan terlebih dahulu apakah pintu ini terkunci atau sudah terbuka. Tapi ketika aku memastikannya, ternyata pintu ini tidak terkunci. Perlahan ku raih gagang pintu rumah itu lalu perlahan aku membuka pintu rumah itu.
Kudengar seperti suara dua orang gadis sedang bercengkrama di ruang tengah. Aku menutup pintu rumah itu dari dalam lalu perlahan memasuki rumah ke arah ruang tengah. Sampai di depan ruang tengah, aku langsung meloncat kedalam sambil memasang wajah gembira.
"ANNAA! AKU DATANG!!" ujarku dengan nada tinggi sambil tersenyum lebar. Kulihat ia balik tersenyum padaku. Ia sepertinya sedang sibuk dengan alat dibawah televisinya. Apa itu alat karaoke?
"Anna..sepertinya aku harus pulang, tiba-tiba Ayahku mengirim pesan" ujar seorang gadis yang asal suaranya dari sofa ruang tengah. Akupun menoleh ke arah gadis itu dan melihat siapa disana. Ternyata Janie.
"Benarkah? Apa yang terjadi?" Tanya Anna yang langsung bangkit dari duduknya lalu mendekati Janie yang sedang sibuk membereskan barang-barangnya.
"Ahh, yaa..lain kali jika aku merasa tidak baik aku berjanji untuk datang kerumahmu" ujar Janie sambil mencubit pipi Anna. Setelah berpamitan, Janie pun meninggalkan rumah Anna.
Sekarang, tinggal aku dan Anna di dalam rumah. Kami terbawa suasana sunyi yang sama sekali tidak nyaman ini. "Hmm, apa yang dilakukan Janie disini?" Tanyaku untuk memecah keheningan.
"Dia ada perlu, oya..dia menitipkan rekaman lagu padaku, ini lagu yang dibuatnya dan rekaman ini ia buat untuk diberi padamu" jelas Anna sambil mengambil ponselnya lalu menyetel sebuah rekaman.
Kudengar suara sang penyanyi di rekaman itu. Ia bernyanyi dengan sangat merdu dan diiringi gitar yang suaranya sangat pas dengan suara sang penyanyi. Aku tersenyum lebar setelah mendengar rekaman itu.
"Hmm, apa saja yang ia katakan padamu saat disini?" Tanyaku pada Anna setelah kami berdua selesai mendengarkan rekaman itu.
"Ahh, tadi Anna berkata bahwa jika operasiku gagal...aku dan dirinya akan bersama-sama meninggalkan dunia, apa maksudnya?" Tanya Anna sambil memasang wajah penuh pertanyaan. Aku tercengang mendengar itu dari mulut Anna.
Aku segera menggeser posisi dudukku ke samping Anna lalu merangkulnya. "Dia hanya ingin menghiburmu..tenang saja, semuanya akan berjalan lancar" jelasku sambil mencubit pipi Anna lembut. Ia tersenyum manis lalu pipinya mulai memerah.
"Oiya..ada yang ingin kutanyakan! Apa kau tahu siapa gadis yang sangat baik hati yang mau memberikan jantung sehatnya padaku?" Tanya Anna dengan wajah serius. Aku dengan cepat merubah wajahku yang santai menjadi ikut serius.
"Hmm..aku belum tau, mungkin orang itu memang ingin identitasnya dirahasiakan" ujarku sambil menepuk-nepuk pundak Anna dengan lembut. Ia mengangguk sambil tersenyum tipis.
"Andai saja...aku bisa berbicara lima menit saja dengan gadis itu sebelum aku menjalankan operasi.." ujar Anna dengan nada yang sedih.
----------------------------------
Kenapa yaaa sii Niall nyembunyiin identitas sii Janie? Kenapa Niall gamau Anna tau soal itu?
Terus kenapa Janie gamau ngungkapin cintanya ke Niall yaa?
Ikutin terus yaa ceritanya<3
Thanks for reading^^