23

17 6 0
                                    

Vanya membuka pintu cafe bernuansa vintage dengan hiasan tanaman. Vanya menaiki tangga menuju lantai 2, mencari sosok yang mengirimkannya pesan. 1 menit setelah Vanya masuk, teman-temannya ikut masuk, mereka sengaja menjaga jarak untuk mencegah kecurigaan.

"Chat Madeva sekarang Dit," ucap Londra saat mereka memasuki cafe.

Vanya melihat Yeri sedang duduk dengan es coklat didepannya, dia sedang asik bermain hp

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vanya melihat Yeri sedang duduk dengan es coklat didepannya, dia sedang asik bermain hp. Tanpa permisi Vanya duduk di depan Yeri, perhatian Yeri teralihkan, dia mematikan hp nya dan meletakkannya di atas meja. Dita dan Londra ikut duduk di meja belakang Vanya.

"Kenapa?" tanya Vanya tanpa basa-basi.

"Lo sama Deva kenapa?" bukannya menjawab, Yeri justru balik bertanya.

"Putus. Itu kan yang lo mau?"

Yeri tampak kaget, mulutnya terbuka sedikit. "Sejak kapan?"

"Kemarin"

Yeri menggigit bibir bawahnya, tampaknya ia bingung harus bagaimana. "Deva nangis"

"Iya, terus?" jawab Vanya cepat, Vanya memainkan kunci motornya, dia tampak sangat tidak peduli sekarang.

"Pasti karena lo kan?"

Vanya tertawa pelan. "Hah? Ya karena dia sendiri lah. Adek lo ngatain gua btw"

Yeri menatap Vanya. "Ngatain apa?"

"Murahan"

Yeri tertawa. "Oh ya, terus?"

"Gila lo ya? Lo pikir dia bener gitu?"

"Ya adek gua ga mungkin asal nuduh"

"Oke, tapi pantes ga cowo ngucap kaya gitu? Itu mulut adek lo lama-lama makin ember kaya lo. Terus juga kenapa lo yakin adek lo ga asal nuduh?"

Yeri terdiam.

"Jawab!"

"Ya karena gua tau dia"

"Setau apa? Lo kan jarang dirumah," Vanya menaikkan satu alisnya.

"Lo ga usah ikut campur deh! Intinya gua tau lu salah"

Vanya tertawa. "Fu*k? Bahkan sebelum ini lo ga nanya ke gua gimana alurnya"

"Gua udah tau dari Madeva"

"Lo tau apa?" Vanya meletakkan kunci motornya diatas meja dengan kasar.

"Gua tau dia berantem karena lo. Jelaskan lo salah?"

Vanya geleng-geleng. "Dengan sepenggal cerita lo udah bisa nyimpulin semua? Lo ga tau detail alasan gua putus sama dia Kak!"

Yeri diam beberapa saat. "Gua kekeh kalo lo yang salah. Minta maaf sana sama Madeva, dia cowo, dia bakal gengsi dan terus kekeh sama pendiriannya, ayo lah lu sebagai cewe harus bisa ngalah"

Vanya mendengus. "Gua ga salah! Paham?"

Yeri berdiri dari kursinya, mukanya sudah merah padam menahan amarah, tangan Vanya juga sudah mengepal sempurna.

"Gua bilang, lo minta maaf sama Adek gua!" Yeri berteriak cukup keras, membuat beberapa orang dalam ruangan itu menengok ke arah mereka.

"Stop!" suara bass terdengar, mengalihkan perhatian kedua perempuan yang sedang debat itu. Madeva berlari menuju meja Vanya dan Yeri.

"Pulang Kak!" Madeva mengusir Yeri. "Udah cukup"

"Gua ga mau pulang, sebelum dia minta maaf sama lo, paham?"

"Gua mau pulang, ayo cepetan," Madeva menarik lengan baju Yeri.

Yeri mendengus kesal. "Ck ah. Intinya lo harus minta maaf sama Deva. Dan oke, gua minta maaf atas nama Madeva, gua tau dia juga salah"

Vanya mengangkat bahu nya. Madeva menarik lengan Yeri untuk keluar dari cafe itu.

Vanya mendengus. Dita dan Londra pindah tempat duduk ke depan Vanya.

"Kurang ajar ye Kakaknye, udah gede bukannya mikir siape yang salah," Londra mengoceh.

"Otaknya ilang anjir"

"Udah lah biarin"

"Tapi lu bakal minta maaf Van?" tanya Londra.

"Woi jangan lah!"

Vanya bangkit berdiri, "Liat nanti. Ayo pulang, gua capek mau nendang samsak dirumah," Vanya berjalan menuruni tangga, meninggalkan kedua sahabat yang masih kesal dengan Yeri si Nenek Lampir.


🍁🍁🍁


Madeva membawa Yeri pulang.

"Lo ga marah sama gua Dev?" tanya Yeri selama perjalanan.

Madeva menjawab melalui intercom, "Ngapain? Gua tau lu belain gua, walau lu salah Kak"

"Sorry"

"Kak," yang dipanggil diam menunggu ucapan selannjutnya. "Sebutin 2 alasan kenapa lu benci sama Lia"

Yeri diam beberapa saat, Madeva setia menunggu sambil terus membawa motornya menuju rumah.

"Gua ga mau lu terlalu cinta sama dia dan berakhir ninggalin Tuhan." Sebagai respon Madeva menggeleng. "Dan, ga tau, gua ga suka aja sama dia"

"Aneh lo"


🍁🍁🍁


Suara samsak dihalaman rumah terdengar nyaring. Londra dan Dita masih asik menyaksikan Vanya yang sedari tadi menendang samsak dengan berbagai tendangan tanpa henti. Tadi sesampainya dirumah, Vanya langsung berganti pakaian dan memasang samsak diteras.

"Udah Van, minum dulu"

"Kesel banget gua. Argh," Vanya malah melanjutkan gerakannya.

Dita dan Londra saling tatap.



WOI DRAFT DI WORD GUA SISA DIKIT, GEGARA SIBUK JADI SUSAH NULIS. GIMANA INI!?

BTW AYO KESAL DENGAN YERI WAKAKAKA

Pertama dan NormaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang