18

25 9 0
                                    

"Lia, kamu dimana?"

"Di rumah lagi belajar, kenapa?" Vanya menutup buku belajarnya untuk fokus ke Madeva.

"Kamu siap-siap, aku jemput"

"Hah? Astaghfirullah mau kemana?"

"Ke rumah. Udah siap-siap aja sana. 20 menit lagi aku sampe, love you," telfon dimatikan sepihak

"Anjir! Kebiasaan banget si Madev ini," Vanya merapihkan meja belajarnya dan berjalan menuju kamar mandi.

10 menit berkutat dengan sabun, sampo, air, dan tubuhnya yang sudah kembali segar dan wangi, Vanya melilitkan handuk ke tubuh nya. Sekarang dia sedang berdiri didepan lemari kayu nya, menatap isi lemari yang berisi baju-baju Vanya berwarna gelap tersebut. "Baju apa ya? Si Madeva ga ngasih tau purpose kita kemana lagi, aduh pusing," Vanya mengacak-acak rambut nya yang masih basah itu.

10 menit kemudian dia masih berkutat dengan pilihan baju yang tak kunjung di pilih. "Kak... Ini Madeva ke rumah," Fany dari lantai 1 meneriaki anaknya yang sedang di kamar itu. "AAAA IYA IYA MAAA, BENTAR LAGI PAKE BAJU." Vanya langsung mengambil baju asal.

"Tunggu dulu ya, duduk aja dulu, Vanya masih pake baju," Fany mempersilahkan Madeva duduk dikursi kayu teras rumah.

"Iya Tante gapapa," Madeva duduk dikursi tersebut. Fany menyusul dari dalam. "Mau kemana emang?"

"Bunda kangen sama dia Tan, kan besok aku sama keluarga bakal balik ke Medan buat natal." Fany mengangguk, "ceritanya mau kumpul keluarga gitu?"

"Iya kurang lebih gitu si Tan. Pinjem Vanya dulu ya Tan? Nanti malem saya anterin pulang"

Fany mengangguk. "Anak Tante sebenernya ga boleh ikut natalan Madeva, dia juga tau. Nanti kalo dia ga ngucapin selamat natal tolong maklumi ya"

Madeva mengangguk. "Gapapa kok Tante, saya paham"

Vanya keluar dengan mengenakan celana bahan hitam, baju rajut berwarna hitam, dan outer hijau tosca, hijab pasmina hitam, dengan aksesoris tas slempang berwarna hitam dan kalung emas bulan sabit di dada nya.

Madeva menatap dengan manis kekasihnya itu. "Ya Tuhan, cantik banget," kini batinnya berteriak tak karuan memuji Vanya.

"Madev! Kita mau kemana sih?!" Vanya memukul bahu Madeva, membuat Madeva tersadar. "Awww sakit," Madeva mengusap-usap bahu nya. "Ke rumah, Bunda kangen"

"HAH? KE RUMAH KAMU? EH AKU SALAH BAJU GA?"

"Berisik nih si Kakak, udah jalan sana Dev." Madeva mengangguk dan menyalami Fany. "Pergi dulu Tan."

Vanya memblalakan matanya, dia benar-benar sudah tergantikan posisinya dengan Madeva Niel ini. Kurang ajar!

Madeva sudah duduk di atas motornya. "Ikut ga?"

Vanya mendengus, dia memakai sepatu kets berwarna putih dan menyalami Mama nya. "Jaga sopan santun Kak, inget agama." Vanya mengangguk dan berjalan kearah motor menaiki motor hitam Madeva.

Madeva melajukan motor ke apartement nya.

"Kok diem aja Li?" suara itu memasuki helm yang dipakai Vanya dengan intercom. Vanya masih diam tidak menjawab.

"Li astaga, kenapa?"

"Kamu ngeselin tau ga? Sebelum jalan tuh kasih tau mau kemana," Vanya melipat tangan di depan dada. Madeva tertawa melihat tingkah Vanya dari spion.

"Kalo dikasih tau takut kamu ga mau"

Vanya mendengus. "Kita mau ngapain di rumah kamu?"

"2 hari lagi natal Li, jadi besok aku udah terbang ke Medan, Bunda mau ketemu kamu dulu"

Pertama dan NormaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang