28

20 7 0
                                    

Rombongan tadi akhirnya tiba di Villa yang akan mereka singgahi hingga besok siang. Mereka di suruh masuk melalui pintu samping dekat dapur supaya bisa langsung cuci kaki, karena kaki mereka yang kotor sehabis hujan. Setelah mencuci kaki, tronton yang membawa ibu-ibu dan tas mereka sudah tiba. Tas diturunkan oleh remaja laki-laki disana. Vanya, Dita, dan Londra mencari tas nya dan membawa nya menuju lantai dua. Mereka memasuki kamar mentor wanita yang ada di samping kamar peserta wanita. Dita meletakkan tas nya dan dia merebahkan dirinya. Disana ada beberapa mentor wanita lagi.

"Ke teras yuk, gabut banget gua," usul Londra.

"Gas. Ayo Van." Vanya berdiri dan berjalan menyusul teman-temannya.

Jadi pemetaan Villa dilantai dua seperti ini. Setelah kalian menaiki tangga, kalian akan tiba di ruang tengah lantai dua Villa, di sana tidak ada apa-apa, bagian ini cukup luas. Disebrang tangga ada kamar mentor wanita. Disebelah kamar mentor wanita, ada kamar peserta wanita. Di sisi kiri luar kamar ada kamar mandi. Disamping tangga tadi ada kamar pria, mentor dan peserta digabung, didalamnya ada satu kamar mandi. Dan disebelah tangga lagi ada balkon belakang, Di samping kamar mentor wanita ada pintu menuju teras lantai dua yang dapat melihat dengan jelas halaman berupa lapangan rumput dan semen.

Setibanya mereka di teras, mereka masih merasa bosan hanya menatap Madeva, Jefran, dan Naurel bermain bola.

"Main basket yuk? Itu ada basket nganggur." ajak Dita.

Londra dan Vanya menyetujui.

Mereka memakai tudung jaket masing-masing dan berlari ke bawah menuju lapangan semen yang ada di depan Villa persis. Hujan gerimis tidak menghalangi mereka untuk bermain. Mereka melakukan shoot secara bergantian.

"Van, dribble aja oper-operan," seru Dita. Vanya melakukan dribble menuju Dita. Dita meneruskan ke Londra, namun Londra malah meneruskan ke Vanya lagi. Vanya mendribble bola sebelum melakukan shoot. Tanpa disadari, kedua sahabatnya itu sudah tergoda ikut bermain bola dengan Jefran dan Naurel.

"Oper Li," seru Madeva secara tiba-tiba. Vanya hilang fokus, bola basket itu hilang dari kendali Vanya. Madeva dengan sigap mengambil basket dan melakukan shoot. 2 points untuk Madeva.

Madeva mengoper basket ke Vanya, Vanya menangkapnya. "Shoot Li." Vanya mendribble basket hingga mendekati ring, lalu melakukan shoot. Meleset.

Madeva mengambil kembali basket yang menggelinding dan mengoper ke Vanya. "Ulang." Vanya melakukan shoot kedua kali. Masuk dengan sempurna. "Nice try cantik," Madeva mendribble bola.

"Cieee Kak Madeva sama Kak Vanyaaa," seru seorang perempuan dari arah Villa. Vanya mencari asal suara tersebut. Di teras lantai dua ada Fira, Delisa, dan beberapa anak remaja perempuan lainnya sedang asik menggoda Vanya dan Madeva.

"Aduhhh cieee ciee," Delisa bersiul dengan keras.

"Lari Lia!" suara Madeva menyadarkan Vanya, namun belum sepenuhnya. 3 detik dia masih memandangi Madeva, mencerna keadaan dengan menatap sekitar.

"Astaga! Lia lariii... Masuk ke Villa cepetan." Vanya sadar, dia berlari masuk ke Villa, ternyata dari tadi Jefran, Naurel, Dita, dan Londra sengaja meninggalkan mereka berdua.

Melihat Vanya yang berlari masuk ke Villa, membuat anak-anak itu makin asik menggoda Madeva dan Vanya.

"Yah bulshing ya," ledek Fira.

"Kak Madeva! Kok Kak Vanya nya diusir sih," hanya itu yang di dengar Vanya.

Karena Vanya nyeker dan kaki nya kotor, Vanya masuk lewat pintu samping, dia mencuci kaki dengan panik. "Kok Deva nya ditinggal?" itu suara Kak Angin. Vanya menatap Kak Angin dengan pipi memerah.

Pertama dan NormaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang