26

15 7 0
                                    

Pukul 05.30 Vanya sudah bangun dan sholat subuh, dia mengambil pakaian yang akan dipakai, tas dan barang-barang Vanya sudah disiapkan semalam, sudah aman semua. Jam 06.00 Vanya sudah siap memakai kaos berwarna merah sesuai dresscode, celana jeans, jaket pink, dan kerudung hitam. Dia menuruni tangga untuk makan, disana sudah ada Papa dan Mama nya.

"Nanti jadi ke puncak Kak?" tanya Jonald saat melihat anak gadisnya menuruni tangga.

"Iya, sampe besok"

"Mukena udah dibawa?" Vanya mengangguk.

"Bagus, jangan lupa sholat." Vanya mengangguk, dia duduk disebelah Fanny yang sedang makan.

"Adek masih tidur Kak?" tanya Fanny.

"Masih," Vanya menyendok nasi.

Mereka bertiga makan dengan tenang.

"Kamu kesana naik apa?" tanya Jonald saat mereka sudah selesai makan, Fanny sedang mencuci piring.

"Naik bis, nanti dianter Mama ke titik kumpul"

"Ya udah hati-hati, kabarin Papa kalo ada apa-apa, Papa kerja dulu ya," Vanya menyalami Jonald. Jonald pamit kepada Fanny, lalu menaiki mobilnya dan pergi.

"Udah siap? Ga ada yang ketinggalan?" tanya Fanny dari arah dapur.

"Udah, aku ambil tas dulu," Vanya berlari ke kamar untuk mengambil tas punggung berisi pakaian dan tas tenteng berisi makanan. Dibawah Fanny sudah siap untuk mengantarkan putri nya.

Sepanjang perjalanan, Vanya hanya mendengarkan musik dan diam, entahlah hati nya benar-benar tidak enak entah kenapa, seperti ada yang mengganjal.

Vanya memandangi kota yang sedikit sibuk di pagi itu, Sabtu pagi yang mendung membuat Vanya menjadi sedikit mengantuk.

Mereka janjian untuk kumpul di tempat biasa latihan, di pelataran nya. Namun saat Vanya tiba, dipelataran benar-benar sepi, Vanya hanya melihat satpam. Vanya keluar dari mobil, udara dingin menusuk kulitnya yang sudah dilapisi baju lengan panjang dan jaket boomber. Vanya menatap kearah depan. "Sial," batin Vanya, dia membeku beberapa saat.

Lihatlah, persis di depan mobil nya ada Madeva yang sedang duduk di lantai menunduk bermain ponsel. "Ah Mama kenapa parkir disini?!" hati Vanya sudah berteriak saat ini.

Vanya berusaha mengambil duduk yang berjarak lumayan jauh dari Madeva, perdebatan dirinya dan Yeri masih membekas, apa lagi tentang bagaimana Vanya yang dikatai murahan oleh Madeva.

Vanya mengambil ponsel dan berusaha menelfon teman-temannya untuk segera datang. Naum sialnya tak ada satu pun yang menjawab. "Situasi yang bener-bener ga banget anjing. Pada kemana sih?" gerutu Vanya dalam hati.

Madeva melirik Vanya yang sedang memasang cemberut membuat Madeva sedikit tersenyum. Sedetik kemudian Vanya melirik Fanny yang baru keluar dari mobil, dan duduk di sebelah Madeva.

"Anjir Mama ngapain duduk disitu coba?" Vanya menggerutu lagi dengan suara pelan.

"Kesini sama siapa Dev?"

"Dianter tadi Tan," Madeva menyalami Fanny.

"Kamu ikut bis?"

"Iya Tan, kalo ga muat aku ngalah aja di tronton." Fanny mengangguk.

"Aduh sokap banget," Vanya berusaha tidak menghiraukan mereka, dia membuka instagram. Namun tetap saja, suara kekehan Madeva terdengar jelas, entah apa lagi yang mereka bahas, namun benar-benar jarang sekali Fanny memulai pembicaraan dengan teman laki-laki Vanya. Madev pake pelet apa?

"Tante besok sore jemput Vanya lagi?"

"Iya dong, nanti dia pulang sama siapa?"

"Iya juga sih," Madeva terkekeh.

Pertama dan NormaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang