27

18 7 1
                                    

Bus melaju dengan kecepatan sedang dibawah hujan sedang. Vanya sedang duduk diam menghadap ke depan, posisi bus ada di paling belakang barisan, tronton paling depan belum terisi siapa-siapa, berniat untuk nanti anak SMP. Tronton ke dua, di posisi tengah berisi Madeva, Jefran, Naurel, dan adik Naurel. Tronton tersebut hanya ada atap dari terpal dan pintu setengah badan, jadi dari belakang kita bisa melihat isi nya, tronton ini persis seperti mobil bak, namun ada kursi dua memanjang berhadapan seperti angkot. Vanya menatap Madeva yang asik bercanda, dia memikirkan kejadian tadi. Setelah Vanya melempar polaroid itu, dia sempat melirik ke belakang, Madeva terlihat berjongkok mengambil polaroid yang berjatuhan itu.

"Tadi gua barbar banget ga ya?" batin Vanya.

"Kok diem aja Van?" Dita menyenggol lengan Vanya. Vanya menoleh dengan tatapan kosong. "Gapapa, ngantuk aja," Vanya berpura-pura mengusap-usap mata nya.

Dita kembali memainkan hp nya.

Setelah 5 menit berlalu, bus berhenti untuk menjemput anak taekwondo dari ekskul SMP, ada banyak perempuan disana, dan mereka semua didesak masuk di dua tronton itu. Vanya melihat Madeva dan teman-temannya duduk dikursi paling belakang dekat pintu. Madeva duduk disamping para gadis-gadis muda itu, dan dengan mudahnya dia akrab dengan mereka. Vanya membuang muka ketika Madeva ikut melirik ke arah Vanya yang duduk dikursi depan belakang supir, keadaannya terlihat jelas dari tempat duduk Madeva. Mata mereka sempat bertemu sepersekian detik tadi.

Madeva tersenyum tipis melihat muka kesal Vanya, dia memang sengaja memanas-manaskan Vanya.

"Main uno yuk," ajak Londra. Londra mengeluarkan uno kartu dari tas nya. Dita dan Vanya berdiri menghampiri kursi Londra dan Fira. Mereka bermain sambil berdiri, biarkan bila rem mendadak mereka harus segera mencari pegangan, tapi ini sangat seru.

Mereka hompimpa untuk menentukan giliran pertama. Dita mendapat giliran pertama, Londra kedua, Fira ketiga, dan Vanya terakhir. Mereka bermain sambil tertawa.

"Duduk kenapa neng kalo maen," tegur Mama Londra.

"Seru nih Tan, ikutan ga?" jawab Dita.

"Ogah, mending gua tidur"

"Yeeee, ga jelas emak-emak," samber Londra.

Mereka berempat masih memakai jaket boomber masing-masing, ac bus yang dingin ditambah hujan angin diluar membuat mereka semakin kedinginan, makanya mereka memilih untuk bergerak di dalam bus, agar tetap hangat.

"Mampus kalah lu Van," seru Dita.

"Nah nah kalah, bedak mana Dit," Londra berinisiatif menggeledah tas Dita untuk mencari bedak tabur yang sudah mereka persiapkan kemarin untuk bermain uno. Siapa yang kalah harus dicemongin lau selfie dan up di ig story.

"Paling depan Lon, ada ga?" Dita bantu mencari.

Fira tertawa, sementara di lain sisi Vanya sedang bernafas pasrah. "Kurang ajar lu bertiga"

Dita, Londra, dan Fira bergantian mengusap wajah Vanya dengan bedak. Sekarang muka Vanya sudah penuh dengan bedak, Vanya dipaksa selfie dan up foto nya di ig story selama 24 jam. Vanya menuruti kemauan teman-temannya itu, mereka tertawa bahagia.

Vanya mengambil air minum yang baru saja dia buka, dia tuangkan di tangan lalu mengusap kemukanya untuk menghilangkan jejak bedak yang ada diwajahnya.

Tiba-tiba bus berhenti tanpa aba-aba. Keempat gadis cantik itu berusaha mencari pegangan. Mereka berhenti di sebuah rest area. Semua orang sudah turun. "Pada mau makan?" tanya Vanya.

"Ga tau deh, tapi kayak nya nyokap bakal beliin sih," jawab Dita. Ibu dari Dita, Londra, dan Fira memang mengikuti kegiatan ini, hanya Fanny yang tidak ikut.

Pertama dan NormaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang