Setelah istirahat Vanya dan Madeva sama-sama sibuk menjadi coach di club masing-masing. 5 jam mereka naik turun tangga. Tidak ada waktu untuk berpacaran. Sungguh, pacaran yang sehat bukan?
Saat ini hanya tersisa 2 peserta SMP pemula dari club Vanya dan mereka berdua jug sudah di handle oleh Aurel. Biarlah, Aurel sudah lebih jauh berpengalaman dibanding Vanya. Sekarang Vanya sedang duduk dilantai pinggir lapangan A, duduk dibawah tribun. Asik menyaksikan teman-teman atlit laki-laki DKI sedang bertanding.
"Li?"
Vanya mengadahkan kepalanya. "Apa?"
"Ngapain disini?"
"Capek. Mending nonton orang tanding. Suasana rame kaya gini bakal bikin kangen," Vanya meluruskan kakinya.
Madeva duduk disebelah Vanya.
"Madev, makasih udah balesin dendam aku kemarin." Vanya memperhatikan raut muka Madeva yang sangat tegas itu.
Madeva tersenyum dan menatap kedepan. "Makasih udah berjuang dengan sangat baik Li. Aku selalu bangga sama kamu, aku bangga sama prestasi dan gaya kamu di taekwondo. Aku suka kamu Li, lebih suka kalo kamu pake dobok. Cantiknya bikin mabok."
Pipi Vanya bersemu merah. "Aku suka rambut kamu, tebal, halus"
Madeva menatap Vanya dengan alis mengkerut. "Aku ga salah denger kan dari tadi? Kamu bilang 'aku-kamu'?" Vanya tertawa. "Ga boleh?"
"Eh boleh. Boleh banget. Dan kamu juga boleh elus rambut aku kapanpun Li."
"Aku pengen kamu seutuhnya, dengan agama yang sama Madeva Niel. Namun itu ga mugkin." batin Vanya.
"Dev," panggil Jefran yang tanpa sadar sudah duduk di kursi tak jauh dari mereka berdua.
Madeva bangun. "Aku sama Jefran ya?" Vanya mengangguk. Madeva menghampiri Jefran dan dengan jail duduk dipangkuan Jefran.
"Bangsat lu gay ya?"
Madeva tertawa. "Najis. Gua masih demen Aulia Livanya Jef, tenang aja. Lagi pula kalo bisa tuker, gua minta lu tuker sama Lia"
"Maksud lu gua cadangan doang gitu?"
"Cadangan apa?"
"Cadangan kekasih kamu mas," Jefran mengusap dagu Madeva.
"Anjing," Madeva menepis tangan Jefran, Jefran tertawa. "Geli tolol. Mending lu cari cewe sana, jangan balapan terus."
"Kasian Naurel nanti Dev." Madeva mengerutkan alisnya tidak paham. "Iya, kasian ga ada temen seperjombloan." Madeva dan Jefran tertawa.
Vanya tersenyum mendengar kebodohan dua sahabat tersebut. "Ternyata Jefran asik juga ya. Tapi cover nya dingin banget," batin Vanya.
"Kak Vanya?" Vanya menolehkan kepalanya. Delisa, adik Dita berdiri didepannya bersama Fira.
"Kenapa?"
"Aku duduk sini ya kak." Vanya mengangguk. Delisa dan Fira duduk disamping Vanya.
"Kakak pacaran sama Madeva ya Kak?"
Vanya terkejut bukan main. "Eh? Kok tau?"
"Satu club udah tau Kak," jawab Delisa.
Vanya membelalakan matanya. "Kok bisa?"
"Kak Madeva kan bawel Kak. Dari kemarin pamerin foto Kakak mulu. 'Cantik kan?' dia ngomong gitu ke semua orang."
Vanya baper sekaligus ingin marah mendengar penjelasan Delisa barusan. "Aduh... Sabeum kalian tau?"
"Tau. Sabeum kan Sabeum Kakak juga." Vanya mengangguk.
"Ga bisa diem banget si mulutnya."
"Emang Kak. Kok mau si sama Kak Madeva?" tanya Fira.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pertama dan Norma
Romance"Dev, ayo temenin aku sholat" - Aulia Livanya "Tapi kan aku ga sholat Li" - Madeva Niel Ini tentang kisah dimana sebuah tatap yang akan menjadi prolog dari permulaan kisah seorang gadis bernama Livanya mengenal cinta pertamanya. Kisah pertama yang h...