7

37 6 0
                                    


Vanya sangat gelisah diatas motor sekarang. Dia takut telat tiba di GOR yang menjadi tempatnya menimbang berat badan untuk bertanding 2 hari lagi. Vanya baru saja menyelesaikan foto studio bersama teman-teman kelasnya, dia juga rela pulang duluan karena takut Dita, Londra, dan tentu saja Madeva pulang duluan.

Vanya melihat mukanya dari kamera hp nya. "Aduh menor banget," Vanya bermonolog.

Vanya merasa tidak pantas jika dalam suasana taekwondo dia malah make up tebal seperti itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vanya merasa tidak pantas jika dalam suasana taekwondo dia malah make up tebal seperti itu.

Saat tiba dilapangan dia hanya bisa mengikuti Fany terlebih dahulu, karena takut Fany curiga jika Vanya langsung pergi meninggalkan Fany untuk mencari Madeva.

"Kita kemana Ma?"

"Ke kantin dulu, salim sama sabeum"

"Aku ke toilet dulu, muka aku menor banget," Vanya pun berbelok ke arah toilet.

Selesai membasuh mukanya dan merasa make up dimukanya sudah tidak terlalu terlihat jelas, Vanya menyusul Fany ke kantin.

Di kantin Vanya mengetikan pesan untuk teman-temannya.

Di kantin Vanya mengetikan pesan untuk teman-temannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Huh, syukurlah," Vanya membatin. Dia sangat tidak betah disini, hanya ada Fany, satu orangtua temannya, dan banyak Sabeum, kantin adalah tempat perkumpulan para sabeum membicarakan berita taekwondo terbaru, berita jalanan, dan lain lain. Hawanya sungguh tidak enak.

Tak lama kemudian dua sahabat cantiknya itu datang. "VANYAAA," teriak Dita. Mereka berlari menghampiri Vanya yang sedang duduk disalah satu meja kantin.

Vanya berdiri menyambut mereka. "Gua kira gua yang telat"

"Sabeum lama coi, kita nungguin dia dulu tadi," jawab Londra.

"Oalah. Yaudah ayo ke Sabeum dulu, salim"

"Ke sabeum apa ke Madeva?" tanya Dita iseng.

"Sttt," Vanya menempelkan jari telunjungnya ke mulut Dita.

"Udah ayo ah," Vanya menarik kedua lengan sahabatnya itu.

"Kemana Kak?" tanya Fany saat menyadari Vanya ingin pergi.

Pertama dan NormaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang