"Dev, ayo temenin aku sholat" - Aulia Livanya
"Tapi kan aku ga sholat Li" - Madeva Niel
Ini tentang kisah dimana sebuah tatap yang akan menjadi prolog dari permulaan kisah seorang gadis bernama Livanya mengenal cinta pertamanya. Kisah pertama yang h...
Pertandingan hari kedua sudah dimulai sejak 5 menit yang lalu. Hari ini peserta yang hadir lebih banyak dibanding kemarin, suara gaduh tendangan, teriakan, dan suara semangat penonton menggema menjadi satu. Peserta hari ini didominasi anak SD dan sederajat. Hari ini Vanya bertugas menjadi coach untuk clubnya. Dia sudah memakai pakaian yang digunakan untuk coach yaitu celana jeans, jersey DKI berlengan panjang dengan nama punggung "Livanya", dan sepatu sneakers berwarna putih.
Vanya memperhatikan sekitar, mencari keberadaan Madeva. Club Madeva sekarang duduk disamping club Vanya, ditrribun kuning. Nihil, Madeva tetap tidak ada. Hanya ada anak kecil dan peserta remaja sedang asik masing-masing ditribun.
"Kemana sih anak satu itu?"
Vanya melihat Dita dan Londra juga baru datang menggunakan celana jeans dan sneakers.
Vanya menatap layar hp nya kesal. Sudah 10 menit chat tersebut tidak dijawab. Bukannya kemarin dia berjanji untuk datang lagi dihari kedua?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Madeva baru saja terbangun dari tidurnya hingga suara telfon membuatnya terduduk.
"Kenapa Li?" suaranya seperti baru bangun tidur.
"Lu dimana?"
"Masih di apart. Baru bangun aku Li, ngantuk banget semalem abis begadang nonton bola. Hoam," disebrang sana Madeva menguap.
"Astaghfirullah Madev. Ini udah jam berapa? Mandi sana buruan!"
Suara teriakan di telinga Madeva mampu menyadarkan Madeva dari kantuknya.
"Astaga iya Li, ni aku udah bawa handuk mau mandi. Nanti ngebut deh, janji"
"Nyenyenye. Ya," Vanya mematikan telfonnya.
Madeva ketar-ketir setelah mendapat ocehan dari Vanya. Dia segera berjalan ke kamar mandi.
Madeva melihat sekeliling. "Haha, see? Anaknya minta bangunin aja ga ada yang bangunin, sibuk sendiri semua."
Madeva mandi dengan cepat, menyiapkan totebag nya dan segera berjalan ke parkiran.
Vanya sekarang sedang sibuk membantu orang tua yang anaknya akan segera bertanding dipartai pagi. Pagi ini Vanya, Tias, dan Aurel harus membawa 10 anak sekaligus ke ruang tunggu. Vanya sudah malas membayangkan ruang tunggu pemula yang penuh sesak.
15 menit berlalu. Vanya sudah menggandeng dua anak berusia 6 dan 7 tahun. Tias dan Aurel juga sedang menggiring anak-anak yang lain. Para senior harus siap naik turun tangga hari ini.
Mereka tiba diruang tunggu, peserta diminta duduk mengikuti barisan yang sejujurnya ini sangat panjang. Tias, Vanya, dan Aurel menunggu dibelakang barisan.
"ID Card peserta mana rel?" tanya Tias kepada Aurel.
"Eh bukan nya sama lu Ti?"
Tias mengerutkan keningnya. "Gua ga megang satu pun."