25

16 6 0
                                    

Tak terasa, besok sudah menjadi hari keberangkatan Gasuku. Malam ini rencananya para senior akan mengadakan rapat membahas mengenai keperluan dan timeline besok.

 Malam ini rencananya para senior akan mengadakan rapat membahas mengenai keperluan dan timeline besok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vanya langsung menuju ke tempat latihan biasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vanya langsung menuju ke tempat latihan biasa. Setibanya disana, sudah ramai para mentor saling bercerita dan tertawa, dia melihat kedua sahabatnya duduk diam di sofa sambil memegang hp. Vanya menghampiri sahabatnya itu. "Hai bray," Vanya duduk diantara Dita dan Londra. Dita dan Londra menaruh ponselnya. "Telat," sambut Dita. Vanya tertawa.

Vanya mengeluarkan sebuah plastik dari tas nya. "Gimana ya bang, gua baru aja nerima nih polaroid, malah putus"

"Hadeh, mana banyak banget." Londra dan Dita memperhatikan plastik yang berisi 50 polaroid berisi foto Madeva, Madeva dan Vanya, dan foto Vanya yang diambil diam-diam oleh Madeva.

"Gua kasih ke Madeva ga kata lu berdua?" Vanya menatap kedua sahabatnya.

"Seterah si," jawab Londra.

"Gua kasih aja deh ya beberapa? Gua dah janji, nanti deh gua pilihin." Vanya memasukan polaroid nya kembali.

"Oke, udah dateng semua ya?" tanya seorang laki-laki jangkuk dengan rahang tegas berusia 20an, dia berdiri ditengah ruangan yang tidak terlalu besar itu, membuat semua atensi teralih.

"Tinggal Madeva, Naurel, dan Jefran aja Kak," jawab seorang gadis.

"Gimana tuh kabarnya?"

"Gimana Van?" Dita menyenggol lengan Vanya, semua orang menatap Vanya menunggu jawaban.

"Ga tau..." jawab Vanya.

"Ya udah kita mulai aja ya. Semua bisa ikut duduk melingkar disamping saya," laki-laki itu duduk.

Vanya, Dita, Londra, dan mentor lainnya menurut. "Siapa dia Dit?" bisik Vanya.

"Kak Angin." Vanya mengangguk, nama yang lucu.

"Oke, buat keperluan besok tolong satu orang buat ngelist"

"Gue aja," jawab perempuan yang beberapa tahun lebih tua dari Vanya.

"Madeva kemane?" tanya Londra.

"Mana gua tau," Vanya menoleh ke kiri.

"Pengecut tu orang, bukan nya dateng trus minta maaf," oceh Dita yang ada di sebelah kanan Vanya.

"Udah anying. Gua pusing." Sejenak dua orang itu diam. Namun namanya manusia, baru saja diam sebentar, sudah mengoceh lagi. "Eh tapi dia beneran ga minta maaf?"

Vanya pura-pura menghadap depan memperhatikan Kak Angin yang sedang menyebutkan keperluan mentor besok.

"Minta maaf setelah gua minta maaf"

"Ih goblok lu! Kok jadi lu yang minta maaf?"

"Ga tenang hati gua Lon"

"Ih tapi ga gitu anying"

"Aduh terus gimana woi?"

"Ah capek gua Dit sama orang bucin. Rules number one-"

"No bucin," sambung Dita.

Vanya mendengus, memang hidup nya sudah serba salah selama dia bersama Madeva.

"Inget, restu sahabat penting Van," celetuk Dita.

Vanya menatap Dita. "Iya Dit, paham gua"

Sejenak mereka diam, hingga Dita mengajak selfie diam-diam.

Mereka saling tertawa.

"Sttt jangan kenceng-kenceng," peringat Vanya.

Tanpa mereka sadari, Kak Angin sudah duduk kembali, duduk di samping Londra.

"Siapa nama kamu?" Mereka bertiga terdiam dan menoleh kearah Kak Angin.

"Aku?" tanya Vanya, karena Kak Angin menatapnya. Kak Angin tersenyum dan mengangguk.

"Aulia Livanya, biasa dipanggil Vanya. Salam kenal Kak," Vanya tersenyum.

"Salam kenal, aku Angin," Vanya mengangguk. "Ramah," batin Vanya.

Setelah beberapa perbincangan lagi, akhirnya mereka diizinkan pulang. Vanya dan Fany masih harus mencari roti seperti yang ada dalam list keperluan.


🍁🍁🍁


Naurel feeling kalau Jefran dan Madeva sedang ada di PT. Sinar Karya. Dia pergi menuju kesana, dan benar saja, Jefran dan Madeva sedang duduk di motor masing-masing menyaksikan pertunjukan balapan liar ditengah malam yang dingin ini.

Naurel berjalan menghampiri mereka. "Parah sih ga info"

Jefran dan Madeva menoleh. "Ya kita aja inisiatif masing-masing, ketemu disini ga sengaja." Jawab Jefran.

"Lo ngapa ga rapat Jef?"

"Gua dah bilang mager ye curut"

"Lu Dev?"

"Ga tau, males aja"

"Galau itu latihan-"

"Bukannya bolos," sambung Madeva. Mereka bertiga terkekeh.

"Udah pada prepare buat besok?" tanya Naurel.

"Sans lah, bokap nyokap gua ikut besok"

"Siap deh bokap Jefran yang paling bos." Jefran menampol pelan lengan Naurel.

"Gua sih udah, lagi diberesin Yeri dirumah, biarin aja sebagai penebus dosanya"

"Harusnya nebus ke Vanya dong"

Madeva menatap Naurel. "Kata gua dengan cara itu aja dia dah nebus secara ga langsung." Naurel mengerutkan dahi nya. "Ya kalo ga gitu gua ga dateng dan ga bisa ketemu Vanya dong"

Naurel mendengus. "Serah lo." Madeva terkekeh.

"Jam 12 dah harus pada balik lu semua. Jam 7 dah harus di tempat nih kita"

"Iya Rel"

Mereka masih asik menyaksikan balapan hingga pukul 12.00, setelahnya mereka pulang untuk mengisi tenaga besok hari.

"Sampai ketemu besok Lia," monolog Madeva ditengah angin yang berhembus.

Sesampainya di rumah, Madeva langsung membongkar lemari dan mengambil berbagai baju, warna merah, hoodie hitam, jaket denim, dll. Dia mengecek kembali barang-barangnya, takut ada yang tertinggal. Saat sudah merasa semua nya aman, Madeva pergi ke kasur dan memejamkan matanya, sebelum tidur dia sempat membayangkan 2 hari penuh dengan orang yang dia cintai. "Aku mau besok bahagia bareng kamu, seenggaknya terakhir kali," ucap Madeva lirih.


JANGAN LUPA VOTE YA PLIS PARA READERS KUUU

Pertama dan NormaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang