Malam kali ini bersih tanpa bintang tanpa awan. Langit mengukung Vanya dalam malam yang sepi dalam kamarnya, sendiri dan menangis hingga tengah malam.
Sudah setengah jam sejak chat tersebut dikirim dan hanya dibaca saja oleh Madeva. Otak Vanya makin pusing sekarang. Vanya melempar hp nya ke atas nakas dan berniat tidur, berusaha melupakan semua. Hingga sebuah pesan masuk membuat hp Vanya bergetar pelan.
Vanya membaca pesan masuk tersebut dan meletakkan kembali hp nya di atas nakas tanpa menjawab. Vanya menarik selimut dan memejamkan matanya. "Ga. Ga boleh nyesel. Sekarang lu capek, ayo tidur. See you tomorrow Madev." Vanya mulai pergi ke alam mimpi.
Madeva benar-benar tidak berniat tidur malam ini. Dia duduk di sebuah warkop 24 jam dan meminum segelas kopi hangat sambil memainkan hp nya. Kini hanya ada dirinya dan satu laki-laki muda pemilik warkop disini. Mata nya sembab sehabis menangis tadi. Pertama kali seumur hidupnya, dia menangisi perempuan selain Bunda-nya.
"2 bulan emang singkat Li, tapi kisah kita ga bisa dibilang sedikit. Aku tau abis ini bakal ada banyak kisah baru, walau aku dan kamu bukan lagi kita. Aku masih sayang sama kamu," Madeva berucap lirih dan menundukkan kepalanya.
Madeva meletakkan kepalanya diatas meja bertumpukkan kedua tangannya. Angin malam berhembus menembus kaos hitam tipis yang dia gunakan.
Beberapa menit menunggu, terdengar 2 suara motor berhenti di depan warkop tersebut. Naurel duduk dihadapan Madeva. Jefran menepuk punggung Madeva. Madeva mengangkat kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pertama dan Norma
Romance"Dev, ayo temenin aku sholat" - Aulia Livanya "Tapi kan aku ga sholat Li" - Madeva Niel Ini tentang kisah dimana sebuah tatap yang akan menjadi prolog dari permulaan kisah seorang gadis bernama Livanya mengenal cinta pertamanya. Kisah pertama yang h...